Jumat, 29 Februari 2008

KHUTBAH JUM'AT 22-8-2008; SHALAT yg HAKIKI

KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba.
Tanggal 22-2-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London , United Kingdom
Shalat yang Hakiki (2)

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. menilawatkan ayat dari Kitab Suci Al-Qur-aan: Wa laa taziru waaziratuw widzro ‘ukhraa wa in tad’u mutsqalatun ilaa himlihaa ...

Surah Faathir (35) ayat 19:
Dan tiada jiwa berbeban dapat memikul beban orang lainnya; dan jika jiwa berbeban berat berseru kepada yang lainnya untuk memikul bebannya, tidak akan dipikul sedikit pun daripadanya, walaupun ia itu kaum kerabatnya sendiri. Engkau hanya dapat memperingatkan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan menyendiri dan mendirikan Shalat. Dan barangsiapa mensucikan dirinya, maka ia hanyalah mensucikan untuk dirinya, dan kepada Allah-lah segala sesuatu itu akan kembali.

Khutbah hari ini juga berkaitan dengan topik dari khutbah yang lalu yakni katakanlah tentang Shalat. Tadinya saya berpikir untuk memulainya dengan subyek yang baru, tetapi ketika saya berpikir lagi saya merasa bahwa pada hari ini pun subyek ini masih perlu dilanjutkan. Ada beberapa poin yang belum tersajikan pada khutbah yang lalu itu, padahal poin-poin itu sangat esensial untuk disampaikan. Perintah tentang sembahyang – Shalat ini – adalah sebuah perintah yang sangat fundamental, yang dengan tanpa Shalat ini maka kita tidak dapat berpikir atau melihat sama sekali apa agama itu. Kitab Suci Al-Qur-aan telah menekankan tentang pentingnya dari Shalat ini, menekankan dengan kuatnya bahkan di permulaan dari Kitab Suci Al-Qur-aan, di dalam Surat-ul-Baqarah setelahnya beriman kepada Allah butir keduanya yang disebutkan di sana adalah perintah untuk mendirikan Shalat. Bahkan sebelumnya itu pun, di dalam Surat-ul-Faatihah iyyaaka na’ budu ketika kalimat ini dikatakan maka ibadah Shalat pun sudah disebutkan di sana, yaitu bahwa, Ya Allah, kami menyembah kepada Engkau dan kami berdoa untuk itu. Oleh karena itu semoga Engkau memberi taufik dan kemampuan kepada kami untuk bersembahyang ini karena kami ingin berdoa, jadi semoga Engkau senantiasa memberikan kemampuan kepada kami untuk dapat terus berdoa dan melakukan Shalat dan semoga agar kami dapat memenuhi janji ini yang sudah dibuat oleh setiap orang Muslim. Kami harus memenuhi tujuan tersebut yang adalah merupakan maksud dari diciptakannya manusia. Oleh karena itu, Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. juga telah menekankan dengan besar-besaran atas perintah ini di mana beliau bersabda bahwa Shalat itu adalah tiangnya dari iman; di mana untuk kokohnya dari bangunan adalah karena tiang-tiang tersebut. Jadi demikian pula halnya dalam hal agama. Maka, sekarang tiang-tiang yang dengan itu agama ini ditegakkan, adalah sangat pentingnya akan tiang-tiang ini, karena jika tidak demikian maka akan terjadi keretakan pada bangunan dari iman atau keimanan ini.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkan dalam statemen-nya, beliau telah menjelaskannya dari ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur-aan dan sabda-sabda Nabi saw. dalam hadits-hadits. Penjelasan yang telah beliau berikan ini sedemikian penting dan sedemikian rincinya sehingga setiap orang Ahmadi itu harus mendengar penjelasan beliau ini dan dengan membacanya dan mendengarkan atas perintah ini beserta penjelasannya tersebut, maka hanya dengan cara demikianlah kami itu dapat benar-benar dapat menghargai akan manusia yang sempurna itu dan murid yang sempurna itu dan betapa indahnya kehidupan mereka ini!
Jadi, dengan memperhatikan semua poin-poin ini di dalam pikiran di mana juga ada beberapa orang yang menulis surat kepada saya minta agar menekankan pada poin ini. Juga Sekretaris Tarbiyat UK dan juga Sadr Lajnah di America mereka mengirimkan laporannya dan dari fakta yang mereka sebutkan dalam laporan di sana, hal ini memberikan isyarat bahwa keadaannya adalah sangat mengkhawatirkan dan gambaran-gambaran yang demikian itu muncul sebagai akibat dari informasi di UK ini. Apakah tidak mengerti bahwa dari yang disebutkan di UK atau USA itu apakah di negeri-negeri lainnya tidak ada situasi yang sedemikian ini, apakah mereka itu sudah melaksanakan perintah ini atau apakah standard mereka itu sudah sangat tingginya? Sebenarnya standard tinggi yang menjadi objektif kami dan yang harus menjadi objektif kami bahwa hal tersebut tidak terlihat di dalam laporan dari sesuatu Negara. Ada diperlukan banyak usaha di dalam perkara ini, beberapa pengurus Jama’at mereka menulis dalam laporannya dengan tanpa banyak berpikir dan banyak merenungkannya.
Sesungguhnya Shalat ini adalah satu hal yang fundamental dan satu perkara yang penting, yang tidak boleh kita abaikan begitu saja, atau berkompromi bahwa kami itu harus cukup bergembira begitu saja dengan keadaan tersebut. Sebenarnya usaha dan upaya yang maksimal harus dikerjakan oleh setiap anggota Jama’at yang menamakan dirinya seorang Ahmadi bahwa ia itu harus menunaikan Shalatnya dan mengerjakan 100 % Shalatnya. Ia harus meraih standard penunaian 100 % Shalatnya dengan tanpa kecualinya.
Betapa pun juga saya berpikir, bahwa saya itu harus membawakan subyek ini satu kali lagi dengan mengambil rujukan dari ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur-aan dan hadits Y.M. Nabi Muhammad saw. serta pernyataan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa saya harus sekali lagi mengingatkan kepada setiap orang mengenai institusi Shalat ini. Sebagaimana yang saya lihat, Shalat ini adalah perintah Allah yang sangat penting dan fundamental di mana setiap Ahmadi itu harus 100 % mengamalkannya. Jika tidak demikian, sebagaimana yang saya katakan bahwa keutuhan dari keimanan kita itu akan menampakkan keretakan jika kami itu tidak melaksanakan Shalat. Sekarang kita itu sudah sedang mendekat pada saat seabadnya dari Khilafat di mana hati kami itu dipenuhi dengan rasa syukur kepada Allah Taala dan kami pun akan merayakan peristiwa ini; hal yang terpenting adalah untuk menaruh perhatian pada artikel dari keimanan dalam Islam yang paling terpenting ini. Karena janji dari Khilafat itu diberikan kepada orang-orang yang beriman yang menunaikan dan menaruh perhatian penuh atas institusi dari Shalat ini. Jadi, oleh karena itu, dalam terminology yang hakiki kita itu harus bersyukur atas karunia kebajikan yang besar dari Khilafat yang telah Allah Taala berikan kepada kami ini. Jadi, bahwa kami itu harus bisa memperoleh manfaat dan keberkahan dari karunia kebajikan yang besar dari Allah Taala ini. Maka, dalam hal demikian ini kami harus menaruh perhatian khusus atas institusi dari Shalat ini, dan ini adalah poin yang sangat esensial bagi setiap dan semua Ahmadi. Saya katakan satu kali lagi bahwa setiap orang itu harus membuat analisa pribadinya dan setiap orang harus memeriksa dirinya sendiri bahwa kami itu sudah menunaikan Shalat sebagaimana yang diperlukan dan kami sudah dapat meraih standard dari Shalat yang Allah dan Y.M. Rasulullah saw. ingin lihat dari kita. Allah Taala berfirman bahwa kepada siapa pun yang engkau membuat sekutu dengan-Ku, dia itu tidak akan dapat memenuhi keperluanmu; dia tidak akan dapat menyediakan keperluan tersebut.
Ayat yang saya baca itu, Allah Taala berfirman kepada orang yang musyrik bahwa patung berhalamu itu, ia mendengar pun tidak kepada mu apalagi untuk menyediakan keperluan kamu. Tetapi pada Hari Pembalasan itu, mereka akan sama sekali memungkiri perkara ini yang engkau gantungkan kepada mereka itu. Allah Taala adalah Maha Kuasa dan Maha Perkasa di mana semua umat manusia akan selalu tergantung kepada Allah Taala. Jadi, semua perkara ini harus benar-benar menarik perhatian bagi semua orang-orang itu bahwa mereka itu harus bersujud dan berserah diri kepada Allah Taala Yang adalah Tuhan-nya sekalian alam semesta. Di dalam ayat ini juga Allah Taala membangunkan orang-orang yang takut kepada Allah Taala bahkan ketika mereka itu sedang sendirian atau sedang tidak ada, juga dikarenakan oleh rasa takut itu mereka mengerjakan Shalat ini. Dikarenakan oleh Shalat-shalat inilah dan kemudian karena rasa takut kepada Allah Taala-lah lalu mereka itu berusaha untuk mensucikan diri mereka. Jangan sampai ada yang punya pikiran bahwa kemalasan dalam Shalat itu tidak akan banyak berarti dan tidak akan banyak efek buruknya.
Ingatlah bahwa setiap saat orang itu akan pergi menghadap Allah Taala dengan segala amal perbuatannya. Amalan dari orang lain tidak akan bermanfaat bagi orang yang lainnya. Oleh karena itu jika Allah Taala berfirman di sini bahwa tidak ada orang yang memikul beban orang lainnya, betapa pun dekatnya hubungan keluarga dari orang itu. Semua hal ini memperingatkan semua kita akan kelemahan dari orang bahwa kami itu harus selalu melihat kehidupan akhirat itu berada di hadapan mata kita dan hadir di dalam pikiran kita yang selanjutnya dengan kepercayaan yang kokoh bahwa Allah Taala adalah Pemilik dari Hari Pembalasan dan kepada-Nya-lah kami semua itu akan kembali. Jadi, di dalam perkara ini, kami diingatkan akan pensucian dari jiwa kami, dari hati kami dan dari pikiran kami. Cara terbaik untuk mendapatkan pensucian ini adalah dengan mengerjakan Shalat. Penegakan dari institusi Shalat ini bagi orang yang mengerjakan hal tersebut adalah mereka orang-orang yang benar-benar memiliki keimanan kepada yang Ghaib. Orang yang memiliki rasa takut kepada Allah Taala yang ghaib bilamana mereka itu sedang berada jauh atau sedang sendirian, inilah sebenarnya standard dari ke-shalehan itu. Jadi, setiap Ahmadi itu harus selalu mencamkan di dalam pikirannya bahwa dengan ucapan di mulut saja bahwa kami itu beriman kepada Allah Taala dan kami percaya kepada Nabi Allah yang pembawa Syariat terakhir, bahwa kami itu percaya kepadanya dan kepada seseorang yang datang di zaman akhir yakni Hadhrat Masih Mau’ud a.s. , yang kami pun mempercayainya, yang demikian itu tidaklah cukup begitu saja. Kecuali dan hanya jika kami itu memiliki rasa takut kepada Allah di dalam hati kami, kecuali jika rasa takut kepada Allah itu ada di sana dan rasa takut ini sedemikian rupa yang seseorang itu sedemikian dekatnya satu sama lainnya, sehingga ia orang itu tidak boleh merasa tersinggung atau marah kepadanya. Bilamana kecintaan itu semata-mata demi untuk ridha Allah dan kecintaan ini bertambah besar maka lingkup ke-tidak-senangan Allah juga akan bertambah besar; maka kalian itu diperingatkan akan kewajibanmu yang lebih besar. Kalian diingatkan akan tanggung-jawab untuk lebih berhati-hati dalam mengerjakan Shalat, Shalat-shalatnya yang lebih dawwam. Kalian diingatkan tanggung-jawabnya untuk mengerjakan Shalat sebagaimana mestinya, hanya dengan bai’at begitu saja bukanlah satu jalan untuk pengampunan.
Di dalam hadits disebutkan, Yunus mengatakan bahwa Hadhrat Abu Hurairah r.a. mengatakan kepadaku bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. mengatakan bahwa dari antara amal perbuatan orang-orang itu butir pertama-tama yang akan dimintai pertanggung-jawabannya adalah mengenai Shalat. Y.M. Rasulullah saw. telah mengatakan bahwa Tuhan kami Maha Agung Maha Mulia, ia akan berkata kepada Malaikat-malaikat – walaupun Dia sudah Maha Tahu segalanya – kalian lihatlah dan perhatikanlah kualitas Shalat-nya dari hamba-hamba-Ku, apakah ia sudah memenuhi persyaratan? Apakah ia sudah menyempurnakan Shalatnya? Jika Shalatnya itu sudah sempurna maka amal perbuatannya akan dituliskan. Jika ada sesuatu kelemahan di dalam Shalat fardhunya maka Dia akan berkata lihat juga amalan lainnya apakah ada ibadah sunnah lainnya yang telah ia kerjakan. Jika ia telah mengerjakan beberapa ibadah sunnahnya lalu Allah Taala akan mengatakan bahwa jika ada kekurangan di dalam Shalat-nya, maka ini akan diperbaiki dengan tambahan Shalat-shalat nawafil ini, Shalat tambahan; amalan lainnya baru akan diperiksa nanti setelahnya Shalat ini. Jadi, oleh karena itu, setelahnya orang meninggal itu, ujian yang pertama, pemeriksaan yang paling pertama sekali, yang orang itu harus melaluinya adalah pertanyaan tentang Shalat. Jadi, orang itu harus memperhatikan dan menyadari betapa mereka itu harus sangat berhati-hatinya tentang Shalat ini. Allah Taala adalah Maha Pemurah terhadap mahluk-Nya, Dia mengatakan lihatlah akan Shalat sunnahnya dari orang ini; jika terdapat Shalat sunnahnya, maka ini juga akan ditambahkan pada kategori dari Shalat-shalat fardunya, kekurangannya akan dilengkapi dan akan dibuat menjadi bagus. Jadi, di dalam penunaian Shalat itu, manusia yang sangat lemah ini, ia harus berpikir bahwa kadang-kadang barangkali jika Shalat fardhunya itu tidak dikerjakan sebagaimana yang semestinya, maka ia itu harus mengerjakan beberapa Shalat sunnah. Inilah cara di mana seorang Mukmin – seorang yang beriman – itu harus senantiasa mengerjakannya, sehingga ia itu akan dapat meraih kecintaan yang maksimum dari Allah Taala dan agar ia pun dapat bersyukur kepada Allah Taala yang telah memberikan banyak karunia kebaikan kepada kami; terutamanya pada orang-orang Muslim Ahmadi, betapa banyaknya keberkahan-keberkahan dari Allah Taala ada di sana.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan kami adalah anggota dari Jamaat, kami itu merupakan sebuah ikatan dalam kekuatan. Kami selalu melihat manifestasi dari pertolongan dan bantuan Ilahi. Kami melihat manifestasi dari kecintaan Allah Taala. Jadi, jika demikian situasinya ini, maka perkara yang paling terpenting yang kalian harus diingatkan dan harus kalian ingat adalh dalam hal Shalat itulah; jangan hanya melihat pada dunia ini saja, tetapi juga untuk Hari Akhirat. Inilah perkara yang dapat diambil faedahnya di sana. Hal pertama dan yang terpenting yang akan diminta pertanggung-jawabannya adalah pemeriksaan tentang Shalat ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Jadi, oleh karena itu setiap Muslim Ahmadi itu, jangan hanya memperhatikan Shalat fardhunya saja, tetapi ia pun harus mengerjakan Shalat sunnah – Shalat tambahan-, di mana terdapat kekurangan maka ia dapat melihat manifestasi dari Kemurahan Allah Taala, Allah Taala dengan Kemurahan-Nya itu akan memelihara dia dibawah-Nya. Bilamana seseorang itu mengerjakan Shalat sunnah, maka biasanya ia itu berada sendirian dan tidak ada orang lain di sana. Demikianlah sebenarnya dan seharusnya kondisi dari seorang Muslim Ahmadi itu.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengenai pentingnya dari Shalat itu bahwa Shalat itu merupakan satu kewajiban, kewajiban bagi setiap Muslim. Dalam hadits dikatakan bahwa kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. seseorang datang dan menerima Islam, mereka mengatakan Ya Rasul Allah dapatkan Tuan mengambil tanggung-jawab Shalat itu dari kami, karena kami adalah orang yang sibuk bekerja seperti sekarang pun orang-orang itu mengatakan yang sama bahwa karena kami adalah orang-orang yang sibuk bekerja dan kami itu sibuk dalam transaksi dan segala macam pekerjaan dan kami pun tidak terlalu yakin akan kebersihan dari pakaian kami karena kami mengurus binatang dan hewan? Inilah dua alasan yang mereka sebutkan bahwa kami ada bisnis yang harus dikerjakan dan juga pakaian kami itu tidak terlalu bersih, sehingga kami itu tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan Shalat! Y.M. Rasulullah saw. menjawab bahwa jika di sana itu tidak ada Shalat, lalu apa lagi yang ada di sana? Bagaimana kalian dapat mengatakan iman jika tidak ada Shalat di sana? Apakah Shalat itu?
Shalat itu berarti bahwa engkau bersujud menyerahkan diri dengan perasaan dan sentiment kalian serta kesetiaan dan keteguhan kalian di hadapan Allah Taala, berdiri di hadapan Allah Taala dengan segala kerendahan diri yang serendah-rendahnya. Dengan kerendahan diri ini engkau berdiri di hadapan Allah Taala untuk memohonkan bagi semua keperluanmu dari Allah Taala. Untuk semua keperluanmu itu engkau mintalah dari Allah Yang Maha Kuasa, seperti seorang pengemis. Kadang-kadang engkau memuji-muji kepada orang yang engkau mintai itu, kadang-kadang mengagung-agungkan kedudukan-nya yang megah dan tinggi dari orang tersebut yang kepadanya engkau itu meminta. Jika hal ini tidak ada di dalam keimanan itu, perkara ini tidak ada di dalamnya, maka agama yang macam apakah itu?
Manusia selalu tergantung pada berbagai macam hal dan ia menggantungkan diri pada tugas dalam mencari ridha Allah Taala. Ia akan selalu mencarinya untuk itu karena kekuatan yang diberikan oleh Dia kepadanya tidak dapat melakukan semuanya itu sama sekali. Ya Allah Engkau anugerahkanlah kekuatan ini bahwa kami itu harus merasa senang dengan Engkau dan Engkau pun akan ridha dengan kami dan jika kami memperoleh ridha dari Allah maka kami memiliki rasa takut kepada Allah Taala. Jika kami itu melewati kondisi ini, maka itulah sebenarnya keadaan dari Shalat ini. Kemudian beliau mengatakan orang yang ingin melarikan diri dari Shalat maka lalu apa kelebihannya dibandingkan dengan hewan? Seperti halnya manusia, hewan ini makan dan tidur, itulah tipenya dari hewan itu dan bukannya manusia. Orang yang tidak memperhatikan akan tanggung-jawabnya maka sebenarnya ia itu menjadi orang yang tidak beriman. Jadi, oleh karena itu Shalat bagi seorang Mukmin itu adalah satu perkara yang harus diperhatikan, yang harus dijaga dengan baik; inilah sebenarnya yang membedakan antara seorang Mukmin dengan seorang yang tidak beriman itu. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah mengatakan bahwa jika ibadah itu tidak ada di sana, maka apa perbedaannya antara seorang manusia dengan hewan itu? Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur-aan di mana Dia telah menyebutkan keburukan-keburukan dari orang-orang yang tidak beriman. Di pihak lain Allah Taala juga telah menyebutkan bahwa orang-orang beriman itu sama sekali terbebas dari kelemahan-kelemahan ini karena mereka adalah orang-orang yang mengerjakan Shalat. Allah Taala berfirman: Illal mushalliin ……

Surah Al-Ma’aarij (70) ayat-ayat:
23. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
24. yang mereka itu dawwam dalam mengerjakan shalatnya.

Ada disebutkan sebelumnya bahwa orang-orang lain itu memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, kecuali orang-orang yang mengerjakan Shalat. Mereka orang-orang yang sangat dawwam dalam mengerjakan Shalatnya maka keadaan mereka itu sama sekali berbeda. Jadi satu kekecualian dibuat dalam hal orang-orang yang mengerjakan Shalat dengan secara regular. Semua komitmen yang berkenaan dengan urusan dunia tidak menghalangi mereka dalam penunaian Shalatnya, dan mereka terus dawwam saja dalam Shalatnya itu. Orang-orang yang memiliki standard ahlak yang tinggi dan mereka yang beriman kepada Allah memang mereka itu merasa takut akan hukuman dari Allah Taala. Jadi, inilah kualitas dari orang-orang yang benar-benar beriman percaya kepada Allah Taala, di mana mereka itu memperhatikan orang-orang lainnya dan memiliki rasa takut kepada Allah di dalam hatinya. Jadi inilah hal-hal dari orang-orang yang benar-benar mendirikan Shalat. Allah Taala menerima Shalat tersebut yang merupakan Shalat yang hakiki. Ada orang-orang yang mengerjakan Shalatnya dengan sangat dawwam, tetapi orang-orang itu merasa takut terhadap orang-orang ini. Jadi, Allah Taala telah menunjuk dengan tepat orang-orang yang mengerjakan Shalat ini yang adalah sangat esensial, tetapi mereka itu harus mendirikan Shalat-nya sedemikian rupa yang dapat meraih ridha dari Allah Taala. Mereka itu jangan hanya untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa kami itu mengerjakan Shalat dan janganlah mereka ini mengerjakan Shalat sedemikian yang dibayang-bayangi oleh komitmen duniawi. Shalat ini harus dinomor-satukan diberikan perioritas lebih tinggi dari segala macam urusan dunia dan urusan pekerjaan duniawi. Seseorang itu haruslah sangat dawwamnya dan harus memiliki rasa takut kepada Allah di dalam hatinya. Kemudian sebagai efek dari Shalat-shalat ini, seluruh masyarakat Muslim dan hubungannya satu sama lain akan ada di sana dan menjadi saksi akan kualitas yang tinggi dari Shalatnya orang-orang Mukmin ini. Orang-orang ini janganlah punya pikiran di dalam hatinya bahwa orang yang satu ini sudah sangat dawwam di dalam Shalat-nya, karena Kitab Suci Al-Qur-aan menyebutkan tentang orang-orang yang rajin Shalat untuk memperihatkan kepada orang-orang agar orang mengira bahwa saya ini sudah sangat dawwam dalam Shalat. Namun kami, dengan karunia kemurahan Allah, kami sudah memperoleh keberkahan-keberkahan ini dengan menerima Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di zaman ini; kami sudah sangat menyadari tentang Islam sejati dan kami mengerti akan Islam sejati yang diperkenalkan dan diberikan oleh Y.M. Nabi Muhammad, saw. di dalam bentuknya yang sejati, ajaran yang diberikan kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. di mana Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur-aan: Fa wailul lil mushalliiin,

Surah Al Maa’uun (107) dalam ayat-ayat:
5. Maka celakalah bagi orang yang Shalat,
6. yaitu, orang-orang yang lalai dalam Shalatnya
7. Orang-orang yang berbuat riya, yang ingin dilihat oleh orang.

Bahwa rusaklah mereka orang-orang yang melakukan Shalat tetapi mereka lalai dalam Shalat-nya itu, mereka lalai dalam tanggung-jawabnya. Orang-orang yang melakukan Shalat hanya untuk show atau riya, kerusakan akan menimpa mereka yang mengerjakan Shalat tetapi mereka tidak dengan sepenuh perhatian, orang-orang yang Shalat hanya ingin memperlihatkannya kepada orang-orang. Jadi ayat ini dengan sangat jelasnya menyebutkan bahwa ada orang-orang yang melakukan Shalat, di satu pihak tidak diragukan lagi, tetapi Shalat-nya itu tidak dikerjakannya demi untuk Allah. Tetapi mereka melakukan Shalat hanya karena ada keterpaksaan terhadap masyarakat yang ada di lingkungannya, jadi mereka itu melakukan Shalat-nya hanyalah untuk show. Jadi mereka ini memiliki kelemahan dan kekurangan, ini yang tidak mereka perhatikan. Kualitas dari orang yang dawwam di dalam Shalat-nya, ahlaknya harus tinggi dan suci; standard ahlaknya harus tinggi dan ia harus berusaha untuk mengatasi kelemahannya. Di dalam ayat-ayat ini ada perkara yang seharusnya membuat mereka ini merasa ada bahaya di sana. Tidak demikian halnya dengan para Sahabat yang Shalat-nya mereka itu beruntung tidak seperti itu. Tidak seperti demikian halnya atau standard ahlaknya mereka itu tidak tinggi seperti halnya seorang Mukmin sejati. Di zamannya Y.M. Nabi Muhammad saw. jika kami melihat ke sana ada beberpa orang yang munafik; orang-orang yang ingin menipu orang-orang beriman dan menipu orang-orang lainnya. Tentang mereka ini Allah Taala berfirman: …… Wa ‘idzaa qaamuu ‘ilaash shalaati qaamuu kusaalaa ……
Surah An Nisaa’ ayat 143:
…… Dan, apabila mereka berdiri untuk mengerjakan Shalat, mereka berdiri dengan malasnya, ….

bahwa jika mereka itu berdiri untuk Shalat maka mereka berdiri dengan sangat malasnya, berdiri dengan lunglainya dan terdapat kelemahan ahlak di dalamnya atau barangkali seperti keadaan orang-orang di zaman akhir, yang tentang mereka ini Y.M. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa …… masaajidahum ‘aamiratun wa hiya kharaabu minal hudaa, bahwa mesjid-mesjid mereka sangat diramaikan orang-orang, namun kosong dari petunjuk …. (Hadits dari Al Baihaki dan Ali bin Abi Thalib), bahwa Shalat mereka itu sebenarnya akan menjadi kutukan bagi orang-orang ini.
Kami sungguh-sungguh amat beruntung bahwa kami berada di antara orang-orang akhirin dari zaman yang akhir ini, di mana Nabi yang besar, Nabi terbesar pensuci orang-orang yakni Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., beliau telah memberikan khabar suka tentang zaman akhirin ini yang mengenai hal itu Allah Taala telah menyebutkannya bahwa mereka ini berhubungan dan dihubungkan dengan orang-orang yang dari zaman awalin dari Islam. Jadi kemudian maka betapa besarnya tanggung-jawab kita itu bahwa kita itu jangan sampai lalai di dalam Shalat-shalat kami. Tanggung-jawab terhadap Allah dan tanggung-jawab terhadap umat manusia janganlah sampai lalai dalam hal ini. Setiap saatnya kami harus berusaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang telah diperingatkan tentang bahayanya oleh Allah Taala kepada kita. Allah Taala dengan segala Kemurahan dan Kasih-sayang-Nya, Dia telah memisahkan kami dari orang-orang tersebut, orang-orang yang dalam keseluruhan keadaannya mahrum dari petunjuk. Jadi, dengan rasa kebersyukuran yang besar kepada Allah Taala adalah diperlukan bahwa kami itu harus senantiasa bersujud dan berserah diri kepada Allah Taala, sehingga kita akan mendapatkan keberkahan-keberkahan ini. Maka oleh karena itu kita haruslah dawwam di dalam Shalat-shalat kami dan harus senantiasa sangat suci bersih demi untuk Allah. Jika keadaannya memang demikian, maka kita dapat menjaga dan melindungi diri dari peringatan yang disebutkan di sana. Ini adalah hal yang sedemikian penting dan urgentnya bahwa tidak boleh terjadi kemalasan apa pun di dalam Shalat-shalatnya semua orang kita ini; kita harus membuang kemalasan ini dari Tuhan dan membuangnya jauh dari iman. Jadi, agar supaya dapat meraih kedekatan kepada Allah Taala maka kami itu harus mengikuti jalan ini dengan sangat jujurnya, dengan sangat hati-hati dan dengan sangat rajinnya kami harus mengikuti jalan ini. Kami harus benar-benar sangat memperhatikan akan Shalat-shalat kami ini.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa setelahnya laa ilaha illalah maka perhatian ditujukan pada Shalat, yang tentang pentingnya Shalat ini Kitab Suci Al-Qur-aan telah menyebutkannya berkali-kali di sana. Dikatakan: Fa wailul lil mushalliin. Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun (Ayat 107:5-6) bahwa orang-orang yang akan dihancurkan ialah orang-orang yang lalai dan tidak memperhatikan kepentingan hakikinya dari Shalat. Haruslah dimengerti bahwa Shalat ini merupakan satu pertanyaan ketika seorang Mukmin sejati hadir di hadapan Allah Taala nanti dengan penuh kegelisahan dan ke-khawatirannya. Kecuali jika Allah Taala telah mensucikan seseorang, maka tidak ada orang yang dapat disucikan. Kecuali dan sampai Allah Taala membawa orang tersebut pada kedekatan kepada-Nya dan membuat jalinan perhubungan dengan-Nya, maka tidak ada orang yang dapat menjalinkan hubungan tersebut dengan Allah Taala. Hanyalah dan kecuali Allah Taala telah membuka jalan menuju kepada Allah Taala maka tak ada seorang pun yang dapat melakukannya sendiri. Ada banyak bermacam rantai dan ikatan yang menutupi dan mengikat orang di mana orang itu berusaha untuk melepaskan dirinya tetapi ia tidak akan dapat melakukannya. Walaupun ada keinginan untuk menjadi suci tetapi jiwa yang bersalah selalu membuatnya terlibat dalam hal ini. Pensucian ini adalah pekerjaan dari Allah Taala dan tidak ada seseorang pun yang dapat mensucikan kalian. Untuk menciptakan orang yang shaleh maka Allah Taala telah menetapkan Shalat ini. Apakah Shalat itu? Inilah satu Shalat yang disajikan dengan perasaan penuh kesakitan yang mendalam dengan keadaan yang penuh menderita dengan panasnya keinginan yang besar yang dihadapkan kepada Allah Taala. Jadi, semua pikiran buruk, prasangka buruk dan segala godaan itu harus dibuang jauh. Hubungan yang sejati itu dan kecintaan sejati kepada Allah Taala dapat dikaruniakan di mana orang itu akan mendapatkan taufik dan kemampuan untuk dapat mengikuti perintah dari Allah Taala. Kata Shalat juga menunjukkan bahwa Shalat ini bukanlah sekedar mengucapkannya dengan lidah, tetapi haruslah dengan perasaan yang penuh kegelisahan, dan penuh ke-khawatiran disertai tangisan yang ada bersama Shalat ini. Dengan perasaan keinginan hati sedemikian yang harus ada di sana, semoga Allah Taala memberikan kemampuan kepada kami untuk dapat mensucikan dan memperindah Shalat-shalat kami dengan cara ini. Kita harus sama sekali menghindarkan diri dari segala macam ketertarikan pada hal yang duniawi.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkannya bahwa kami itu tidak dapat mengerjakannya dan kami tidak dapat melepaskan diri dari bujukan dan godaan duniawi ini, karena di luar kemampuan kami atau hanya dengan usaha kami maka kami tidak akan dapat mensucikan diri kami atau tidak dapat meraih ridha dari Allah Taala dikarenakan oleh perbuatan kami dan usaha kami saja. Satu-satunya cara hanyalah Shalat itulah. Jadi, jika kami itu ingin termasuk di dalam orang-orang yang beruntung mendapatkan kedekatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka semua kita itu harus berada di antara orang-orang yang melakukan Shalat secara regular dan Shalat yang hanya demi untuk Allah. Inilah yang dapat membuat sebuah perbedaan antara kami dengan orang-orang lain itu. Inilah perkara yang dapat membuat kita menjadi dekat dan lebih dekat lagi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur-aan: Qad ‘aflahal mu’minuun. Alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun.

Surah Al Mu’minuun (23) ayat-ayat:
2. Sungguh telah berhasillah orang-orang Mukmin,
3. yaitu orang-orang yang khusuk di dalam shalat mereka.
Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu adalah orang-orang yang sukses, yang berhasil, orang-orang beriman yang memperlihatkan komitmen dan dedikasi mereka yang tinggi dalam Shalat mereka. Setelahnya itu Allah Taala menyebutkan begitu banyaknya kualitas dari orang-orang Mukmin ini. Hal yang paling pertama yang disebutkan di sini adalah bahwa mereka itu mengerjakan Shalat, mereka mendirikan Shalat dengan penuh dedikasinya kepada Allah Taala. Mereka itu adalah sama sekali berada dalam kesopan-santunan yang tinggi yang mereka melakukannya berdasarkan pondasi dalam hatinya. Untuk mendapatkan keberkahan di dunia ini dan untuk di Akhirat nanti, persyaratannya yang pertama adalah bahwa kita harus menunaikan Shalat hanya demi untuk Allah Taala. Sebagaimana yang sudah dikatakan, sebelumnya ada rasa takut kepada Allah dan untuk mendapatkan kecintaan dari Allah itu dan untuk meraih lebih banyak lagi kecintaan Allah dan meningkatkannya kecintaan serta ridha dari Allah Taala, Shalat-shalat ini harus ditunaikan dengan tujuan ini. Inilah sebenarnya tujuan hidup dari orang itu, orang akan mendapatkan apa yang ia perlukannya.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa tahap pertama dari kerohanian seorang Mukminin ini adalah mendirikan Shalat dengan perasaan gelisah dan kekhawatiran yang tinggi serta rasa takut kepada Allah Taala di mana ia itu sangat merendahkan dirinya dan sangat dedikasinya, sangat bersujudnya; dengan sangat tingginya rasa kerendahan hati dan kegelisahan serta kekhawatiran dari jiwanya, maka keadaan ketakutan ini, jika ia sudah melalui jalan ini, itulah hal yang jika Shalat ini dipersembahkan dengan cara demikian, maka Allah Taala mengatakan bahwa inilah orang-orang yang berhasil itu. Bukan saja dalam Shalat, tetapi di dalam zikir mengingat Allah Taala pun mereka ini selalu sangat merendahkan diri dan dengan merendahkan diri ini mereka memanggil kepada Allah dan memohon kepada Allah Taala dengan segala kesemangatan dan kegemparan dalam hati mereka karena rasa takut mereka kepada Allah Taala di dalam hatinya. Jadi, inilah keadaan yang sudah dikatakan di dalam kata-kata ini bahwa hal ini sangatlah essential di mana persyaratan pertama ada disebutkan di sini untuk menciptakan suatu keadaan spiritual dari orang yang penuh kerohanian. Untuk mempersiapkan keadaan spiritual itu, inilah persyaratan pertama yang ada disebutkan di sini. Ini merupakan benih yang ditanamkan pada hati orang seperti benih yang ditanam ke dalam tanah. Shalat yang dilakukan 5 kali dalam sehari ini, jika ada indiksi bahwa ia tidak dapat menghindarkan diri dari ego dan pengkejaran pada duniawi, maka ia itu tidak akan dapat menunaikan Shalat yang hakiki.
Shalat bukanlah hanya berarti bahwa kita itu harus melakukannya melalui berbagai posisi dari Shalat. Shalat yang sebenar-benarnya Shalat adalah yang benar-benar dirasakan oleh hati dan jiwanya, yang harus bersujud kepada Allah dalam keadaan merendahkan diri yang serendah-rendahnya. Sebanyak mungkin jika orang itu dapat menangis di hadapan Allah Taala dan jika orang itu dapat menangis di hadapan Allah Taala maka ia harus melakukannya.
Bilamana hal ini sudah dikerjakan maka segala keburukan di dalam hati itu akan sama sekali terbuang dan terhapus jika orang itu sudah dawwam dalam melakukannya demikian, kemudian orang ini akan dapat melihat baik di waktu malam hari atau di siang hari ia dapat merasakannya ada satu berkas cahaya nur datang dan turun ke dalam hatinya. Semua keburukan itu akan dihapuskan dan Allah Taala-lah satu Wujud Yang memberikan keberkahan-keberkahan ini kepada orang-orang. Shalat itu harus dikerjakan secara regular dan dawwam dan tidaklah benar jika Anda melakukan Shalat pada saat itu dan kemudian Anda meninggalkan dan melupakannya.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa perasaan ini yang membujuk orang untuk melakukan dosa, kana dihilangkan, karena untuk keburukan-keburukan ini Allah Taala telah menciptakan obatnya untuk itu; penisilinnya adalah Shalat itulah. Allah Taala berfirman: Wa ‘mur ahlaka bis-shalaati wash thabir ‘alaihaa. Laa nas-aluka rizqan nahnu narzukuka wal’aaqibatu lit-taqwaa.

Surah Taa Haa (20) ayat 133:
Dan suruhlah keluargamu untuk Shalat dan tetaplah dalam mengamalkannya. Kami tidak meminta kepada engkau rezeki, Kamilah Yang memberi rezeki kepada engkau. Dan akibat yang baiklah bagi mereka yang bertakwa.

Engkau perintahkanlah kepada anggota keluargamu untuk Shalat dan lakukanlah hal ini secara regular. Kami itu tidak meminta makanan dari engkau; sebenarnya Kami-lah yang menyediakan segala keperluan untuk kalian itu. Akhir yang baik dan bagus itu ada pada Allah Taala dari orang-orang yang bertakwa. Jadi, inilah perintah dari Allah Taala dan inilah perintahnya bahwa engkau itu harus menaruh perhatian pada Shalat-shalatmu dan juga nasihatkanlah kepada anggota keluargamu agar dawwam dan ini adalah untuk manfaat kalian. Buah dari Shalat ini akan diperoleh di dalam kehidupan ini dan juga kehidupan di Akhirat nanti. Orang-orang yang bertakwa adalah orang yang akan berhasil dengan sukses serta berjaya di hari yang akan datang. Pada kehidupan di sini bagi orang yang bertakwa Dia akan memberikan rezeki dan menyediakan keperluannya dengan jalan sedemikian rupa yang ia tidak dapat membayangkannya. Dia menyediakannya dari sumber-sumber yang tidak diketahui. Jadi, Allah Taala dengan membuat Shalat-shalat ini sebagai kewajiban bukannya seperti meminta pajak. Tetapi sebenarnya Shalat ini adalah sarana untuk memberikan ganjaran kepada orang tersebut dengan keberkahan dari Allah Taala. Untuk setiap ganjaran itu engkau harus mengerjakan sesuatu. Di dalam urusan duniawi kami lihat kami itu harus melakukan beberapa usaha untuk mendapatkan hal-hal ini. Demikian juga halnya seseorang itu harus melakukan beberapa pekerjaan dalam perkara kerohanian. Bilamana Allah Taala itu sedemikian pemurahnya, kemudian orang itu tidak beribadah kepada Allah Taala dan tidak memperlihatkan kecintaannya kepada Allah Taala, ada seseorang yang berkata kepada Y.M. Nabi Muhammad saw. bahwa Allah Taala itu telah memberikan janjinya kepadamu untuk memberikan semua keberkatan dan kebaikan serta karunia-Nya, lalu mengapa Tuan harus berdiri dalam Shalat untuk waktu yang sekian lamanya? Beliau saw. menjawab apakah saya tidak menjadi seorang hamba dari Allah Taala yang bersyukur? Jadi, demikianlah satu contoh yang mulia yang jika kita mengikutinya maka kami pun akan bersyukur kepada kebajikan dan kebaikan yang telah Allah Taala berikan kepada kami. Kondisi dalam kehidupan kami berada di dalam berbagai posisi, berbagai kedudukan ada di sana, jadi apakah hikmah kebijaksaannya yang ada di sana, apa falsafahnya di balik itu? Bagaimana kita dapat mengerti akan hal-hal ini?
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa shalla itu berarti untuk membakar sesuatu, seperti engkau membakar sate. Demikian pula halnya perjuangan dan penderitaan ini adalah bagian penting dari Shalat. Jika perkara ini tidak ada di sana maka engkau tidak akan dapat benar-benar menikmati Shalat ini. Fakta kenyataannya adalah bahwa Shalat itu sebenarnya untuk dipersembahkan dalam arti yang hakiki dari terminology saat itu ketika Shalat dikerjakan dalam kondisi ini, hanyalah yang demikian yang dapat dikatakan sebagai Shalat yang hakiki, Shalat yang dikerjakan dengan segala kondisinya. Jika kondisi ini tidak ada di sana, yang demikian itu bukanlah Shalat. Jika kondisi ini tidak ada di sana, yang seharusnya ada di sana, maka yang demikian itu tidak dapat dikatakan sebagai Shalat yang hakiki. Haruslah selalu diingat bahwa dalam Shalat itu, kata-kata yang engkau ucapkan, gerakan tubuhmu, semuanya harus bersama-sama diperlihatkan. Pertama dikatakan bahwa situasi bagaimana dan kondisi pisik bagaimana yang harus ada di sana itu. Engkau itu harus memenuhi semua kondisi ini. Kemudian beliau mengatakan bahwa hall dan call dari kondisimu dan juga apa yang kau ucapkan dengan lidahmu semua ini harus dilakukan secara bersama-sama. Kadang-kadang dengan melihat potret atau melihat pada seseorang, engkau itu akan dapat menebak bagaimana kondisi dari hatinya. Dari potret yang ditunjukkan, orang dapat menebak bagaimana kondisi dari hatinya. Apa pun yang menjadi kehendak Allah, gambarannya itu sebenarnya ada di dalam Shalat. Ketika seseorang mengucapkan sesuatu doa dari lidahnya ketika sedang Shalat, maka seperti itu pula dengan melalui gerakan dari tubuhnya, ia pun memperlihatkan betapa perasaannya itu. Anggota dari tubuh dan gerakan dari tubuh ada terlihat di sana. Sebagai contohnya, jika seseorang sedang berdiri kemudian ia melakukan tasbih dan tahmid memuji kepada Allah dalam Shalat maka jika setiap orang itu tahu jika seseorang pergi ke hadapan seorang Raja maka orang itu akan menyampaikan sambutan atau kata-kata pujian dalam posisi berdirinya itu. Jadi, posisi berdiri itu adalah untuk menyampaikan pujian mengagungkan Allah Taala. Inilah gunanya posisi berdiri bahwa orang itu harus berdiri di hadapan Allah Taala dan memuji serta mengagungkan Allah. Jika seseorang itu mengerjakan yang demikian, pujian pun dipanjatkan kemudian orang itu mendapatkan perasaan bahwa engkau itu memiliki sebuah kepercayaan dan pendapat yang teguh tentang hal tersebut maka barulah engkau itu bisa memuji dan mengagungkan seseorang itu. Jadi, jika seseorang itu mengatakan Alhamdu lillaah bahwa segala puji bagi Allah maka perlulah bahwa ia akan mengucapkan Alhamdu lillaah hanyalah pada saat ketika ia sudah memiliki keimanan bahwa segala bentuk dari Shalat itu secara mutlak hanyalah untuk Allah Taala. Segala puji dan semua bentuk pujian sebenarnya hanyalah milik Allah Taala. Ketika semua hal ini tertanam dengan kokohnya di dalam hati seseorang, maka inilah satu posisi spiritual dari berdiri; orang itu harus ditegakkan dengan kokohnya pada butir ini. Kemudian dimengerti bahwa seseorang itu berdiri sesuai dengan kondisinya. Jadi, bahwa ia itu haruslah mendapatkan keadaan spiritual ini. Jadi, hatinya akan berdiri dengan sikap posisi berdiri yang sama dengan tubuhnya dan inilah sikap posisi berdiri dari segi kerohaniannya. Ketika ia mengucapkan Subhaana rabbiyal adhiim dalam keadaan ruku’, ketika engkau berserah diri kepada seseorang maka engkau itu kadang-kadang membungkukkan dirimu kepada orang tersebut. Jadi, oleh karena itu persyaratan dari Ke-Agungan dan Kemuliaan Allah Taala itu meminta agar engkau itu berserah diri, membungkukkan diri. Jadi, ketika seseorang itu menyebutkan Ke-Agungan dan Kemuliaan dari Allah Taala maka ia itu akan membungkukkan diri di hadapan Allah Taala dan memperlihatkan perasaan sentiment yang sama dari hatinya dengan menjalani posisi dari ruku’ ini. Setelahnya itu ialah statemen yang ke-3 nya adalah Subhaana rabbiyal ‘alaa. ‘Alaa berarti ketinggian, kemuliaan dan inilah butir yang paling tertinggi dalam menyebutkan derajat tertinggi dari keistimewaan, kebesaran, keagungan dan kemuliaan-Nya. Ini adalah satu kata yang menunjukkan titik tertinggi dari keistimewaannya itu. Ini di dalamnya itu memerlukan sikap posisi badan dalam bersujud karena ketika engkau itu berserah diri kepada Sang Wujud Yang adalah Tertinggi dari semuanya itu maka dengan sendirinya orang itu haruslah sama sekali menyerahkan dirinya dan melakukan sujud. Ketika seseorang itu mengucapkan Subhaana rabbiyal ‘alaa ia harus dengan serta merta melakukan gerakan bersujud dan secara pisik pun ia itu harus menunjukkan perasaan yang sama dengan apa yang ada di dalam hatinya. Sesuai pernyataan deklarasi ini, yang ia keluarkan dari mulutnya maka ia pun perlu bahwa posisi pisiknya pun memasuki keadaan bersujud. Jadi, inilah hal-hal yang harus berjalan bersama-sama dengan kata-kata ini yang diucapkan oleh mulutnya, yang kemudian sesuai dengan hal tersebut ada 3 macam kondisi pisik yang digambarkan di sana. Lidah yang merupakan satu bagian dari tubuh mengucapkan sesuatu di mana tubuh pun menjalani yang sama dengan apa yang diucapkan itu. Hal yang ke-3 adalah lidah itu di-ikut-sertakan di dalam ibadah bersamaan dengan kondisi sikap posisi badannya. Jadi, demikianlah dua hal yang adalah ekspresi dari kata-kata dan kondisi posisi pisik tubuh, kedua-duanya yang ada di sana ketika sedang melakukan Shalat. Meng-Agungkan dan Memuliakan Allah Taala ada di sana ketika sedang melakukan ruku’ dan sujud dan hal ketiganya yang jika perkara ini tidak ada di sana maka Shalat itu tidaklah sempurna dan apa yang ke-3 itu ialah hati. Adalah sangat esensial bahwa hati itu harus berada di dalam satu keadaan sedemikian bahwa apa pun yang diucapkan oleh lidah dan apa pun yang diindikasikan oleh tubuhnya, maka hal tersebut harus direfleksikan pada keadaan hatinya. Jadi semua ke-3 hal ini haruslah ada secara bersama-sama, ucapan dari lidah, ekspresi dari gerakan tubuh yang bersamaan dengan refleksi dari kondisi hati. Bilamana Allah Taala melihat pada orang yang sedang memuji kepada Allah Taala, maka Dia pun berdiri dengan cara yang sama sebagaimana orang yang sedang memanjatkan pujian, di mana ia berdiri dengan ruh nya yang juga berada dalam keadaan Shalat. Hatinya pun berdiri dalam posisi dari Shalat. Bukan saja tubuhnya, tetapi ruh, jiwa spiritnya pun berdiri dengan cara yang sama. Ketika ia mengucapkan Subhaana rabbiyal adhiim maka ia itu harus melihat bahwa ia itu bukan saja meng-ekspresikan kemuliaan dari Allah Taala, tetapi bersamaan dengan itu ia pun membungkukkan dirinya, melakukan keadaan merendahkan dirinya. Jadi, semua ke-3 perkara ini harus dikerjakan secara bersama-sama. Akhirnya, ketika ia berserah diri kepada Allah Taala dalam bersujud, maka ia pun menyerukan pujian atas Ketinggian dan Keistimewaan dari kedudukan Allah Taala ini. Gerakan dari tubuhnya juga mengindikasikan bahwa perasaan yang sama pun harus ada di dalam hatinya. Jadi, lidah itu meng-ekspresikan sesuatu, tubuh pun memperlihatkan sesuatu dan perasaan pun mengikuti kondisi tersebut. Di mana hati pun berada dalam keadaan bersujud di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanyalah kalau keadaan seperti itu ada di sana maka orang itu baru akan merasa puas karena inilah arti dari Yuqimunash Shalat. Inilah sebenarnya atanggung-jawab dari semua orang yang beriman bahwa semua ke-3 kondisi tersebut harus ada di sana di dalam diri orang Mukmin. Jika lidah meng-ekspresikan sesuatu maka tubuh pun harus mendukungnya dan memperlihatkan hal yang sama. Perasaan yang sama pun harus ada di dalam lubuk hatinya yang mendalam.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa jika kondisi tersebut tidak terdapat di sana maka orang itu tidak akan merasa puas yang sebenar-benarnya. Sekarang pertanyaan yang timbul adalah bagaimana orang itu dapat menciptakan kondisi yang demikian itu? Jawabannya hanyalah bahwa orang itu haruslah melakukan Shalat-shalatnya secara regular dan amat dawwamnya. Orang janganlah merasa takut jika pikiran seperti ini datang pada pikirannya ketika dalam Shalat. Jawabannya dari masalah ini ialah bahwa orang itu harus mendirikan Shalat-shalatnya 5 waktu dalam sehari dengan jalan sedemikian rupa yang itulah sebenarnya apa yang diperlukan di dalam ajaran dari Islam. Janganlah sampai timbul adanya keraguan dan banyak pikiran dengan berbagai bujukan dan gangguan yang datang pada orang tersebut. Janganlah orang merasa khawatir tentang hal tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa ada perjuangan pada awalnya, tetapi janganlah orang itu merasa lelah dan janganlah sampai orang itu merasa putus asa, orang itu janganlah sampai putus pengharapan. Orang itu harus terus dan senantiasa berdoa kepada Allah Taala seperti apa yang sudah saya katakan, kemudian jika ternyata ada pikiran, ada godaan dan berbagai hal yang terlintas di dalam pikiran dari orang itu, jika orang itu menggunakan lidahnya tetapi ada perkara lain yang menguasai pikirannya, maka orang itu harus berusaha dan melakukannya dengan lebih amat konsisten lagi, dengan selalu memohon bantuan dan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Orang harus terus dawwam di dalam Shalat-nya dan orang itu harus terus menerus meminta pertolongan dari Allah Taala. Pada akhirnya satu keadaan akan datang, ketika datang saatnya Allah Taala akan menolong orang tersebut. Tidak ada yang lebih besar dari wasifa daripada Shalat di mana Shalat itu harus diulangi dan diulangi lagi, diulangi lagi. Semua permohonan ini yang diulang-ulangi dengan jalan Shalat, inilah sebenarnya ada termasuk segalanya di dalamnya. Orang kadang-kadang memintanya dengan Shalat sedemikian yang bisa di-ulang dan di-ulangi lagi; jawaban yang diberikan oleh-Nya adalah bahwa Shalat itu adalah seperti itu dan inilah sebenarnya apa yang dikatakan Shalat itu. Di dalam Shalat ada ucapan doa shalawat, ada ucapan salaam, pokoknya segala sesuatu ada di dalam Shalat ini. Semua perkara ini yang sebenarnya memperlihatkan Tanda dari Allah Taala yang semuanya ditaruh bersama-sama di dalam Shalat ini. Dengan melalui Shalat, orang akan dapat mengatasi kegelisahannya, ke-khawatirannya dan mengatasi permasalahannya, keadaannya yang sulit akan dapat teratasi, akan dapat terselesaikan . Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. ketika ia menghadapi sesuatu keadaan yang mengkhawatirkan, yang menakutkan, beliau selalu berdiri dalam Shalat. Allah Taala berfirman: Alladziina aamanuu wa tathma-innu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bidzikrillaahi tathma-innul quluub.

Surah Al-Ra’du (13) ayat 29:
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenteram.

Bahwa, tidakkah engkau mengetahui bahwa mengingat Allah Taala itu adalah satu hal yang benar-benar memberikan kepuasan penuh dan ketenteraman di dalam hati; shalat itu adalah satu sarana yang besar untuk keperluan tersebut. Jadi, inilah standard yang harus dapat diraih. Bukan saja kita itu harus dawwam di dalam Shalat-shalat kita, tetapi setiap butir particle dari bagian tubuh kita dan dari jiwa kita itu harus senantiasa bersujud dan berserah diri kepada Allah Taala. Shalat-shalat ini harus tercurah dari hati kami yang harus membuat kita itu cinta kepada Allah Taala. Kita itu harus dapat melihat sebuah revolusi yang didatangkan pada hati dan jiwa kami sehingga Allah Taala itu ridha dengan kita. Semoga hendaknya Allah Taala membuat kami demikian dan memberi taufik dan kemampuan kepada kami untuk dapat melihat perubahan dan revolusi spiritual kerohanian kami. Aamiin.



San Jose-California-USA, February 25, 2008 / Mersela, 28 Pebruari 2008

Kamis, 21 Februari 2008

ULAMA - PEMBINA UMAT (MUSLIMIN)

Bismilllahirrahmanirrahiim
ULAMA-ULAMA yang PEMBINA UMAT (MUSLIMIN) Zaman ini

Ada banyak ulama-ulama yang penuh semangat berkeinginan untuk membina umat, terutamanya UMAT MUSLIMIN, dengan kecintaan dan semangat tinggi bermaksud membela Islam, ingin menjadi pahlawan dalam Islam. Namun pada kenyataannya, ulama ini banyak di antara mereka yang justru bukannya membina Umat Islam ini, tetapi mengajarkan dan memberikan contoh perilaku kekerasan dan kebengisan yang sama sekali bukan merupakan ajaran Al-Qur’an dan bukan Ajaran Nabi, Rasul Allah Muhammad saw.; bahkan sebaliknya karena kekerasan dan fatwa kerasnya itu telah mencoreng wajah Islam yang cantik yang penuh rahmat dan kasih sayang itu.

Ulama-ulama mereka ini tidak mengetahui atau tidak memperhatikan bagaimana caranya membina umat ini sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT. di dalam Al-Qur’an. Ini dimulai dengan doa permohonan dari Hadhrat Ibrahim a.s. yang bersama Hadhrat Ismail a.s. telah membangun ka’bah, Rumah Allah Baitullah di Mekkah sekitar 4000 tahun yang lalu (2000 tahun S.M.), untuk dijadikan tempat ziarah dan tempat beribadah secara universal oleh seluruh umat di dunia yang beriman pada Ke-Esaan Tuhan.

1. Hadhrat Nabi Ibrahim a.s. berdoa meminta kepada Allah Taala (Al-Baqarah ayat 129):
Rabbanaa wab ’ats fii him rasuulam min hum yatlu alaihim aayaatika wa yu’allimuhul kitaaba wal hikmata wa yu-zakkiihim, innaka antal ‘aziizul hakiim.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat –Mu (1) dan mengajarkan kepada mereka Kitab (2) dan Hikmah (3) , serta mensucikan mereka (4) . ……….

Demikianlah permohonan doa dari Hadhrat Nabi Ibrahim a.s. agar Allah mengutus seorang Rasul dari kalangan keturunannya, yakni keturunan dari Hadhrat Ismail a.s. Sejarah membuktikan, bahwa Allah Taala memang 2600 tahun kemudian, atau l.k. 1400 tahun yang lalu, telah mengutus seorang Nabi yang besar, Nabi yang paling mulia, Khataman-Nabiyyyin, yakni Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., yang keturunan dari Hadhrat Ismail as.

2. Doa Hadhrat Ibrahim a.s. ini telah didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT., seperti yang difirmankan-Nya dalam Kitab Suci Al-Qur’an (2:151):
Kamaa arsalnaa fiikum rasuulam minkum yatluu ‘alaikum aayaatinaa wa yuzakkiikum wa yu’allimukumul kitaaba wal hikmata wa yu’allimukum ma lam takuunu ta’lamuun.
Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu yang membacakan Ayat-ayat Kami kepada kamu (1) dan mensucikan kamu (2) dan mengajarkan kepada kamu Al-Qur’an (3) dan Hikmah (4), dan …….
1. Pengabulan terhadap doa Hadhrat Ibrahim a.s. itu yakni dengan dibangkitkan-Nya seorang Rasul, yaitu Nabi Muhammad Rasulullah saw., yang berasal dari golongannya, yakni dari keturunan Hadhrat Ismail a.s. Tugas-tugas dari Rasul Allah ini adalah sama yaitu dengan ke-4 tugas pokok seperti yang dimintakan dalam doanya Hadhrat Ibrahim a.s., hanya Allah Taala memberikan urutan penekanan pada tugas terlebih dahulu dengan mensucikan kamu (2), yang diletakkan sebelumnya mengajarkan kamu Al-Quran (3) dan Hikmah (4). Padahal yang ada di dalam permintaan doa Hadhrat Ibrahim a.s. itu perkara mesucikan mereka (4) itu diletakkan sesudahnya mengajarkan kepada mereka Kitab (2) dan Hikmah (3).
2. Demikianlah bagaimana yang ada di dalam pikiran Nabi Ibrahim a.s., dan bagaimana kebijaksaan dari Tuhan, Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana itu telah menekankan akan perlunya mensucikan kamu terlebih dahulu, sebelumnya kamu dapat mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an dan Hikmah itu!
3. Yang berikutnya setelah itu adalah bahwa kepada orang-orang mukmin, orang-orang yang telah beriman kepada Nabi Muhammad saw. pun, diberikan kepada mereka karunia, dengan membangkitkan lagi seorang Rasul dari antara mereka, dengan ke-4 tugas dan urutan sesuai kebijaksanaan-Nya. Demikianlah firman-Nya di dalam Al-Qur’an surah Aali ‘Imraan ayat 164.
La qad mannallaahu ‘alal mu’miniina idz ba’atsa fiihim rasuulam min anfusihim yatluu ‘alaihim aayaatihii wa yuzakkiihim wa yu’allimuhumul kitaaba wal himataa …..
Sesungguhnya, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika membangkitkan kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka (1), dan mensucikan mereka (2) dan mengajarkan kepada mereka Kitab (3) dan Hikmah (4) ……….

4. Tentang dibangkitkan Rasul Allah, Muhammad saw., (bangsa yang buta huruf, yang bangsa Arab) dengan urutan tugas sama telah diulangi kembali dengan firman-Nya dalam Surat Al-Jumu’ah ayat 2, dengan tugas mensucikan mereka terlebih dahulu, sebelumnya mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah itu.
Dialah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

5. Namun setelahnya itu pun masih ada janji untuk orang-orang, umat Muslim di zaman yang akhir bahwa, seorang Rasul akan dibangkitkan juga di antara orang-orang belum ikut dalam golongan mereka, yaitu pada golongan yang non-Arab.
3. Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

6. Dalam hadits, yang berkenaan dengan Rasul yang dibangkitkan di akhir zaman itu, Y.M. Rasulullah saw. memberikan petunjuk nubuatan bahwa jika Iman itu sudah terbang ke Bintang Tsuraya maka salah seorang dari keturunan Salman Parsi inilah yang akan membawanya kembali iman di bumi. Nabi Muhammad saw. sebagai seorang Nabi yang agung, yang telah membawa satu revolusi besar di antara orang-orang Arab waktu itu, maka kemudian, di zaman sekarang, di dunia yang rusak dan corrupt ini, seorang khadim dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., yang adalah pengikut setia dari Y.M. Rasulullah saw., Khataman-Nabiyyiin, Nabi yang pembawa Syariat terakhir, juga akan menciptakan satu revolusi yang besar. Yaitu, ketika ayat tadi diturunkan, kemudian para sahabat bertanya, siapakah orang yang dari antara umat ini yang akan datang pada kedua kali itu? Kemudian Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. menaruhkan tangan beliau pada pundaknya Hadhrat Salman Parsi dan mengatakan bahwa walau pun iman itu sudah terbang jauh ke bintang Tsuraya, maka kemudian dari antara orang-orang ini akan dibangkitkan seseorang yang akan membawa kembali iman tersebut. Juga ada sebuah hadits dari Y.M. Nabi Muhammad saw., bahwa satu saat akan datang dimana Al-Qur’an itu hanyalah merupakan sebuah Buku dengan huruf-hurufnya saja dan Islam hanyalah tinggal namanya. Itulah salah seorang dari keturunannya Hadhrat Salman Parsi yang ada di sana dan ini adalah berkenaan dengan keadaan di zaman ini, di mana ketika Kitab Suci Al-Qur’an itu akan diangkat ke Langit, yang kosong dari petunjuk, maka pada itulah saat diturunkannya Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan a.s.
7. Singkatnya, semua keadaan ini sekarang ditemukan kembali di antara para sahabatnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. dan inilah pemenuhan janji dari Allah Taala. Sudah ditakdirkan oleh Allah untuk membawakan revolusi ini yang dibawa oleh Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. sehingga inilah tanggung-jawab dari setiap anggota dan para pengikut Jamaat dan para Ulama-ulama di Akhir Zaman sekarang untuk meneruskan revolusi ini; karena jika tidak demikian dan tidak melalui jalan ini, yang misinya itu terutama dengan menekankan terlebih dahulu pada kesucian diri dan mengajak orang-orang untuk menjadi orang yang bersih dan suci hatinya dari segala keburukan, dari perasaan hasud iri dengki dan dari perbuatan yang kasar dan bengis, atau yang bisanya cuma dengan mengeluarkan ribuan fatwa, maka kita akan dianggap sebagai orang yang berdosa seperti halnya orang-orang sebelum kita, orang Muslimin yang sudah kehilangan imannya.

Semoga bermanfaat untuk menjadi petunjuk dan pencerahan diri. Aamiin.


Mersela, 19-2-2008

KHUTBAH JUM'AT 15-2-2008; SHALAT-Mensucikan Diri

KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba.
Tanggal 15-2-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London , United Kingdom
Shalat – Sarana Mensucikan Diri

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. menilawatkan ayat dari Kitab Suci Al-Qur-aan:

Surah Al ‘Ankabuut (29) ayat 46:
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Kitab Al-Qur-aan dan dirikanlah Shalat, sesungguhnya Shalat mencegah orang dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah, adalah kebajikan yang lebih besar. Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.

Sebagaimana setiap Ahmadi sudah sangat mengetahuinya bahwa di abad yang ke-14 itu sudah ditakdirkan akan diturunkannya seorang pencinta berat Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. . Maka sesuai dengan janji Allah Taala ini agar satu kali lagi ditegakkannya ajaran dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., maka diutuslah pencinta berat Nabi Muhammad saw. ini, yaitu Al-Masih yang dijanjikan, Masih Mau’ud a.s., di mana kami ini adalah di antara orang-orang yang beruntung yang sudah mendapatkan taufik dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk melakukan bai’at di tangannya dan menjadi anggota dari Jama’at ini. Tetapi bai’at ini tidak akan dapat memenuhi tujuan yang di mana beliau ini telah diturunkan dan ditunjuk untuk melaksanakan misi ini, atau kecuali bai’at ini memberikan beberapa tanggung-jawab pada kita untuk dilaksanakan. Tanggung-jawab tersebut yang Junjunan besar kami - Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. – kepada orang-orang yang telah mengambil bai’at di tangan khadimnya itu, mereka benar-benar mengerti akan hal ini sebagaimana ummatnya beliau di zaman dahulu, mereka itu telah memenuhi kewajiban dan tanggung-jawabnya tersebut. Sudah pasti jawaban dari setiap dan semua Ahmadi itu adalah –Ya! -, di mana mereka yang telah bai’at di tangannya Al-Masih Mau’ud a.s. dan Al-Mahdi ini dan yang adalah para anggota dari Jama’at ini mereka pun memiliki tanggung-jawab sama seperti halnya kewajiban bagi orang-orang dari zaman awalnya Islam. Tanggung-jawab tersebut telah dilaksanakan oleh orang-orang terdahulu dengan sangat baiknya; mereka yang sudah mendengar pada Ayat-ayat, pada Tanda-tanda dari Allah Taala dan lalu mensucikan diri mereka, yang bilamana kesucian dan kebersihan dirinya sudah ada pada mereka, maka sebagai hasilnya adalah bahwa kepada mereka itu telah diberikan kedudukan dan status yang membuat mereka benar-benar seorang manusia dari Tuhan. Setelahnya itu mereka pun mensucikan orang-orang lainnya dan begitulah seterusnya. Jika kami tidak punya pikiran yang demikian maka kami itu bukanlah orang yang benar-benar mengerti akan posisi dan kedudukan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
Beliau bersabda di satu tempat bahwa wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim (62:4)
Bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. itu, beliau akan mensucikan umat di zaman akhir dengan cara ini; beliau akan mensucikan orang-orang ini seperti halnya beliau biasa mensucikan para sahabatnya di zamannya beliau. Jadi, hasil impact yang bagus ini akan terjadi lagi dengan melalui pencinta besarnya Y.M. Nabi Muhammad saw., yang melalui Al-Mahdi yang mendirikan Jama’at ini. Jama’at akhir zaman ini akan direformasi dengan melalui beliau.
Jadi, selama hidupnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. itu ada beribu-ribu orang yang telah disucikan; mereka, orang-orang yang telah disucikan ini kemudian akan terus tersebar. Jadi, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah meletakan landasan dari Jama’at ini yang kemudian tersebar dengan luasnya. Allah telah memberikan janji-Nya akan kemajuan dari Jama’at ini, janji yang diberikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan janji Allah itu adalah selalu benar seperti kata-kata-Nya. Kami sudah melihat pemenuhan dari janji-janji tersebut di masa yang lalu dan kami pun sekarang sedang melihat pemenuhan janji-janji tersebut, dan kami pun akan melihat pemenuhan janji-janji ini di masa mendatang. Tetapi setiap dan semua anggota Jama’at ini haruslah selalu ingat akan poin ini di dalam pikirannya bahwa Wujud-Nya ini akan memenuhi janji-janji tersebut hanya jika orang-orang itu benar-benar mensucikan diri mereka ini. Jadi, inilah sebuah tanggung-jawab yang besar atas setiap dan semua Ahmadi berkenaan dengan dirinya sendiri dan juga sebagai pemelihara dan penjaga dari anggota keluarganya, yaitu istrinya dan anak-anaknya, bahwa mereka itu harus menaruh perhatian penuh akan tanggung-jawabnya ini.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. biasa menerangkan arti dari aakhariina minhum lammaa yalhaquu bihim (62:4) ini, mengapa kata-kata ini digunakan dalam bentuk jamak. Beliau mengatakan bahwa tujuan dari kata-kata ini adalah agar orang-orang itu mengerti akan poin ini bahwa sosok orang yang akan datang itu tidak akan sendirian, tetapi akan merupakan sebuah Jama’at. Bahwa Jama’at ini akan memiliki keimanan yang teguh kepada Allah Taala dan kemurahan serta keanggunan dari seorang beriman itu akan menampak di antara mereka ini. Jadi, inilah standard yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. beserta semua anggota yang pengikut dari Jama’at-nya ini harus berusaha untuk dapat meraihnya. Hal ini dikatakan oleh Allah Taala di mana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menerangkan poin ini kepada setiap orangnya. Agar supaya dapat mencapai tujuan tersebut dan memeliharanya, yang bukannya menegakkannya pada dirinya sendiri saja, tetapi juga harus menyebarkannya di antara keluarganya, kepada istri dan anak-anak-nya dan juga kepada orang-orang yang ada di sekitar lingkungan mereka, yang untuk itu setiap dan semua Ahmadi itu harus bekerja dengan kerasnya. Untuk dapat meraih hal tersebut maka ia itu harus mengikuti jalan-jalan dan cara-cara yang Kitab Suci Al-Qur’an telah membuat poin ini sangat jelas bagi kita. Agar dapat mengerti akan jalan-jalan dan cara-cara itu yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah mengajarkannya kepada kita, agar dapat mensucikan diri kita dan supaya dapat menghindarkan diri dari keburukan-keburukan, Allah Taala telah menyebutkannya bahwa pengamalan dari ibadah Shalat itu adalah perkara yang sangat besar dalam hal ini sebagaimana Dia berfirman:
Utlu maa uuhiya ilaika minal kitaabi (ayat 29:46)
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Kitab (Al-Qur-aan) dan engkau tilawatkanlah,
wa aqimish shalaata, dan dirikanlah Shalat, yang berarti bahwa apa yang diwahyukan kepadamu dalam bentuk Kitab ini, engkau bacalah dan sampaikanlah kepada orang-orang dan dirikanlah Shalat,
innash shalaata tanhaa ‘anil fahsyaa i wal munkari; sesungguhnya Shalat itu dapat membuat orang jauh dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar, dan perbuatan yang tidak menyenangkan. Sesungguhnya mengingat kepada Allah itu adalah satu perkara yang lebih besar di mana Allah Taala Maha Tahu segalanya yang engkau kerjakan.
Sebagaimana yang kami lihat, di dalam ayat ini Allah Taala telah menyebutkannya bahwa di mana pembacaan dari pesan amanah itu dilakukan, maka segera setelahnya itu Allah Taala menyebutkan wa aqimish shalaata yaitu bahwa engkau dirikanlah Shalat. Dikarenakan melaksanakan Shalat dengan mengikuti persyaratannya serta untuk menegakkan institusi Shalat itu yang dikerjakan secara dawwam, yang demikian itu akan menjadi sarana untuk pensucian. Kitab Suci Al-Qur-aan yang dengan bentuknya yang penuh dengan ajaran untuk pensucian di mana agar orang itu mengerjakannya maka orang itu hanyalah akan mampu dengan pertolongan dari Allah Taala. Jadi, seseorang itu sudah mendedikasikan dirinya untuk berserah diri kepada Allah Taala di mana ia itu sudah dipengaruhi oleh ajaran dari Kitab Suci Al-Qur-aan, maka kemudian ia itu akan dapat menghindarkan diri dari keburukan dan dosa dan ia akan bekerja mengikuti semua perintah dari Allah Taala sebagai seorang mukmin yang sejati dan kemudian persembahan ini, yang dipersembahkannya dengan penuh dedikasi, maka kemudian Shalat-shalatnya ini juga akan membuat orang akan terus mengingat kepada Allah bahkan setelahnya melakukan Shalat itu. Kemudian orang ini akan menjadi orang yang benar-benar mensucikan dirinya.
Jadi oleh karena itu, menaruh perhatian pada Shalat itu adalah satu hal fundamental yang paling terpenting yang menjadi tanggung-jawab bagi setiap Ahmadi. Tetapi bagaimanakah hal itu dapat dilaksanakan dengan hanya mengerjakan satu atau dua kali Shalat saja? Tidak! Benar-benar Shalat yang 5 waktu sehari itu adalah satu keharusan. Jika Shalat itu tidak ada maka akan merupakan satu perjalanan yang panjang untuk mendapatkan standard tinggi dalam peribadahan yang dimintakan dari kita itu. Orang-orang yang terdahulu telah melakukan Shalat 5 waktu sehari dengan usahanya yang keras dan itulah tanda patokan yang dari sanalah sebenarnya perjalanan menuju standard yang lebih tinggi itu dimulai. Shalat 5 waktu sehari itu adalah seperti sebuat bibit keshalehan yang akan tumbuh menjadi sebuah pohon yang berbuah dengan lebatnya.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa kalian lakukanlah Shalat 5 waktumu dalam sehari dan dari sanalah maka kondisi moralmu akan dapat dikenali. Seseorang yang memiliki bibit keburukan, ia tidak akan dapat bertahan pada posisinya ini. Kami itu harus menanamkan benih di dalam hati kita dengan pemeliharaannya yang begitu rupa dan menumbuhkannya dengan cara yang memadai sehingga tidak akan ada kondisi iklim yang dapat merusakkannya sama sekali. Jika kita itu tidak menjaga Shalat-shalat kita maka kemudian akan seperti benalu yang akan menghancurkan pada hasil panenan, yang kadang-kadang benalu ini memakan seluruh tanamannya. Jadi, seperti itu pula bahwa keburukan itu akan mengalahkan amal-amal baik ini. Jadi kami itu haruslah memelihara dan menjaga Shalat-shalat ini dan menegakkan dengan akarnya yang kokoh, yang kemudian hanya dengan cara itu akan menjadikan sebuah pohon yang rindang, yang teduh, sebuah pohon yang besar yang juga menghasilkan buah-buahnya, dan hanyalah yang secara demikian, yang akan berhasil itu. Institusi ini akan menjaga kita dari segala macam keburukan, keburukan yang besar atau pun keburukan yang kecil. Jadi, kami itu harus memelihara ibadah kita, menjaga Shalat kita, di mana kemudian Shalat-shalat ini menjadi sarana untuk keamanan dan keselamatan kita.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkan tanda yang berbeda dan yang menonjol dari seorang Ahmadi ini. Jadi, setiap Ahmadi itu harus meng-analisa dirinya sendiri, harus meng-analisa keadaan dari keluarganya. Ia harus melihatnya dan meyakinkannya apakah ia menjaga ke-menonjolannya darikeluarga Ahmadinya itu. Apakah kita dapat dikenali orang dengan kualitas bagusnya tersebut bahwa kita itu adalah orang-orang yang penuh beribadah, dengan ahlak yang baik dan yang mengerjakan Shalat, serta kami itu adalah termasuk orang yang memenuhi tujuan diturunkannya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Jika kita sudah meng-analisa semua perkara ini maka dari hasil analisa ini kita dapat memperbaiki standard keshalehan kami.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam menjelaskan pentingnya tentang Shalat ini, beliau mengatakan bahwa Shalat itu adalah sebuah kebajikan yang bagus di mana kelemahan-kelemahan karena pengaruh Syaitan itu dapat disingkirkan. Itulah arti sebenarnya dari Shalat itu. Syaitan menginginkan bahwa orang itu menjadi lemah di dalam keshalehannya, lemah dalam ketakwaannya dan Syaitan pun mengetahuinya bahwa reformasi yang akan ia kerjakan itu adalah dengan melalui Shalat. Jadi, oleh karena itu adalah sangat essential untuk menjadi orang yang suci bersih ini. Selama seseorang memiliki sesuatu keburukan atau najis di dalam dirinya, maka Syaitan akan mencintai orang tersebut. Oleh karena itu, ciptakanlah kecintaan kepada Allah dan ingatlah ke-Agungan Allah di dalam hati kalian, tidak ada yang lebih besar lagi dari pada Shalat untuk menciptakan hal ini. Berpuasa datang setelahnya Shalat, yang dikerjakan setelahnya satu tahun dan Zakat hanya diberlakukan terhadap orang yang memenuhi persyaratan, yang ada dalam kategori tingkatan itu. Tetapi Shalat itu sangatlah esensial dan wajib bagi semua dan setiap orang. Oleh karena itu janganlah sampai melalaikan tentang Shalat ini; jagalah dan dirikanlah Shalat dengan jalan sedemikian rupa seolah-olah engkau sedang berdiri di hadapan Satu Tuhan Yang Maha Perkasa, yang jika Dia menyukainya maka dengan serta merta akan menerima dan mengabulkan doa saya, pada saat yang sama, pada detik yang sama, doa itu akan diterima dan dikabulkan oleh-Nya.
Orang-orang lainnya sangat memerlukan harta khazanahnya, mereka khawatir kalau-kalau khazanahnya itu kosong di mana mereka selaku takut akan kemiskinan. Tetapi khazanah dari Allah Taala akan selalu terisi penuh. Bilamana seseorang itu berdiri di hadapan-Nya, dalam Shalat dan berdoa meminta hanya hal-hal yang ia perlukan dengan penuh rasa kepastian; yaitu jika ia memiliki keyakinan bahwa saya berdiri di hadapan Satu Wujud yang Mendengar, Yang Maha Tahu dan yang Maha Berkuasa, kemudian jika Dia menyukainya, maka Dia dapat memberikan kepada saya segalanya itu tepat pada saat itu juga. Jika orang itu memuji-Nya dengan secara sangat khusuk, dan tidak pernah merasa berputus asa serta tidak punya pikiran atau prasangka buruk kepada-Nya. Jika dia itu menyukainya maka ia akan mendapatkan kegembiraan ini secepatnya dan lebih banyak lagi keberkahan dari Allah akan datang di jalan ini. Semua hal ini akan didapatkannya, jadi jalan inilah yang harus kita ikuti itu. Orang yang zhalim dan fasiq adalah orang-orang yang tidak berbuat adil dan yang suka melanggar perintah maka Shalat mereka itu tidak akan diterima. Allah Taala tidak akan perduli terhadap orang-orang semacam ini; jika seorang anak tidak perduli terhadap ayahnya, maka ayahnya pun tidak akan perduli sama anak tersebut. Bagaimana Allah Taala akan perduli terhadap orang-orang sedemikian yang tidak memperdulikan Allah Taala.
Jadi, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah mengatakan bahwa inilah senjata yang harus kami miliki untuk bertempur memerangi Syaitan. Syaitan itu selalu berusaha untuk merampas senjata ini dari orang Mukmin. Sebagai seorang tentara yang baik, ia tidak akan pernah melepaskan senjatanya ke tangan musuh. Demikian pula halnya seorang mukmin sejati tidak akan melepaskan, tidak akan membiarkan senjata ini diberikan kepada Syaitan. Inilah sifat alamiah manusia bahwa orang itu seringkali terjerumus pada kelemahan dan keburukan. Oleh karena itu untuk menjaga senjata ini maka diperlukan usaha yang dawwam dan serius dari pihak orang-orang beriman. Dengan secara permanen keselamatan itu harus dikerjakan dan untuk memperoleh ini Allah Taala mengatakan bahwa kalian itu harus menjaga Shalat-shalat kalian. Allah Taala berfirman:

Surah Al-Baqarah 239:
Jagalah semua Shalat-shalat dan khususnya Shalat yang ada di tengah-tengah, dan berdirilah di hadapan Allah dengan patuh.

Saudara-saudara harus menjaga Shalat-shalat kalian, terutama Shalat yang ada di tengah-tengahnya dan berserah dirilah selalu kepada Allah Taala. Jadi, inilah petunjuk prinsip yang telah diberikan bahwa engkau peliharalah dan jagalah Shalat-shalat-mu itu, terutama Shalat yang datang di tengah-tengahnya. Berbagai ahli tafsir telah menyebutkan apa arti dari Shalat yang di tengah-tengah itu; mereka memberikan tafsir dan penjelasannya sesuai dengan ilmu mereka. Ada yang menyebutkan Shalat Fajar, Shalat Zhuhur dan ada yang mengatakan Shalat Ashar; berbagai pendapat disebutkan.
Jadi sebuah petunjuk dan satu prinsip ada disebutkan di sini bahwa kami itu harus menjaga Shalaatil-wusthaa, Shalat Pusat, Shalat yang ada di tengah-tengahnya. Sesuai situasinya dari setiap orang dan tergantung pada orang tersebut maka apa yang ada di tengah-tengah itu bisa berbeda-beda, yaitu setiap situasi yang dapat membuat dia itu lalai atau lupa untuk melakukan Shalat. Bilamana Syaitan itu berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari institusi Shalat ini, yaitu di mana ia mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang lain, maka itulah saatnya di mana ia itu harus berhati-hati agar kita dapat menjaga diri terhadap bujukan dari Syaitan pada saat tersebut dan kami tidak akan membiarkan Syaitan itu untuk menguasai kami. Jadi, selanjutnya saudara-saudara itu haruslah mengerti akan poin ini jika kita menjaga Shalat-shalat kita itu. Bilamana situasinya ada di sana sebagaimana yang baru saja saya katakan, dalam hal yang demikian itu maka Shalat itu benar-benar akan menjaga dan melindungi kami. Shalat-shalat ini akan diperkuat dengan Shalat-shalat sunnah dan Shalat sunnah akan diperkuat oleh Shalat-shalat nawafil – shalat optional -. Jika keadaan seperti ini dapat terciptakan maka kalian tidak akan melihat Syaitan berada di sekeliling kalian, Syaitan akan melarikan diri, Syaitan tidak akan datang mendekat pada orang-orang ini. Jadi, usaha yang dawwam dan terus menerus secara inilah dan pertempuran yang terus menerus inilah yang kalian harus perbuat. Inilah apa tanggung-jawab yang diperlukan itu dan situasi seperti ini adalah yang sebenernya dapat membuat perubahan yang shaleh, setelahnya orang itu bai’at. Jadi, oleh karena itu, untuk memelihara dan menjaga Shalat-nya seseorang itu merupakan tanggung-jawab yang sangat penting dari setiap dan semua Ahmadi yang ia sudah berjanji untuk melaksanakannya: Saya masuk ke dalam Jama’at dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah untuk mengatasi dan menghilangkan kelemahan-kelemahan lama-ku ini. Jadi, selanjutnya untuk melaksanakan hal ini maka ia itu harus memperlihatkan contoh dari ketaatan yang sepenuhnya di mana ia harus menempuh jalan yang melalui jalan ini sehingga janji yang diberikan saat bai’at itu akan bertambah kuat. Saudara akan mampu untuk berperang melawan Syaitan dengan suksesnya yang dengan melalui itu kalian akan dapat melihat banyak dan lebih banyak lagi kebaikan dan kebajikan serta keimanan kalian akan bertambah kuat lagi sebagai hasilnya dari itu. Sebagai hasilnya dari itu maka kalian dapat melihat:

Surah Ibraahiim (14) ayat 25: Wa far’uhaa fis samaa’
………… dan yang cabang-cabangnya menjulang ke Langit.

Bahwa Shalat-mu itu akan naik ke Langit yang cabang-cabangnya dari pohon ini akan naik sampai ke Langit yang selanjutnya kalian dapat melihat standard yang tinggi dari ke-shalehan dan kemuliaan. Melalui inilah kalian dapat melihat manifestasi dari pengabulan doa itu. Untuk dapat meraih standard yang tinggi ini setiap dan semua Ahmadi itu harus melengkapi keinginan di dalam hatinya untuk meningkatkan standard dari peribadahan dan Shalat-nya, yang juga harus dikerjakan dengan rasa keinginan yang besar, dengan perhatian yang besar dan dengan kegemaran dan ke-khusukan yang tinggi. Ketidak-bosanan harus diciptakan di dalam hati. Pada saat ini dan di zaman ini yang dinamakan sebagai yang amat dan terlalu sibuk atau orang yang disibukkan dengan pekerjaannya, orang-orang cenderung untuk meng-gabungkan Shalat-shalat ini, tetapi sebenarnya ada juga orang-orang yang hanya karena punya kebiasaan untuk menggabung-gabungkan Shalatnya ini. Ini tidaklah benar, karena saat untuk setiap Shalat itu sudah ditentukan waktunya. Ada 5 kali Shalat di dalam satu hari itu, Allah Taala berfirman:
Surah Bani Israa’il (17) ayat 79:
Aqimish shalata li duluukisy syamsi ilaa ghasaqil laili wa qur-aanal fajri inna qur-aanal fajri kaana masyhuudaa.
Dirikanlah shalat sejak matahari condong hingga kegelapan malam, dan bacalah Al-Qur-aan pada waktu subuh. Sesungguhnya pembacaan Al-Qur-aan pada waktu subuh diterima secara istimewa oleh Allah.

Bahwa sejak dari condongnya matahari sampai datangnya malam, engkau dirikanlah Shalat dan juga bacalah Al-Qur-aan pada pagi hari. Pembacaan Al-Qur-aan di pagi hari adalah satu hal yang akan dijadikan saksi pada Hari Pembalasan. Dalam ayat ini Allah Taala menyebutkan berbagai waktunya Shalat; yang dimulai dari Shalat Zhuhur sampai pada Shalat Subuh, yang waktu setiap saatnya telah ditetapkan. Tentang ke-5 waktu Shalat ini telah dijelaskan secara sangat rincinya oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Beliau mengatakan bahwa Allah Taala, menurut undang-undang-Nya telah membagi pengadilan-Nya ini menjadi 5 tahapan; katakanlah bahwa jika pengadilan itu datang pada seseorang yang membuat orang itu merasa ketakutan di mana orang itu mendapatkan permasalahan, maka indikasi pertama tentang adanya permasalahan itulah yang pertamanya timbul. Selanjutnya tahapan berikutnya adalah bilamana orang itu benar-benar mendapat permasalahan sehingga orang itu sama sekali berputus asa di dalam masa kegelapannya dan yang setelahnya itu fajar dan cahaya terang pun akan muncul. Jadi, inilah ke-5 tahapan yang berbeda itu, yang merupakan refleksi dari ke-5 kali Shalat dalam satu hari itu. Ingatlah bahwa waktu-waktu ini yang telah ditetapkan sebagai waktunya untuk Shalat bukanlah semacam pemaksaan yang ditekankan terhadap orang-orang. Jika kalian mau berpikir secara baik-baik maka ke-5 waktu ini adalah gambaran atas 5 kondisi rohaniah atau spiritual sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala: aqimish shalaata li duluukisy syamsi bahwa engkau dirikanlah Shalat mulai condongnya matahari. Jadi, Allah Taala telah menyebutkan tentang pelaksanaan Shalat itu mulai dari duluukisy syamsi yaitu dari mulai condongnya matahari. Ada perbedaan pendapat di sini, tetapi dari sinilah dimulainya waktu Shalat itu. Rincian lainnya ada di sana dan hukum tentang kondisi spiritual itu sebenarnya di mulai dari condongnya matahari dan setelahnya itu ada 5 tahapan berbeda yang akan dilalui oleh seorang manusia. Jadi, Shalat juga dimulai bilamana ada terdapat semacam kegelisahan atau ke-khawatiran yang indikasinya mulai dirasakan. Jika orang itu berhadapan dengan suatu masalah atau keadaan yang sulit, maka orang itu akan memperlihatkan kerendahan dirinya. Jika terjadi gempa bumi umpamanya, maka kalian dapat membayangkannya betapa merendahkan diri sikapnya yang akan diperlihatkannya. ………
………….
Kemudian jika perkara pengadilan terhadapmu itu sudah di-register, itulah kondisi yang terjadi setelahnya tengah hari itu, di mana ada sebuah kemunduran dalam situasi dirinya itu. Dikarenakan sebelumnya itu ia tidak mengetahui tentang pemanggilan ke pengadilan ini, dan ketika datang pemanggilan ini maka ia merasa khawatir apakah Tuhan tahu tentang kesalahannya itu dan apa yang akan terjadi setelah itu? Jadi, kemundurannya ini yang datang dalam situasi yang sebenarnya duluuk itulah kondisi pertama yang meng-ekspresikan saatnya waktu Shalat Zhuhur; itulah saatnya untuk melakukan Shalat Zhuhur. Kondisinya yang kedua adalah bahwa ketika ia benar-benar sudah masuk ke ruangan Pengadilan dan pihak lawannya mengajukan pertanyaan kepadanya serta menanyakan kepadanya berbagai hal, itulah keadaan yang sangat gawat di sana dan itulah saatnya untuk Shalat Ashar. Bilamana keadaannya bertambah buruk di mana ia akan dikenakan tuntutan Pengadilan maka ia sudah berpikir bahwa suatu hukuman atau denda akan dijatuhkan kepadanya, maka itulah saatnya untuk Shalat Maghrib. Bilamana akhirnya keputusan sudah dijatuhkan dan ia pun diserahkan kepada polisi untuk dihukum maka itulah saatnya dari Shalat Isya. Setelahnya itu masa kegelapanlah yang datang, yang terus berlangsung sampai munculnya cahaya fajar dan itulah saatnya untuk Shalat Subuh. Itulah saatnya:


Surah Al Inshiraah (94) ayat 7: Inna ma’al ‘usri yusraa.
Ya, sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan.
Dengan semua ujian dan cobaan itu akan selalu ada kelapangan relaxation dan kemudahan; itulah saat yang menunjukkan waktunya Shalat Fajar, Shalat Subuh.
Jadi, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkan tentang keadaan spiritual dari seorang manusia; beliau telah menerangkan untuk pengertian kami berbagai arti dari duluuk, ada 3 arti yang berbeda dari duluk yang disebutkan berdasarkan dari beberapa kamus. Mereka mengatakan satu artinya adalah saatnya matahari condong ke Barat, arti yang kedua adalah pada saat ketika cahaya matahari itu menjadi pudar, ini pun dinamakan duluuk . Artinya yang ke-3 juga adalah saatnya matahari terbenam.
Jadi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mempertimbangkan penjelasan yang diberikan tentang duluuk ini adalah saat ketika bayangan dari benda itu menjadi panjang dan mulai saat itulah waktu Shalat itu ditetapkan. Apa kebijaksanaan dan hikmah di dalamnya, beliau telah menerangkannya bahwa secara duniawi jika kami itu berpikir, jika ada seseorang yang untuk pertama kalinya berhadapan dengan keadaan yang sulit, maka betapa ia akan merendahkan dirinya dikarenakan kegelisahan dan ke-khawatirannya itu. Jika ada proses pengadilan sesuatu perkara terhadap seseorang, maka kondisi normalnya orang itu akan berubah di mana orang merasa khawatir karena itu. Mereka berpikir untuk menyewa pengacara untuk membela perkaranya dan ahli hukum bagaimana yang ia akan peroleh, apakah ia dapat membela perkaranya secara efektif atau tidak; keputusan bagaimanakah yang ia akan diambil. Jadi, ia itu merasa begitu gelisah dan khawatir serta berusaha untuk menghindarkan diri atau untuk mengatasi situasi yang demikian itu apa yang memungkinkannya. Jadi dengan condongnya matahari itu, dari contoh ini, itulah saatnya untuk Shalat Zhuhur. Orang harus memperkirakan kondisi spiritual dari seseorang itu, berserah diri kepada Allah Taala dan berusaha untuk memohon pertolongan kepada Allah Taala. Kemudian di dalam urusan pengadilan duniawi, jika surat perintah pemanggilan warrant itu telah dikeluarkan maka orang itu harus datang ke Pengadilan, ia harus pergi ke sana di mana Hakim akan mendengarkan tentang kasusnya dan pertanyaan serta interogasi pun dilakukan di sana. Ia harus menjelaskan keadaan dan tentang perkaranya itu. Apakah ia itu akan minta untuk dimaafkan maka itulah saatnya untuk Shalat Ashar di mana ia itu harus mengingat Allah semoga Allah Taala akan menyelamatkannya dari kelemahan dan dosa-dosanya. Apa pun yang sudah dilakukannya itu, mudah-mudahan Allah Taala dapat mengampuninya dan memberikan kepadanya kehidupan spiritual. Kemudian contoh ini berlanjut, yaitu jika Pengadilan itu telah mengeluarkan keputusannya dengan sesuatu hukuman yang dijatuhkan pada orang tersebut, maka orang itu akan berpikir bahwa sekarang perkara pengadilan itu sudah diputuskan dan hukuman pun sudah ditetapkan sehingga ia pun akan menjadi gelisah dan setiap saat itu merasa khawatir. Jadi itulah saat yang dilukiskan sebagai waktunya untuk Shalat Maghrib. Bilamana seorang mukmin melihat saatnya Maghrib, kegelapan pun datang di mana ia akan lihat pada perbuatannya sendiri dan ia pun tidak dapat melihat sesuatu apa pun yang dapat disajikan maka ia itu berserah diri kepada Allah Taala memohon ampunan-Nya, itulah saatnya Shalat Maghrib. Setelahnya itu jika hukuman sudah ditetapkan, maka jika ia itu dinyatakan sebagai bersalah maka ia akan diserahkan kepada polisi dan hukuman pun dimulai. Dibandingkan dengan ini, situasi pada saatnya Shalat Isya adalah jika pada malam yang gelap itu ia tidak dapat melihat seuatu apa pun karena ia berada di dalam sel di penjara. Jadi, semua perbuatannya selama siang hari itu berada di hadapan orang itu ketika ia berdiri untuk melakukan Shalat Isya. Orang yang berada dalam sel penjara itu ia memohonkan ampunan untuk kebebasannya, yang untuk kemerdekaannya itu selama jangka waktu malam hari itu akan menyadarkan dirinya bahwa janganlah kegelapan malam ini akan datang pada kehidupan spiritual-ku dan yang akan berlangsung lama sekali. Dosa-dosaku yang tersembunyi itu janganlah sampai melemparkan aku pada pangkuan Syaitan dengan secara permanen. Di dalam perasaan yang penuh kegelisahan itu ia memuji kepada Allah Taala dengan penyerahan diri yang amat mendalam semoga keadaan ini tidak akan menghancurkan semua kehidupan spiritual-ku. Bawalah aku pada Penjagaan Engkau dan buatlah matahari selalu bersinar menerangiku yang dapat memastikan adanya kehidupan spiritualku dan janganlah sampai saya itu mundur dalam kehidupan spiritual-ku atau kehidupan spiritual ini sama sekali akan diambil dariku. Jadi, bandingkanlah keadaan ini dengan saatnya Shalat Isya. Setelah menjalani kehidupan di dalam sel penjara itu, pada saatnya orang itu dibebaskan, maka ia akan berjalan keluar dengan gembiranya seperti pada saat datangnya waktu fajar, di mana seorang mukmin akan merasa sangat bahagia dan ia pun memuji kepada Allah Taala sebagaimana datangnya hari ini dengan terbitnya fajar atas kondisi spiritual-ku. Jadi, oleh karena itu ke-5 waktu Shalat itu sebenarnya me-refleksikan keadaan spiritual kami, bahwa itulah saatnya untuk merefleksikannya juga.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkannya bahwa:

Surah Al Inshiraah ayat 7: Inna ma’al ‘usri yusraa.
Ya, sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan.

Merujuk pada ayat dari Kitab Suci Al-Qur-aan ini beliau mengatakan bahwa setelahnya ujian dan cobaan itu maka akan datanglah waktunya relaksasi, kemudahan dan kesenangan. Ini mengatakan kepada orang mukmin bahwa orang itu jangan sampai lalai dalam melakukan Shalat-shalat-nya. Jadi, orang itu harus selalu sangat aktip dan dawwam di dalam melaksanakan Shalat itu. Jika kalian benar-benar ingin mencari perbaikan dan jika kalian ingin memperbaiki kondisi kalian dan jika kalian itu perlu menyerap keberkahan-keberkahan dari Allah Taala maka kalian harus menjaga Shalat Fajar kalian. Bilamana kalian berjalan tiap hari dengan kondisi seperti ini atau perasaan semacam ini ada di sana, maka setiap hari dan setiap hari pagi akan menjadi saksi bahwa engkau itu telah menjalani malam hari dengan ke-shalehan dan setiap petang hari akan menjadi saksi bahwa engkau itu telah menjalani hari tersebut dengan penuh rasa takut kepada Tuhan. Jadi, demikianlah sebenarnya situasi yang dapat membawa suatu perubahan dan revolusi yang besar di dalam kehidupan seorang mukmin. Kita itu jangan sekali-kali melupakan Shalat-shalat yang merupakan persyaratan fundamental agar dapat memperbaiki keadaan kerohaniannya. Tanpa hal itu maka seorang Mukmin itu tidak akan dapat membuat sesuatu kemajuan. Jadi, setiap Mukmin itu harus dengan sangat hati-hati berkenaan Shalat ini dan melaksanakannya tepat pada waktunya, maka untuk itu saudara-saudara itu harus bekerja dengan kerasnya dan harus berjuang dengan sangat kerasnya; karena kewajiban ini merupakan hal yang fardhu bagi seorang yang beriman. Allah Taala berfirman:

Surah Al-Nisaa ayat 104: Innash shalaata kaanat ‘alal mu’miniina kitaabam mauquutaa.
……..; sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang telah ditetapkan waktunya bagi orang-orang mukmin.

Bahwa Shalat itu adalah suatu kewajiban, sebuah kewajiban yang berkaitan dengan waktunya; dimana pada saat yang dicatat itulah Shalat-shalat itu harus dikerjakan.
Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada kita untuk dapat menjalankan perintah ini dengan sebaik-baiknya di mana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah datang untuk melaksanakan pekerjaan ini dan tujuan dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., sehingga kami itu dapat menolong beliau di jalan yang mulia ini; jadikanlah kami sebagai penolong beliau. Kami tidak akan menjadi seperti itu, kecuali jika kami itu sudah benar-benar mensucikan diri kami dan juga diri mereka. Pensucian diri ini tidak akan ada jika kita tidak menjaga Shalat-shalat kita dan melaksanakannya selalu tepat pada waktunya.
Semoga Allah Taala memberikan kemampuan kepada kami untuk dapat melaksanakannya.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di satu tempat beliau mengatakan bahwa Shalat itu adalah hak dari Allah dan laksanakanlah dengan cara yang paling terbaik dan janganlah malas atau lalai di dalam Shalat-shalat ini tetapi jagalah selalu. Jika seluruh rumah akan dihancurkan maka biarkanlah itu dihancurkan tetapi janganlah Shalat kita yang dihancurkan atau dibuat sia-sia. Orang-orang yang munafik itu mengatakan bahwa jika kami melakukan Shalat maka kami akan mendapatkan kerugian duniawi. Benda-benda duniawi juga dan dasar dari Shalat adalah lebih dari segalanya. Untuk barang-barang duniawi kita bersedia untuk mengeluarkan banyak uang dan inilah Syurga yang dapat diterima oleh orang-orang dengan tidak keluar uang sedikit pun. Jadi, Allah Taala itu telah menyebutkan tentang 2 buah Syurga, satu adalah Syurga dari kehidupan ini dan itulah citarasanya serta kegembiraan dalam Shalat. Shalat ini bukanlah sebuah hukuman atau penalty yang dijatuhkan. Sebenarnya untuk mendapatkan hubungan dengan Allah Taala maka Shalat ini adalah satu keharusan. Agar supaya hubungan ini kuat dan baik Allah Taala telah menetapkan Shalat; inilah hubungan antara seorang manusia dengan Tuhan. Untuk dapat menjalin hubungan ini maka Shalat itulah yang ada. Allah Taala telah menaruh cita-rasanya dalam Shalat ini, kegembiraan dalam Shalat ini. Persis seperti di dalam perkawinan, yaitu di sana ada suatu perasaan yang baik dan indah antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Ketika seseorang itu benar-benar melakukan Shalat-nya dan bekerja dengan kerasnya maka mereka juga dapat menikmatinya yang sama. Jika kegembiraan ini dan penghargaan atas cita-rasa itu tidak ada di sana maka tidaklah banyak yang ada dalam Shalat ini; jika perasaan ini tidak ada di sana, lalu apa bedanya antara seorang manusia dengan binatang lainnya?
Perkara kedua yang amat menyedihkan hati yang pada umumnya barangkali sudah diketahui oleh setiap orang Ahmadi dan yang benar-benar menyakiti hati kami, di mana orang-orang barangkali sudah membacanya di surat-kabar bahwa sebuah surat-kabar di Denmark telah memperlihatkan sebuah contoh yang buruk di mana mereka telah memperlihatkan rasa permusuhan dan dendam mereka dengan menerbitkan gambar-gambar kartun, di mana mereka menyebutkan bahwa mereka itu membuat pembalasan atas orang-orang yang ditangkap dan ditahan polisi, karena orang-orang ini sebenarnya telah membuat dan menerbitkan gambar-gambar kartun yang melukiskannya sebagai Y.M. Nabi Muhammad saw. Ketika orang-orang tersebut ditahan dan tuduhan ini dianggap benar sehingga undang-undang pun kemudian menghukum orang-orang tersebut, lalu apa hak-hak mereka itu untuk melukai perasaan dari orang-orang Muslimin. Tetapi mereka mengatakan bahwa kami selalu menegakkan keadilan; apakah demikian keadilan itu? Bahwa ada orang yang berbuat satu kesalahan dan hukumannya diberikan kepada orang yang lainnya? Jika ini yang dinamakan keadilan itu maka orang-orang ini kemudian menjadi ahkumul haakimin. Allah Taala Yang adalah Pemilik dari semesta alam, dia juga memperlihatkan keadilan-Nya dan Dia Maha Perkasa di mana Dia Maha Kuasa untuk memberikan pembalasan. Terhadap orang-orang yang lagi-lagi melakukannya kembali maka Allah Taala akan membuat balasan terhadap orang-orang tersebut. Perkara ini adalah merupakan azas yang amat mendasar bagi Allah Taala. Untuk orang-orang ini, yang melakukan kejahatan yang paling menjijikkan, maka cukuplah bagi Allah Taala yang akan memberikan pembalasannya. Bagaimana Dia akan melakukan pembalasan ini, biarlah Allah Taala Yang mengetahuinya. Tugas pekerjaan kita hanyalah untuk menerangkan kepada mereka dan mengajari mereka, memberikan petunjuk kepada mereka, itulah yang telah kami kerjakan dengan cara yang sebaik-baiknya. Tulisan berupa artikel-artikel telah ditulis, surat-surat sudah dikirimkan ke surat-surat kabar terkait, kami sudah menjumpai orang-orang yang bertanggung-jawab di dalam hal ini, kami telah mengadakan pertemuan dengan mereka itu. Walaupun demikian, jika orang-orang tersebut masih tidak juga menghindarkan diri dari perbuatannya itu, maka serahkan saja perkara ini kepada Allah Yang Maha Kuasa. Tugas kami adalah untuk berserah diri kepada Allah Taala, lebih-lebih dari yang sebelumnya kami harus menegakkan contoh mulia dari Nabi Allah, yang telah diperlihatkan kepada kami oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. Kami sudah memiliki Allah, yang pengenalan terhadap Tuhan ini diperlihatkan kepada kami oleh Y.M. Nabi Muhammad saw. Demikianlah Allah Yang Maha Kuasa mencintai Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. lebih dari kepada siapa pun juga. Allah Taala akan memperlihatkan Ke Maha-Perkasaan dan Kekuasaan-Nya Sendiri. Tugas dan pekerjaan kami hanyalah bahwa kami harus memperlihatkan perasaan luka yang ada pada hati kami, inilah yang harus diperlihatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami harus menangis tersedu-sedu di hadapan Allah Taala. Kami harus berdoa memohonkan lebih banyak lagi rahmat dan keberkahan bagi Y.M. Nabi Muhammad saw.; inilah yang harus kami lakukan lebih-lebih dari yang sebelumnya. Inilah tugas dan tanggung-jawab dari seorang Ahmadi di mana dia harus berdoa dan mengucapkan shalawat bagi Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. lebih-lebih dari yang sebelumnya. Mereka itu harus memperbanyak doa-doa mereka jauh lebih banyak dari yang sebelumnya. Mereka harus membersihkan dan mensucikan diri mereka lebih-lebih dari yang sebelumnya. Inilah hal-hal yang akan membuat putus asa mereka yang membuat rencana buruk itu. Agar dapat meng-ekspresikan perasaan kami, maka akan kami sajikan sebuah kutipan dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.; beliau bersabda bahwa orang-orang Muslim adalah mereka yang siap sedia untuk menyerahkan jiwa mereka demi untuk kehormatan Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dan mereka selalu menyebut-nyebut nama Nabi Muhammad itu, bagaimana dapat bersahabat dengan orang-orang ini; mereka yang menyebutkan nama beliau dengan penuh kehinaan dan dengan kata-kata yang keji tentang beliau, jadi orang-orang ini bukannya berbuat untuk kebaikan orang mereka itu sendiri karena mereka itu mengkoyak-koyak jalan mereka sendiri dan yang membuat jalan mereka itu menjadi sulit.
Kami bersedia berdamai dengan ular dan binatang buas di hutan dan di padang pasir, tetapi kami tidak mau berdamai dengan orang-orang yang tidak henti-hentinya dari memperlihatkan hal-hal seperti itu serta menggunakan kata-kata yang kasar terhadap Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. Pertolongan dari Tuhan datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Jadi, penghinaan ini dan bahasa yang keji dan kata-kata kasar yang digunakan di dalam bukunya ini, dan yang telah diterbitkannya, dan dibagi-bagikannya, yang demikian itu adalah benar-benar lebih buruk daripada bom, dan jika kami mendengar pada kata-kata tersebut, bahwa jika orang-orang ini akan membunuh anak-anak kami di depan mata kami sendiri, dan membunuh orang-orang yang menjadi kecintaan kami serta mencincangnya dan menghinakan kami serta mengambil semua harta kekayaan kami, maka demi Allah, kami tidak akan merasa sedih dan merasa menderita, tidak seperti jika mereka itu menggunakan kata-kata kasar dan keji terhadap Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw.
Ya Allah! Orang-orang ini yang menyakiti hati kami karena mereka merasa mempunyai kekuatan, Engkau berikanlah kepada mereka pelajaran, karena Engkau Maha Perkasa, Maha Kuasa.





San Jose-California-USA, February 17, 2008 / Mersela, 21 Pebuari 2008

KHUTBAH JUM'AT 8-2-2008: MISSI IMAM MAHDI a.s.

KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba.
Tanggal 8-2-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London , United Kingdom
Kebenaran Misi Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s.

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. bersabda:
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa selama ujian dan cobaan ini maka saudara-saudara akan menyaksikan efeknya yang secara khusus dan mukjizat-mukjizat tentang dikabulkannya doa-doa. Kebenaran dari perkara ini adalah bahwa Tuhan kami itu akan dikenali dengan melalui doa-doa. Ini adalah perkara fundamental yang paling terpenting, yang seorang Muslim itu harus berusaha untuk dapat mengerti kedalaman artinya dari itu. Dengan tanpa doa dan tanpa berserah diri kepada Allah Taala, maka pernyataan telah memiliki keimanan itu adalah tak berguna. Ini dikatakan oleh Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. bahwa Tuhan kami itu dapat dikenali dengan melalui dikabulkannya doa. Ini adalah puncaknya yang tertinggi dari keimanan seorang Ahmadi dewasa ini dan hal ini harus selalu ada di dalam hatinya. Bukan saja sewaktu mengalami ujian dan cobaan, tetapi pada saat yang relaks pun pada saat dalam keadaan makmur dan penuh kebahagiaan pun mereka harus senantiasa berserah diri kepada Allah Taala. Mereka harus selalu berserah diri kepada-Nya dan percaya bahwa Dia itulah sumber dari segala kekuatan dan keberkahan itu. Perasaan takut kepada Tuhan itu harus selalu tertanam di dalam hati mereka dan di dalam hati orang-orang yang dinamakan Muslim dan Mukmin yang sejati. Pada saat sedang dalam situasi ujian dan cobaan itu, keimanan mereka akan bertambah kuat dan kokoh lebih-lebih dari yang sebelumnya. Inilah apa yang harus dikerjakan oleh orang-orang yang beriman. Memperkuat keimanannya itu bukanlah hanya dengan maju begitu saja tetapi mereka itu harus meloncat dan berlari cepat dalam memperkuatkan keimanan mereka itu. Untuk mendapatkan ridha kesenangan Allah Taala itu mereka semua harus siap sedia untuk menghadapi hal ini. Segala ujian dan ketersandungan yang secara sementara ini tidak akan memperlemah langkah mereka atau menyebabkan mereka untuk menjadi kerdil; tetapi dikarenakan oleh rintangan dan kesukaran ini bahkan mereka itu harus meningkatkan keimanannya. Jadi, inilah sebenarnya revolusi yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah ciptakan di dalam diri orang-orang Ahmadi. Selama kita tetap berada di dalam kondisi kesabaran ini maka kami akan mampu untuk menyerap lebih banyak dan lebih banyak lagi keberkahan-keberkahan dari Allah Taala.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda di satu tempat bahwa waktu antara dipanjatkannya doa dan dikabulkannya doa itu, dalam masa-masa ini kadang-kadang ada ujian demi ujian dan cobaan demi cobaan yang datang di jalannya orang-orang mukmin ini, dan ada ujian-ujian yang sepertinya akan mematahkan tulang punggung mereka. Tetapi bagi orang-orang yang cenderung berjalan di jalan yang lurus dan selalu tabah dan bersabar, mereka itu akan dapat menghirup harum wanginya dari pengabulan doa-doa mereka dari Tuhan mereka dalam masa-masa ini. Mereka melihat dari lubuk hatinya yang mendalam bahwa pertolongan dari Allah itu segera datang. Sebenarnya di dalam ujian dan cobaan ini di sana ada satu rahasia bahwa orang itu haruslah lebih cenderung, lebih banyak dan lebih khusuk lagi di dalam doa-doanya itu. Pada saat ujian dan cobaan itu bertambah berat maka tingkatan yang sama harus juga ditingkatkan dalam diri kita dalam hal komitmen dan pengabdian dalam shalat dan doa-doa. Inilah satu dari cara dan sarana-sarana untuk penyebab dikabulkannya dari doa itu. Oleh karena itu sama sekali jangan sampai ada orang yang berputus asa dan putus pengharapan; dan jangan sampai ada orang yang punya pikiran yang buruk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa berkenaan dengan pengabulan doa ini. Jangan ada orang yang punya pikiran bahwa doaku itu tidak akan didengar oleh Allah atau tidak akan dikabulkan oleh Allah. Jika mereka itu punya pikiran yang demikian maka mereka itu sama dengan mengingkari sifat dari Allah Taala bahwa Dia itu adalah Satu Wujud yang menerima dan mengabulkan doa-doa. Sebagaimana yang sudah saya katakan dan disampaikan kutipan dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., sudah jelaslah bahwa inilah kualitas dari seorang Ahmadi yang sejati itu bahwa dia itu akan selalu berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Setelahnya ujian dan cobaan yang sementara ini Allah Taala akan terus mem-poles keimanannya. Dengan rujukan ini saya ingin mengatakan bahwa dewasa ini, di beberapa Negara di dunia nampak sedang terjadi satu gerakan kampanye untuk membuat kesulitan bagi kehidupan dari orang-orang Ahmadi itu secara langsung dan secara tidak langsung. Mereka itu punya rencana untuk mengejar-ngejar orang-orang Ahmadi ini dan berusaha membuat orang-orang Ahmadi ini dalam keadaan yang sulit. Ini sebenarnya adalah api dari iri dan kecemburuan yang dihembus-hembuskan oleh segolongan orang-orang ini dan atau oleh pihak Pemerintahan yang mengambil langkah-langkah seperti itu. Api kecemburuan ini adalah hal yang sangat kuat di masanya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. baik dari kalangan Muslim dan juga dari pihak non-Muslim. Orang-orang non-Muslim, mereka melakukan hal itu dikarenakan pada zamannya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mereka melihat kemajuan dari Islam di mana mereka tidak tahan untuk dapat menelan dan menyaksikannya; mereka itu tidak menyukai akan kemajuan dari Islam dan keunggulan dari Islam di sana. Sedangkan orang-orang Muslim karena ada pemimpin-pemimpin ulama Muslim yang memiliki kawenangan dan otoritas sendiri mereka merasa ketakutan kalau-kalau para pengikutnya ada dalam bahaya, yaitu akan meninggalkan mereka. Untuk menjaga para pengikutnya itu agar jangan sampai melarikan diri dari mereka, maka mereka membikin-bikin kata-kata, atau mengata-ngatai seperti semacam non-Muslim agar orang-orang itu tidak akan menyukainya. Semoga Allah Taala memberikan kepada mereka kebijaksanaan dan menaruh belas-kasihan-Nya kepada orang-orang ini, karena kadang-kadang orang-orang Muslimin ini dengan melakukan pekerjaan yang sedemikian itu sebenarnya mereka sedang membuat kehancuran diri mereka sendiri, yaitu karena mereka itu mengatakan bahwa kita harus melawan Ahmadiyyah. Adalah takdir dari Allah Taala bahwa jika mereka itu merencakan untuk melakukan pertempuran maka dengan jalan itu mereka sendiri yang akan hancurnya. Oleh karena itu dengan perasaan sympathy terhadap orang-orang ini, karena mereka pun membaca kalimah Syahadat maka kita perlu mendoakan untuk kebaikan mereka itu.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. mengumumkan tentang kedatangannya ini bahwa beliau itulah sosok orang yang difirmankan di dalam Surah Jumu’ah (62) ayat 4:
Wa aakhariina minhum lammaa yalhaquu
Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka ……
Yaitu di antara orang-orang di zaman yang akhir ini, bahwa Allah Taala juga menyebutkan;

Surah Al-Jumu’ah ayat 4: wa huwal ‘aziizul hakiim
………… Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Allah Taala telah menyebutkan bahwa Dia-lah Wujud Maha Esa Yang telah mengutus dia itu yaitu Aku Sendiri Yang adalah ‘Aziiz’, Yang Maha Perkasa dan‘Hakiim’ Yang Maha Bijaksana. Allah Taala adalah Satu Wujud Yang paling unggul, dominant dan tidak akan ada orang yang dapat menghentikan apa yang Allah Taala berencana untuk mengerjakannya. Dia itu adalah ‘Hakiim’, Dia yang penuh dengan kebijaksanaan di mana Dia telah memutuskan bahwa mutiara hikmah kebijaksanaan dari ajaran Islam itu sekarang ini hanyalah dapat diperoleh dengan mengikut kepada Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Oleh karena itu bilamana kita itu akan menyampaikan pesan amanah ini, agar supaya diselamatkan dari cemburu dan iri-dengki dari pihak penentang dan agar kita itu sukses di dalam misi kita maka kita sungguh-sungguh perlu untuk banyak-banyak memanjatkan doa dan shalat. Di satu pihak bahwa di Negara-negara Muslim di mana sedang menghadapi masa-masa yang sulit maka mereka itu harus tabah dan bersabar serta mereka itu harus banyak-banyak berdoa kepada Allah Taala. Mereka itu harus memperlihatkan kesabarannya dan berdoa kepada Allah Taala dengan cara yang sedemikian rupa dan mereka itu harus berserah diri dalam jalan yang sedemikian rupa sehingga Allah Taala akan segera memperlihatkan kepada mereka tentang pengabulan doanya dan kemenangan bagi mereka. Orang-orang Ahmadi yang tidak terkena secara langsung dalam perlawanan terhadap Ahmadiyyah, mereka itu harus berdoa untuk saudara-saudaranya yang berada di Negara tersebut. Karena ini adalah kemurahan dari orang-orang Mukmin yang beriman bahwa mereka itu adalah semuanya merupakan dari satu kesatuan tubuh yang jika satu bagian merasa sakit maka bagian tubuh lainnya atau bahkan seluruh tubuhnya akan merasakan sakitnya, jadi bilamana ada seorang saudara Ahmadi sedang berada di dalam kesulitan maka hati dari orang-orang Ahmadi itu harus menjadi sensitive dan harus seperti merasakan kesakitan dan kesulitan seperti halnya bilamana ada seseorang sedang dalam kesulitan atau menghadapi kesukaran, maka mereka harus memiliki perasaan simpati kepadanya. Jadi, oleh karena itu semua orang-orang Ahmadi dengan penuh rasa kasih sayang di dalam hatinya mereka harus berdoa, mendoakan agar saudara-saudaranya itu keluar dari masa ujian ini dan menjadi sukses berjaya. Saya merasa yakin bahwa pasti Allah Taala Yang selalu menerima doa-doa itu akan mendengar pada doa-doa kami, akan mengabulkan doa-doa kami serta akan menghilangkan kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh saudara-saudara Ahmadi kita. Para pihak penentang kita yang punya pikiran bahwa kesulitan-kesulitan dan rintangan-rintangan yang mereka kerjakan di jalan kemajuannya Jama’at Ahmadiyyah, sebenarnya seharusnya mereka berpikir bahwa apa yang sudah mereka kerjakan sejak 100 tahun yang lalu terhadap Ahmadiyyah yang jika hanya buatan manusia saja maka dengan perlawanan yang dihadapi Ahmadiyyah seperti itu yang dengan otaknya para pihak lawan yang bertambah maju itu, maka mereka itu akan sudah dapat menghabiskan dan menghapuskan Ahmadiyah ini sejak lama.
Siapakah orang-orang Ahmadi yang tidak mengetahuinya bahwa di Pakistan, sebenarnya oposisi dan perlawanan kepada Jama’at itu telah memberikan banyak kemajuan dan kesejahteraan kepada Jama’at. Dengan langkah-langkahnya yang lebih cepat Jama’at Ahmadiyyah telah melangkah maju dengan pesatnya di Pakistan dikarenakan oleh adanya penganiayaan dan penindasan ini. Jadi, oleh karena itu kami tidak pernah memiliki rasa khawatir atas perlawanan tersebut dan juga kami tidak pernah punya pikiran bahwa dengan perlawanan tersebut, mereka akan dapat menghentikan jalan kemajuan kami ini.
Sekarang lagi-lagi dan sekali lagi di Pakistan nampaknya bahwa perlawanan atau oposisi yang sudah usang ini, sekarang sedang bangun kembali dari oposisinya yang lebih lunak yang sudah ada di sana, di mana sekarang mereka menambah kekuatan oposisinya itu. Di mana mereka mendapatkan kesempatan maka orang-orang Ahmadi itu ditangkapi dengan tuduhan yang palsu. Beberapa hari yang lalu seorang anak laki-laki kecil Ahmadiyyah diajukan ke pengadilan dengan tuduhan bahwa ia telah memukuli seorang Mullah, seorang Kiyai, padahal keluarga dari orang yang sebenarnya mendapatkan pemukulan itu menolak hal tersebut. Tuduhannya itu ialah bahwa anak kecil itu telah memukuli Mullah tersebut sehingga harus dirawat di rumah sakit; katakanlah bagaimana seorang anak baru berumur 13 tahun dapat memukuli seorang Mullah dewasa dan bertubuh besar secara demikian, di mana orang yang besar itu tidak memberikan reaksi apa-apa. Sungguh mengherankannya perkara ini.
Tujuan dari kampanye propaganda semacam ini adalah agar generasi baru ini ditakut-takuti sedemikian rupa supaya jika mereka pun tetap sebagai Ahmadi tetapi janganlah begitu aktipnya. Para penentang ini, mereka berpikir bahwa dengan cara menghentikan dan tidak memberikan izin penyelenggaraan Jalsah Salanah dan program tarbiyat lainnya yang biasa diadakan di Rabwah itu dikiranya jika mereka itu akan tetap aktip dan generasi baru orang-orang Ahmadi ini barangkali menurut pengertian dari mereka itu akan menjadi rusak dan menjadi buruk, jika mereka itu memberikan tambahan tekanan pada orang-orang Ahmadi ini dan dengan memberikan lebih banyak penindasan dan penganiayaan. Orang-orang tersebut memang benar-benar telah buta dalam keimanannya, apakah mereka itu tidak tahu bahwa lampu cahaya yang telah dinyalakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa itu tidak akan dapat dipadamkan dengan hembusan mulut mereka. Surat-surat yang saya terima dari orang-orang Ahmadi dari Pakistan, orang-orang muda yang benar-benar sudah penuh dengan dedikasi dan kecintaan penuh mereka terhadap Ahmadiyyah membuktikan pada kenyataannya bahwa pemuda-pemuda ini semuanya siap sedia untuk mengorbankan harta dan jiwanya serta kehormatannya demi untuk Khilafat-Ahmadiyyah di mana mereka itu siap sedia untuk berkurban setiap saat dan kapan saja. Mereka ini sudah memberikan pengorbanannya dan akan terus memberikan pengorbanan, di mana para pihak musuh itu tidak akan mampu untuk menghambat langkah-langkah kami ini.
Jadi, oleh karena itu, orang-orang yang telah menjalin dengan kokohnya dengan institusi Khilafat ini dan dikarenakan hubungan mereka dengan Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. maka mereka pun ada memiliki hubungan dengan Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. . Karena orangnya yang dari Nabi Muhammad, Rasulullah saw. itulah sosok orang yang akan membawa manusia kepada Tuhan. Jadi, orang-orang tersebut yang memiliki hubungan dengan Tuhan Maha Kuasa di mana mereka ini memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, bagaimana slogan-slogan dan teriakan-teriakan orang-orang tersebut akan dapat meng-intimidassi orang-orang ini. Jadi, oleh karena itu, saya memberikan pidato ini kepada para pemuda-pemudi kita agar perkuatlah dan kokohkanlah keimanan kalian kepada Allah, karena inilah sebenarnya yang menjadi kemurahan dan keanggunan dari para pemuda-pemudi Muslim Ahmadi ini. Inilah keanggunan dan kehormatan dari para pemudi Ahmadi dan inilah keanggunan dan kehormatan dari para pemuda Ahmadinya. Seperti halnya di India, di tempat-tempat di mana yang orang-orang Muslimnya dalam jumlah banyak, di mana para Mullahnya sekarang berusaha untuk melakukan penyiksaan kepada oang-orang Ahmadi dan orang-orang yang melakukan penyiksaan ini dengan atas nama agama Islam, sementara mereka sendiri banyak yang tidak tahu membaca kalimah syahadat, banyak yang tidak mengerjakan shalat atau membaca Kitab Suci Al-Qur’an, tetapi mereka ini mengatakan bahwa orang-orang Muslim Ahmadiyyah itu bukan Muslim. Para Muballig dan Muallim serta guru-guru kita itu diancam oleh mereka ini, tetapi sebagaimana yang sudah saya katakan peranan dari seorang Ahmadi dan tugas-tugas dari seorang Ahmadi itu mereka terus laksanakan dan mereka pun terus melakukan pekerjaannya. Mereka itu tidak pernah merasa ter-intimidasi oleh hal-hal tersebut. Mereka mempertahankan dirinya terhadap semua ini dengan pada setiap waktu berserah diri dalam shalat dan doa-doa. Semoga Allah Taala tetap dan senantiasa memelihara orang-orang ini di dalam perlindungan-Nya.
Perlawanan tersebut di masa sekarang ini sedang meningkat lebih keras lagi, ini adalah disebabkan oleh api kecemburuan yang ada di dalam hati mereka, yang memaksa mereka untuk berbuat demikian. Latar belakangnya dari itu adalah bahwa setelah berpulangnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. itu, sekarang Institusi Khilafat ini akan genap 100 tahun. Menurutnya, mereka berkata bahwa orang-orang yang kami anggap sudah dapat kami habisi ini, mereka sekarang sedang berpikir untuk merayakan yubilum perayaan seabadnya dari Khilafat-Ahmadiyyah. Jadi, oleh karena itu, perlawanan tersebut sebenarnya memberikan kepada kami bukti bahwa Jama’at Ahmadiyyah itu dengan karunia kemurahan dari Allah sedang bergerak maju ke depan selama beberapa tahun yang terakhir ini.
Di Indonesia kami lihat bahwa perlawanan tersebut sedang bertambah kerasnya. Ada rumah-rumah orang Ahmadi yang dijarah dan dirusak dan ada yang dibakar. Mereka juga mencoba membakar beberapa mesjid Ahmadiyyah atau menghancurkannya. Pemerintah yang dibawah tekanan dari para Ulama atau Mullah terpaksa mendukung mereka. Di beberapa propinsi, Pemerintah seperti para Mullahnya membuat kesukaran lebih daripada di tempat-tempat lainnya. Betapa pun juga untuk selama waktu yang panjang dengan perlawanan terhadap Jama’at ini, dengan melihat pada oposisi tersebut dan walaupun pada kenyataannya bahwa kami itu sudah meminta perhatian dari pihak Pemerintah, sekarang Pemerintah Pusat telah memutuskan untuk mengambil keputusan atas perkara ini di mana semacam perjanjian pun sudah disetujui di mana berita tersebut sudah masuk di dalam surat-surat kabar. Beberapa bagian dari persetujuan itu diambilnya dan ada beberapa bagian yang ditinggalkannya oleh Surat kabar tersebut sehingga akibatnya pesan sepenuhnya menjadi sangat tidak jelas. Perkara ini sudah saya sebutkan di dalam salah satu khutbah saya yang lalu. Jadi surat kabar ini dengan berbagai caranya telah menerbitkannya dalam pers dan juga dimasukkan ke dalam internet. Barangkali setelahnya mendengar komentar saya di dalam khutbah tersebut, orang-orang Ahmadi yang tidak mengetahui selengkapnya atas perkara ini, ada beberapa Ahmadi yang menulis kepada saya bahwa agar menyelesaikan permasalahan ini maka walaupun kita itu harus bersetuju atas beberapa butir tertentu, maka hal itu OK sajalah. Barangkali mereka itu tidak sepenuhnya mengetahui keadaan situasinya; kemudian sebagai contohnya beberapa dari mereka menulis secara ini bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., pada saat Hudaibiyah beliau saw. setuju bahwa kata Rasulullah itu dihapus dari perjanjian tersebut. Hal yang pertama ialah bahwa, beliau sendirilah yang menghapuskannya itu. Hadhrat Ali r.a. yang menuliskan konsep tersebut menolaknya, ia mengatakan: Ya Tuan-ku; adalah tidak mungkin bagiku untuk melakukan hal tersebut! Atas hal tersebut Y.M. Nabi Muhammad saw. mengatakan di manakah ditulisnya kata Rasulullah itu, yang kemudian beliau menghapuskannya dengan tangan beliau sendiri. Beliau mengatakan bahwa orang-orang yang belum beriman ini, yang dengannya perjanjian ini sedang dibuat, mereka itu tidak mempercayaiku sebagai Nabi Allah, oleh karena itu kata tersebut perlu dihapuskan dari sana. Tetapi bagi orang-orang yang sudah beriman kepada beliau sebagai Nabi Allah tentu saja mereka itu tidak senang dengan dihapusnya itu. Y.M. Rasulullah saw. juga mengerti akan perasaan mereka itu, sehingga mereka tidak dipaksa untuk melakukannya. Jadi, oleh karena itu, bukanlah pekerjaan kita bahwa kita itu perlu memperlihatkan sesuatu kelonggaran dalam perkara ini atau kelemahan di dalam kepercayaan atas perkara ini hanya untuk menyenangkan orang-orang tersebut dan kita itu janganlah sampai mengerjakan sesuatu yang menurunkan derajat status dari pencinta besar kepada Y.M. Nabi Muhammad saw. ini. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, kami mempercayai beliau sebagai Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan a.s. Inilah kedudukan beliau yang benar, selain dari itu tidak ada yang dapat kita lakukan. Keindahan dari kepercayaan kita itu terletak pada kenyataannya bahwa kami ini adalah anggota dari Jama’atnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s., yang percaya kepada beliau sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan, yang telah membuat perbedaan antara cahaya dan kegelapan. Poin kami dan pernyataan kami adalah bahwa di zaman kegelapan sekarang ini, maka Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s.-lah yang telah menerangkan kepada kami arti hakiki dan ke-istimewaan dari kalimah tayiibah. Beliau a.s. telah mengisi hati kami dengan penuh pengertian dan nur dari kalimah ini. Itulah beliau yang telah mengerjakannya. Itulah beliau yang telah menunjukkan kepada kami jalan-jalan untuk mendekat kepada Allah Taala. Itulah beliau yang sosok Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. dan yang pencinta besar kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. Beliau itulah yang telah mengajarkan kepada kami jalan-jalan untuk mencintai Y.M. Nabi Muhammad saw. Bagaimana mungkin bahwa Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. ini yang namanya itu diberikan oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. di mana beliau saw. telah memanggil beliau sebagai Mahdi kami Mahdi-i-naa-, bagaimana mungkin, hanya dikarenakan oleh tekanan dari pihak Pemerintah atau dari Ulama, kita itu harus berhenti menyebutkan beliau sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi. Mungkinkah itu? Tanda-tanda dari Langit yang bersamaan dengan turunnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. sudah ada di sana. Semua persyaratan dari keadaan zaman pun sudah terpenuhi. Jadi, dengan telah menyaksikan semuanya ini, apakah hanya karena adanya tekanan atau katakanlah karena takut pada orang-orang lain, bahwa walaupun Y.M. Rasulullah saw. telah memberikan nama Al-Masih kepada sosok yang satu ini, kemudian demi hanya untuk menyenangkan dunia, walaupun pada kenyataannya bahwa kami itu adalah dari antara pengikutnya, lalu kami itu harus memberikan kepada beliau nama yang lain. Bagaimana mungkinkah itu?
Orang-orang yang membuat kami dengan masa-masa yang sulit ini, janganlah berbuat oposisi melawan kami ini. Setelah menyaksikan Tanda-tanda dari gerhana bulan dan gerhana matahari itu, bukannya mengaplikasikan perkara ini kepada Al-Masih dan Mahdi, apakah kami itu harus meng-aplikasikannya kepada seseorang yang lain? Ini adalah na’udzubillah min dzalik seperti halnya mengingkari keputusan verdict dan Tanda-tanda yang sudah diperlihatkan oleh Allah Taala. Apakah mungkin bahwa Tanda-tanda dari Al-Qur’an dan nubuatan-nubuatan yang telah Allah Taala perlihatkan di zaman dan waktunya dari Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. ini harus kami ingkari? Mungkinkah bahwa di satu pihak kami telah melakukan bai’at di mana kami beriman dan percaya kepadanya sebagai orang yang pilihan Allah dan di pihak lain kami mempercayai bahwa wahyu beliau itu adalah salah, di mana Allah Taala telah memberikan kepadanya kabar suka bahwa:
اِنَّ اْلمَسِيْحَ اْلمَوْعُوْدَ الَّذِيْ يَرْقُبُوْنَهُ وَاْلمَهْدِيَّ اْلمَسْعُوْدَ الَّذِيْ يَنْتَظِيْرُوْنَهُ هُوَ اَنْتَ

Innal Masiihil mau’uud alladzii yarqabuunahu wal mahdii almas’uud alladzii yantadhiiruu nahu huwa anta . Yang artinya adalah: Sesungguhnya Al-Masih Mau’ud a.s. dan Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu itu adalah engkau sendiri.
Inilah apa yang Allah Taala telah katakan. Kemudian Allah berfirman lagi:
Wa la takuunu minal mumtarin
Maka janganlah engkau menjadi salah seorang yang ragu tentang hal itu.
Di dalam semuanya ini dengan hanya melihat pada jalan keluar yang mudahnya saja, mereka itu hanyalah untuk menyenangkan orang-orang lain, apakah dapat dikatakan bahwa jika orang itu melakukan yang sedemikian ini pantas dinamakan sebagai Ahmadi? Jadi, pengingkaran terhadap Al-Masih dan Mahdi sebenarnya adalah sama dengan mengingkari terhadap Ahmadiyyah dan inilah sesuatu yang orang Ahmadi tidak bisa dan tidak pernah akan dapat mentolerirnya. Sebagaimana surat kabar sudah menerbitkannya persetujuan ini antara Pemerintah dan orang-orang Ahmadi, sebagaimana yang sudah disetujuinya, dari persetujuan ini, orang-orang Ahmadi Lahore, mereka juga bangkit dan bangun di mana mereka memberitakan bahwa seolah-olah orang-orang Ahmadi itu telah berubah pandangannya dan berubah keimanan mereka itu. Tujuan mereka adalah bahwa untuk mengatakan bahwa kami yang Lahore ini sudah memperoleh kemenangan dan kami sudah memenangkan perkara ini, karena sekarang orang-orang Ahmadi juga telah menerima – naudzubillah min dzalik – bahwa Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. itu bukan seorang Nabi, tetapi beliau hanyalah seorang Mujaddid, seorang Pembaharu.
Yang pertama-tama adalah bahwa anggota dari Jama’at Ahmadiyyah di Indonesia, orang-orang yang akan pergi dan membicarakan perkara ini dengan pihak Pejabat Pemerintah, mereka itu tidak memiliki sedikit keraguan pun bahwa kami itu tidak mempercayai bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud dan sebagai Imam Mahdi as. Tidak akan pernah ada seorang Ahmadi yang dapat berpikir tentang itu’ Dengan karunia dan kemurahan Allah, Jama’at Indonesia dikarenakan pengabdian dan komitmennya, mereka itu adalah - masya-Allah - sebuah Jama’at yang kuat. Mereka itu adalah tergolong dalam ranking Jama’at nomor satu di dunia. Pengorbanan jiwa mereka dan harta mereka yang dipersembahkan demi untuk Ahmadiyyah adalah satu bukti yang cemerlang atas kenyataan bahwa mereka ini adalah Ahmadi-ahmadi yang sejati, jadi, ini juga adalah merupakan sebuah tuduhan palsu terhadap Jama’at Indonesia. Ini adalah satu tuduhan yang besar jika dikatakan bahwa kami itu untuk sementara waktu ini memperlihatkan sesuatu relaksasi dan kelemahan. Kata-kata dalam persetujuan tersebut tidaklah terlalu jelas di mana ada beberapa poin yang disetujui; ini tidaklah berarti bahwa orang Ahmadi itu telah menjadi lemah dalam posisinya. Tidak ada suatu tuduhan terhadap seorang Ahmadi di Indonesia bahwa mereka itu telah memperlihatkan kelemahan di dalam keimanannya. Mereka telah mengekpresikan hal yang penting ini juga di dalam surat mereka itu, karena kata-kata Al-Masih dan Mahdi itu tidak tertulis secara jelas di sana. Oleh karena itu orang-orang yang di surat kabar ini mereka mendapatkan kesempatan untuk memelintirkan perkara tersebut dengan berbagai caranya dan menerbitkannya di dalam berita yang sama sekali tidak akan dan tidak pernah ada di dalam pikiran dan hati seorang Ahmadi. Tetapi bagaimana pun juga orang-orang telah mengambil berita ini dan memblow-up-nya di luar proporsinya. Ketika saya jelaskan hal ini di dalam khutbah saya yang lalu maka surat kabar ini pun telah menerbitkan statement yang sama di dalam surat kabarnya dan ini adalah satu hal yang bagus bagi pihak surat kabar ini di mana mereka pun telah menerbitkan statement kami itu. Tetapi masih juga ada semacam bantahan dari Lahore atas berita itu dan juga dengan menilpon bagian press di sini mengatakan bahwa hal tersebut belum juga jelas sepenuhnya, mereka itu haruslah melakukan sesuatu lebih dari itu bukan hanya sekedar sedikit usaha saja dari pihaknya itu.
………….
Lihatlah pada wahyu dari Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. yang bilamana kemudian kalian meng-analisanya untuk dirimu sendiri pandangan tentang hal itu yang kami miliki berkenaan dengan Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Dengan pandangan tersebut bahwa kalian itu memiliki kata-kata dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. maka kalian bisa menjadi maju itu adalah dikarenakan oleh hal itu. Mereka yang menganggap bahwa Anjuman – Lahore - itu lebih besar dari Khilafat, apakah kalian dapat terus mengembangkan Islam ini di mana-mana atau apakah kalian dapat mendirikan Ahmadiyyah di sesuatu negeri? Kehormatan ini sudah datang pada banyak orang-orang yang percaya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. dan Imam Mahdi, mereka yang sudah beriman pada institusi ini sebagai sebuah institusi yang benar dan hakiki. Mereka yang sudah mengambil bai’at di tangan Khalifah, sebenarnya mereka ini dengan karunia kemurahan dari Allah yang telah mengirimkan pesan tabligh ini kepada 189 Negara-negara di dunia dan mendirikan Jama’at-Nya di sana. Apakah yang telah kalian dapat kerjakan dibandingkan dengan yang tadi itu, apakah keputusan dekrit atau verdict dari Allah Taala ini bukannya sebuah bukti bahwa mereka ini adalah benar? Pertolongan dari Allah Taala itu tidak pada orang yang hanya percaya atau beriman pada Masih Mau’ud a.s. sebagai mujaddid saja. Jadi, demi Tuhan saya minta agar kalian merobah sikap attitude kalian; cetaklah bukunya Masih Mau’ud a.s. dan bacalah itu, maka kalian akan dapat mengerti apa pesan amanah yang tertulis di sana itu. Kemudian bukalah Al-Qur’an dan apa yang Allah Taala katakan tentang orang-orang ini, mereka yang percaya pada sebagian dan tidak percaya pada sebagian yang lainnya.
Di satu tempat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa untuk membuat sebuah nubuatan itu setelahnya mendapatkan pemberitahuan dari Allah Taala, inilah satu hal yang diberikan oleh Allah Taala dan dengan melalui petunjuk-Nya ini maka perkara-perkara yang tersembunyi itu akan dibukakan-Nya. Sementara saya sudah melihat keberkahan-keberkahan dari Allah Taala dengan nubuatan-nubuatan tersebut, bagaimana mungkin saya dapat mengingkari diri saya sendiri akan kata Nabi dan Rasul itu yang digunakan tentang saya ini. Bilamana Allah Taala telah memberikan kepadaku nama-nama ini, bagaimana mungkin saya dapat menolak hal tersebut, atau saya harus merasa takut kepada siapa pun juga. Saya bersumpah demi Allah Yang telah mengutus-ku, untuk mengkaitkan sesuatu yang merupakan bagian dari penghinaan dari orang-orang bahwa Dia itu adalah Satu Wujud Yang Maha Esa Yang telah mengirimkan aku sebagai Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s.. Sebagaimana saya mempercayai apa yang ada dalam ayat Kitab Suci Al-Qur’an, demikian juga dengan tanpa ada perbedaan satu titik pun, saya mempercayai pada wahyu yang sangat jelas ini yang saya terima dari Allah Taala. Kebenarannya dari wahyu itu sudah dibuat jelas kepadaku melalui Tanda-tanda-Nya yang berulang-ulang kali diperlihatkan kepadaku. Saya dapat berdiri di depan Baitullah, di depan Rumah Allah dan saya bersumpah demi Allah bahwa wahyu suci yang diturunkan kepadaku itu adalah benar-benar kata dari Allah yang sama, yang telah berbicara kepada Hadhrat Musa dan kepada Hadhrat Isa dan akhirnya kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., Dia mewahyukan pesan amanah-Nya kepada semua orang-orang ini. Bagi saya bumi ini menjadi saksi dan langit juga menjadi saksi dan mengatakan bahwa saya ini adalah Khalifatullah. Perlukah orang itu mengingkari-ku, ada orang-orang yang tidak percaya kepadaku, tetapi saya sangat yakin bahwa Allah Taala akan menolong-ku sebagaimana Dia selalu menolong Utusan-Nya. Tidak ada orang yang dapat berdiri menentang kepadaku, karena mereka itu tidak punya sumpah dari Allah ini dan apa pun yang saya ingkari tentang risalat dan nubuwwat itu adalah yang artinya bahwa saya ini bukanlah seorang Nabi yang berdiri sendiri secara independent dan bukannya Nabi yang membawa Syariah baru. Tetapi dalam artian ini bahwa saya memperoleh keberkahan-keberkahan ini dari Imam yang Nabi-ku Muhammad saw., dan dengan melalui beliau-lah kepada saya telah diberikan ilmu yang ghaib ini dan dalam hal tersebut, saya ini secara pasti adalah seorang Nabi dan seorang Rasul, tetapi tidak membawa Syariah yang baru dan tidak membawa undang-undang yang baru. Dengan cara ini, saya tidak pernah mengingkari hal tersebut dan inilah arti yang sebenarnya di mana Allah Taala telah memanggilku Nabi dan Rasul. Jadi, oleh karena itu, satu kali lagi pada saat ini, saya tidak mengingkari bahwa saya adalah seorang Nabi dan seorang Rasul, inilah penjelasan yang sebenar-benarnya yang aku berikan.
Setelah diberikannya statement yang sudah sangat jelas ini, apakah masih ada keraguan yang ada di dalam pikiran orang itu? Hadhrat Masih Mau’ud a.s., setelahnya memperoleh wahyu itu beliau men-deklarasikan posisi beliau itu dan beliau telah membuatnya dengan sangat jelas. Saya katakan kepada orang-orang ini yang telah menyeleweng dari jalan yang lurus, bahwa datanglah kalian dan juga ikutlah menciptakan revolusi ini di dunia. Allah Taala Yang telah menunjuk Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. dan Mahdi yang adalah seorang nabi subordinate atau bawahan nabi. Itulah Al-Masih dan Mahdi yang mengikut pada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., yang ditakdirkan bahwa beliau itu akan menyebarkan pesan amanah Islam ke seluruh penjuru dunia di mana beliau telah mengerjakannya, yang sudah dikatakan dalam keterangan kalimat yang jelas bahwa betapa pun dengan menghadapi perlawanan dan oposisi ini, saya akan terus menyebarkan tabligh Engkau itu ke seluruh penjuru dunia. Sekarang ini, orang-orang yang dapat menyaksikan pemenuhan dari janji ini hanyalah orang-orang yang mempercayai beliau sebagai Nabi dan mereka yang menjalin ikatan dengan institusi dari Khilafat ini. Pesan amanah ini dengan melalui media electronic sedang disebarkan ke tempat-tempat yang jauh di ujung dunia. Jadi hari ini adalah hari kemenangan bagi orang-orang tersebut, orang-orang yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih Mau’ud a.s. dan Mahdi, di mana Allah Taala memperlihatkan kepada mereka mukjizat dari dikabulkannya doa dengan kemajuan dari Ahmadiyyah dewasa ini. Tidak ada satu kekuatan apa pun di dunia yang dapat menghentikan kemajuannya. Statement dari Allah Taala adalah bahwa Aku akan menyebarkan pesan tabligh-mu ke seluruh penjuru dunia, ini juga adalah pesan bagi kita bahwa bilamana mendapatkan kesulitan di jalan ini, di mana ada angin perlawanan oposisi yang ditiupkan dari kanan dan dari kiri, akan timbul nyala api di sana. Pemerintah pun akan membuat beberapa rintangan, tetapi Allah Taala berfirman bahwa Aku Yang Maha Perkasa ‘Aziiz’ dan ‘Hakiim’ Tuhan Yang Maha Bijaksana, Aku berikan kepadamu pelipur lara: Hai para pengikut Masih Mau’ud a.s., Aku berikan hiburan ini kepadamu dan kepada pengikut-mu bahwa kalian itu adalah dari-Ku, dan kalian itu sedang berjuang untuk menyebarkan pesan amanah dari-Ku. Oleh karena itu Aku telah memutuskan di dalam pikiran-Ku, Aku telah memutuskannya untuk setiap saat bahwa dukungan-Ku dan pertolongan dari-Ku akan selalu ada berada sama-mu. Aku akan meyakinkan bahwa Aku akan menyebarkan pesan tabligh engkau ke seluruh penjuru bumi. Di satu kesempatan, untuk mendukung beliau itu dan memberikan kepada beliau kekuatan, Allah Taala berfirman bahwa:
لاَ تَخَفْ اِنَّنِيْ مَعَكَ وَمَشْيِنَا مَشْيِكَ اَنْتَ مِنِّيْ بِمَنْزِلَةٍ لاَ يَعْلَمُوْنَ اْلخَلْقُ وَجَدْتُكَ مَا وَجَدْتُ اِنِّيْ مُهِيْنٌ مَنْ اَرَادَ اِهاَنَتَكَ وَاِنِّيْ مُعِيْنٌ مَنْ اَرَادَ اِعَانَتَكَ اَنْتَ مِنِّيْ وَسِرُّكَ سِرِّيْ وَاَنْتَ مُرَادِيْ وَمَعِيْ اَنْتَ وَجِيْهٌ فِيْ حَضْرَتِيْ اِخْتَرْتُكَ لِنَفْسِيْ

latakhafu innaanii ma’aka wa masyaina masyaika anta minni bi manjalatin la ya’lamunal halqu wa jadtuka maa jadtu. Innii muhiinun man araada ihaa nataka, wa inni mu’inun man araada i’aanataka, anta minnii wa sirraka sarrii wa anta muraadii wa ma’ii anta wa jiitu fii hadhratii ikhtartuka linafsii. Yang artinya dari ini adalah: Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya Aku ada bersamamu dan Aku berjalan menyertai-mu. Engkau mendapatkan martabat tersebut di-sisi-Ku tidak diketahui oleh siapa pun di antara manusia; Aku telah mendapatkan-mu dan Aku menyukai kamu. Bilamana ada orang yang menghinakan kamu maka Aku akan menghinakan orang itu. Barang siapa yang menolong kamu maka Aku pun akan menolong dia juga. Engkau adalah milik-Ku dan rahasia-mu adalah rahasia-Ku dan engkau akan selalu bersama Aku. Engkau mengagungkan keberadaan-Ku, engkau adalah orang terhormat disisi-Ku. Aku telah pilih engkau untuk Diri-Ku.
Jadi, orang yang kepadanya diberikan kata-kata hiburan dari Allah Taala ini dan yang membuat kedudukannya sangat jelas, Allah Taala juga mendukungnya dan Allah pun memberikan janji untuk mendukung orang-orang yang akan mendukung beliau dan akan menghinakan orang-orang yang menghinakan beliau. Allah Taala ada bersama beliau, Wujud Tunggal yang telah men-deklarasikan sebagai orang yang pilihan-Nya maka tak ada yang perlu ditakutkan bagi orang-orang yang mengikut kepadanya. Orang itu jangan sama sekali merasa kacau dengan keadaan apa pun yang mungkin terjadi.
Pada waktu perang Uhud, walaupun kenyataannya bahwa orang-orang Muslim itu harus mundur dan menderita banyak kekalahan juga, tetapi musuh pun tidak dapat dikatakan sebagai pemenang. Pada akhirnya Allaahu ‘Ala wa Ajal deklarasi itu adalah benar bahwa Allah adalah yang Tertinggi. Deklarasi ini dibuat juga oleh Allah Taala di zaman ini dan pada waktu ini untuk yang tercinta-Nya Al-Masih Mau’ud a.s.. Jadi, oleh karena itu kita yang percaya dan beriman kepadanya maka tidaklah perlu bagi kita untuk merasa khawatir atas semua kesulitan dan rintangan yang bersifat sementara ini.
Baru-baru ini pada orang-orang Arab juga terjadi kegelisahan yang penyebabnya adalah bahwa ada beberapa Pemerintahan Arab yang dikarenakan ketakutannya pada Mullah dan orang Kristiani karena melihat pada kemajuan dari Ahmadiyyah dan kekuatan dari Ahmadiyyah; juga satu alasannya adalah karena terbakar api cemburu dan iri-hati maka penyiaran transmisi dari satellite Ahmadiyyah yang biasanya terus berlangsung itu telah dihentikannya. Sepertinya mereka itu tidak punya etiket sopan santun dalam perkara ini dengan menghentikannya secara begitu saja di mana orang-orang Arab-Ahmadi dan orang-orang non-Ahmadi Arab lainnya mereka menulis surat kepada saya dan kepada Management MTA bahwa, bagaimana orang-orang ini telah menghentikan penyiaran Tuan pada saluran TV ini? Kami katakan kepada mereka, kami akan berusaha untuk menjalankannya kembali secepatnya memungkinkan dan hari ini dari khutbah saya ini, mereka akan mengetahui mengapa semua ini bisa terjadi. Pemerintahan yang lemah ini sebenarnya adalah karena mendapat tekanan dari para Ulama-Mullah, di mana mereka berusaha untuk menghentikan transmisi ini. Karena di beberapa Negara Arab oposisi itu ada di sana dan juga dari beberapa missionaries Kristiani di mana mereka memberikan tekanan agar transmisi ini dihentikan karena dianggap merugikan pihak Kristiani. Bagaimana pun juga kasus ini kami serahkan kepada Allah dan jika mereka ini berpose melawan orang-orang dari Allah, maka kami berserah diri sajalah kepada Allah Yang Maha Kuasa, Allah Yang pemilik segala kekuatan dan bahwa Tuhan Yang ‘Aziiz’ adalah Wujud yang memiliki segala kekuatan dan Yang Maha Perkasa, di mana Dia sudah mengumumkannya:

Surah Al-‘Imraan ayat 55: Wa makaruu wa makarallaahu, wallaahu khairul makiriin.
Dan mereka, yakni musuh Al-Masih, membuat rencana dan Allah pun membuat rencana, dan Allah adalah sebaik-baik Perencana.
Inilah pengumuman dari Allah itu bahwa jika mereka berusaha dan merencanakan sesuatu maka Allah Taala pun membuat rencana di jalan-Nya juga. Allah Taala adalah yang Terbaik dari semua Perencana. Sebelumnya juga, di zamannya Al-Masih yang pertama usaha-usaha seperti ini sudah dikerjakan oleh orang-orang dan sekarang usaha-usaha yang sama ada dilakukan oleh orang-orang terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. dari Nabi Muhammad saw. ini. Kesulitan-kesulitan yang diciptakan di jalan kita, maka Allah Taala akan menghilangkan semua ini; inilah pekerjaan dari Allah Taala, bahwa Dia akan menghilangkan kesulitan tersebut. Allah Taala akan membuat rencana yang sedemikian rupa yang bahkan kami pun tidak dapat mengerti.
Rencana Allah Taala itu adalah untuk selama beberapa jam dalam sehari mereka mengatur siaran penggantinya. Sebagai respon atas penderitaan yang mereka buat itu, sebenarnya kami sudah mengadakan kontak dengan European satellite yang untuk itu pernah kita usahakan di masa lalu namun tidak berhasil, yaitu ketika kami mengadakan kontak dengan European satellite tersebut ternyata tidak ada ruang yang dapat kami sewa. Tetapi setelahnya kesulitan yang mereka ciptakan ini, kemudian Allah Taala mengatur bagi kami untuk mengadakan kontak dengan yang sekarang ini, di mana satellite yang telah mereka hentikan itu jangkauannya hanya terbatas pada beberapa area saja dan satellite yang sekarang ini jangkauannya adalah lebih luas dan lebih besar. Orang-orang yang mengatakan bahwa kami tidak dapat lagi menonton MTA-Al-Arabia, maka sekarang dengan melalui satellite yang baru ini dengan karunia kemurahan dari Allah kekurangan dari program lama yang tidak terlihat dari beberapa area maka sekarang hal itu akan dapat terpenuhi. Ini semua adalah caranya dari Allah; Dia-lah Wujud Yang Maha Esa Yang janji-Nya itu selalu merupakan janji yang benar.
Kesulitan-kesulitan ini akan datang, dan orang-orang yang iri, mereka itu akan terus berusaha sekuat tenaga mereka, tetapi jangan sampai ada orang yang merasa berputus asa karena kejadian tersebut. Janganlah mereka putus pengharapan dengan melihat pada kesulitan-kesulitan yang menghadang pada jalan mereka ini. Kami harus senantiasa berserah diri kepada Allah Taala, kami harus menaruh lebih banyak perhatian lagi pada shalat dan doa-doa; kita harus mempercantik shalat-shalat kita dan melaksanakan tugas dan tanggung-jawab kita serta kerjakanlah shalat-shalat nawafil. Karena shalat dan ibadah itulah yang benar-benar akan menolong kita dalam mengejar tujuan ini, inilah yang akan menolong kita. Jadi, sibukkan-lah lidah saudara-saudara di dalam mengingat kepada Allah. Dengan melalui ini insya-Allah jalan menuju kemenangan kita akan terbuka. Jadi, inilah poin utama yang setiap Ahmadi itu harus selalu ingat pada setiap saatnya. Sekarang masa 100 tahunnya Khilafat-Ahmadiyyah akan segera datang di mana orang-orang Ahmadi sedang merencanakan untuk merayakannya. Orang-orang yang iri itu, mereka akan berusaha lebih-lebih dari yang sebelumnya untuk mengganggu dan merugikan kita. Jadi, ke-iri-hatian mereka itulah yang menyebabkan mereka mengganggu kami Ahmadiyyah, karena katanya Khilafat ini sudah diambil dari kami, orang-orang Ahmadi sudah mengambil Khilafat ini.
Jadi para pihak penentang Jama’at ini, kadang-kadang mereka menyatakan poin ini dengan secara terbuka. Orang-orang Muslim lainnya itu, mereka menyatakan bahwa dengan tanpa Khilafat ini, maka kami tidak akan mendapat sukses. Surat-surat kabar mereka dipenuhi dengan tulisan artikel ini; bahkan sekarang pun ada sebuah statement, yang sekarang saya bawakan satu: Mufti Habiburrahman Sahib menyebutkan bahwa institusi dari Khilafat Islam, tidak ada system yang lebih besar dari Khilafat dan bagaimana mungkin untuk dapat memilikinya dengan tanpa Kesatuan di dalam satu Landasan. Keadaan dari orang-orang Muslimin yang mereka sedang melaluinya situasi tersebut sudah memahrumkan orang-orang Muslimin dari keberkahan-keberkahan ini. Dalam situasi seperti ini, mereka itu haruslah mengerjakan pekerjaan yang sama, yaitu dengan jalan memberikan pengorbanan pengorbanan, seperti mereka yang telah memperoleh Negara Pakistan ini. Pengorbanan tersebut, yang diberikan untuk tujuan ini yaitu bahwa mereka mendapatkan sebuah Negara yang merdeka, di mana mereka itu akan dapat menjalani kehidupannya secara hukum Islam dan akan dapat menegakkan suatu Pemerintahan Islam. Harus ada hukuman jika terjadi penipuan atau percundangan di sana, tetapi kenyataannya sekarang ini tidak ada hukuman yang diterapkan. Rahasia dari semua keberkahan-keberkahan dan kemajuan ini ada pada Khilafat. Inilah pernyataan statement dari Kiyai Mullah yang non-Ahmadi ini.
Saya berkeinginan agar orang-orang tersebut sekarang akan meninggalkan sikap keras kepalanya dan mereka itu dapat datang, dan percaya bahwa Imam Zaman itu, yang tentang itu janji-Nya adalah bahwa Imam Mahdi akan datang dan setelahnya beliau, maka institusi Khilafat akan ditegakkan. Sosok orang yang mereka tunggu-tunggu itu sekarang sudah datang dan dengan melalui beliau-lah maka institusi Khilafat itu sudah didirikan; tidak akan pernah ada lagi system Khilafat baru yang akan didirikan setelahnya Khilafat yang sudah ada ini. Usaha dan upaya apa pun yang kalian lakukan tidak akan dapat menggantikannya. Jadi, para Ahmadi ini berdoalah bagi mereka diri sendiri semoga Allah Taala akan melindungi mereka dan membuat kami tabah dan bersabar, di mana mereka itu semua harus senantiasa mengikatkan diri pada Jama’atnya Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih Mau’ud a.s., yang sudah datang sesuai dengan janji nubuatan dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dan juga berdoalah untuk orang-orang lainnya ini, semoga Allah Taala memberi taufik kepada mereka, agar mereka juga ikut datang dan bergabung, bersatu dengan Imam Mahdi, Al-Masih Mau’ud a.s. ini. Semoga demikian hendaknya; insya Allah Taala. Aamiiin.



San Jose-California-USA, February 10, 2008 / Mersela, 14 Pebruari 2008