Kamis, 30 September 2010

ISLAM dan Nabi MUHAMMAD saw.

Mengenal-Islam.-1

Betapa, orang-orang ini membenci agama-agama Tuhan, yang juga membenci agama Islam dan membenci serta mencaci Nabi Suci Muhammad Rasulullah saw., Utusan Allah Maha Kuasa yang pembawa, pendiri agama Islam, mengapa sampai muncul pikiran, tulisan-tulisan yang abusive, Situs, Web-web dan Blog yang sangat abusive terhadap agama, terhadap Islam dan Nabinya. Mengapa? Mengapa sampai terjadi yang demikian?

Penyebabnya karena banyak atau ada perilaku dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikut agama, termasuk pengikut dan pembela Islam, yang perilakunya dan perbuatannya sangat tidak pantas, anarkis (nahi munkar) sangat intoleransi, di mana mereka yang mischief makers itu mengatas-namakan agama (termasuk agama Islam), dan hanya mengamalkan “sisi keras”nya dari kisah atau sejarah agama Islam pada zaman sebelum ini, dengan tanpa melihat apa sebab dan penyebabnya, serta hakikat tujuannya. Mereka menonjolkan nahi munkar atau memberantas segi kegelapan dari orang-orang, padahal dengan lebih memprioritaskan pana amar ma’ruf atau segi kecemerlangan dari orang-orang, maka otomatis kegelapan itu akan hilang dengan timbulnya cahaya yang cerah.

Mengingat seperti halnya pada silsilah Kenabian Musa a.s., agama Yahudi, di mana 14 abad setelah Musa a.s. itu Allah SWT. menurunkan Utusan, Nabinya, Isa Al-Masih, Jesus Kristus a.s., yang mengajarkan kelembutan dan kedamaian, demikian pulalah di dalam Silsilah agama Islam pun, sesuai dengan Nubuatan sabda Nabi Suci Muhammad s.a.w., Allah SWT menurunkan pula-lah Al-Masih yang dijanjikan, Al-Masih Mau’ud pada 14 abad setelahnya Nabi Muhammad s.a.w., yang juga mengajarkan kelembutan dan kedamaian, yang berusaha menegakkan keadilan dan kedamaian di dalam masyarakat dunia, dengan Modus Operandi-nya: “Love for All and Hatred for None”, tidak ada kekerasan dan tidak ada pemaksaan dalam hal agama dan keyakinan.

Sayangnya, walaupun misi Al-Masih Muhammadi yang Dijanjikan di zaman ini sudah mencakup atau diikuti orang-orang di 195 negara di dunia, namun secara organisatoris baru puluhan juta oranglah yang menerima, yaitu orang yang berhati bersih dan mau menyelidiki kebenaran dari misinya Al-Masih yang dijanjikan ini. Sedangkan orang-orang “mainstream” lainnya, walau sudah ada janji dari Allah Maha Kuasa untuk kemenangan akhir dari Jemaat-Nya Al-Masih Muhammadi ini, orang-orang yang mainstream ini masih menunggu-nunggu atau masih berada di luar Jemaat-Nya ini, bahkan ada yang secara terang-terangan menolak atau menentangnya. Tapi “saat” yang sudah dijanjikan Allah SWT., pasti akan datang, insya Allah; aamiiin.

Mengenal-Islam.Ahmad

Pada dasarnya "Modus Operandi" Para Nabi Allah itu ada waktunya dan ada zamannya pula; semestinya orang-orang pengikut agama tersebut harus mentaati "method of operating" dari Utusan Allah yang berlaku di dalam zamannya dia itu.

Contohnya,

Di zaman Nabi Musa a.s. pembawa agama Yahudi, pada dasarnya kekerasan dibalas dengan kekerasan pula; kekejaman dibalas dengan perlakuan kejam yang sama. Ini sesuai dengan Ajaran agama yang ada dalam Perjanjian Lama, Kitab Suci mereka:

Keluaran 21:12 - Barangsiapa memukul orang sehingga mati, PASTILAH ia dihukum mati.
Keluaran 21:24 - Mata ganti mata, gigi ganti gigi
Jadi nampaknya tidak ada kecualinya .....

Sedangkan di zaman Al-Masih-nya Musawi (Jesus, Nabi Isa .a.s. pengikut Nabi Musa a.s.) sama sekali tidak diajarkan untuk melakukan pembalasan dengan kekerasan yang sama, tetapi yang diajarkan adalah:

Matius 5:39 - Ditampar pipi kanan berikan pipi kiri ......
Walaupun ajaran seperti ini dianggap sebagai kelakuan orang yang bodoh, tetapi kalau mengikuti ajaran Yahudi lama, ajaran Nabi Musa a.s. maka masyarakat akan menjadi tambah rusak dan kacau.

Jesus Kristus, Nabi Isa a.s. itu diutus ke dunia 14 abad setelahnya Nabi Musa a.s.

Nah 14-15 abad yang lalu Tuhan SWT menurunkan Utusan-Nya Nabi Muhammad s.a,w.; di zaman Nabi saw., "operating procedure-nya" adalah bisa saja kekerasan dan kekejaman terhadap pengikut Islam dan terhadap orang2 itu dibalas dengan maksimum yang sama, tetapi ajaran Nabi Muhammad saw. dalam Islam lebih menganjurkan untuk tidak membalasnya tetapi dengan memaafkannya.

Dua opsi ini bisa digunakan dengan melihat opsi manakah yang akan dapat memperbaiki dan mereformasi orang yang berbuat jahat tadi; tetapi opsi memaafkan adalah opsi yang lebih baik, kecuali terhadap orang-orang yang memang tidak dapat diperbaiki lagi kelakuannya, dan untuk melawan rezim yang zhalim, penindas yang aniaya.

Kemudian, 14 abad setelahnya Nabi Muhammad s.a.w. Tuhan SWT menurunkan Al-Masih atau Nabi Isa yang dijanjikan di akhir zaman, Al-Masih Mau'ud, yang meneruskan misi Islam-nya Nabi Muhammad saw.

Namun modus operandi dari Isa yang dijanjikan Al-Masih Mau’ud di zaman ini adalah serupa dengan modus operandinya Nabi Isa a.s. yang sama sekali tidak melakukan kekerasan atau pembalasan atas perbuatan tidak baik dari orang-orang lain. Hanya saja tidak memberikan pipi kiri untuk ditampar lagi setelah pipi kanannya ditampar; jadi tidak demikian, yang dikritik orang seperti orang yang bodoh.

Ajaran dari Nabi Isa yang dijanjikan di zaman ini, Al-Masih Mau'ud adalah menegakkan kedamaian dan keadilan di dalam masyarakat dengan modus operandi : "Love for All and Hatred for None". Adapun terhadap tindakan penganiayaan dan penindasan dari rezim yang zhalim aniaya serta para mischief makers yang anarkis, pada dasarnya setelah berusaha meminta keadilan dari para penguasa sesuai UU dan ketentuan yang berlaku, selanjutnya kepada para pengikut Al-Masih akhir zaman dinasihatkan untuk bersabar, berdoa, bertawakal dan menyerahkan perkara tersebut kepada Allah SWT, Tuhan Maha Kuasa; yang sudah memberikan janji-Nya kepada Jemaat-Nya Al-Masih di akhir zaman ini.

Kritikan dan cercaan yang dilancarkan orang-orang dalam tulisan dan situs2 itu adalah disebabkan atas kekesalan, kekecewaan dan kegemasan orang-orang terhadap perbuatan kekerasan, kekonyolan dan kekejaman yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku menjadi pengikut agama-agama tadi. Yang jadinya, perbuatan pengikut dan yang menamakan pembela agama itu justru merusak nama baik dari agama Islam dan nama baik Nabi Suci Muhammad saw.

Jadi, walaupun memang ada contoh2 kekerasan di zaman agama sebelumnya, tetapi di zaman yang akhir ini, kekerasan atas nama agama itu sudah tidak bisa dan tidak boleh diberlakukan lagi, sudah obsolete atau sudah bukan zamannya lagi, karena kalau masih ada yang melakukannya dengan meng-atas-namakan agama (agama Islam) hasilnya menjadi counter-productive terhadap nama Agama suci dan nama Nabi Suci.

Jadi modus operandi di zaman sekarang ini adalah “Tegakkanlah keadilan dan perdamaian” dengan "Love for All and Hatred for None" (LFAAHFN).

Insya Allah, dengan modus operandi ini akan dapat meng-counter situs-situs dan tulisan yang abusive terhadap agama (Islam) dan untuk membersihkan nama Utusan Allah, Nabi Suci Muhammad saw.

Lagi pula ada Hadits sabda Nabi Muhammad saw.: “Betapakah dapat rusak Umatku ini – yakni Umat Islam - karena ada saya pada permulaannya dan ada Isa pada akhirnya”. Diriwayatkan dalam Kitab Madarikutanzil juz I halaman 355 (Kebenaran Al-Masih hal. 5). Jadi Isa akhir zaman itu melembutkan dan melunakkan sisi keras dari era Islam di zaman awalnya dengan modus operandinya di zaman ini : “LFAAHFN”.

Mersela, Jum’at 1 Oktober 2010.

Jumat, 03 September 2010

Orang Yahudi dan Nabinya - Yusuf a.s.

Bismillahiirrahmanirrahiim

Betapa Ulama-ulama dan orang-orang Yahudi itu dalam memperlakukan Utusan Allah, Nabi Yusuf a.s.; semua mereka ragu dan setelah Nabi Yusuf a.s. tiada, mereka mengatakan “TIDAK ADA LAGI SETELAHNYA DIA (YUSUF a.s.)”. Kisah ini diterangkan di dalam Kitab suci Alqur-aan dengan pesan amanat bagi umat dan ulama belakangan ini jangan sampai meniru kelakuan dan itikad orang-orang Yahudi tersebut, dalam mensikapi dan memperlakukan Nabi Allah yang Utusan Tuhan itu.

Perilaku ulama-ulama Yahudi, dan juga Jinn, adalah seperti yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Alqur-aan, yang mengatakan bahwa sesudah beliau – yakni Nabi Yusuf as - Allah tidak akan pernah lagi mengangkat siapa pun yang akan menjadi Rasul:

Dan sungguh telah datang kepada kamu, Yusuf dengan keterangan –keterangan, maka kamu senantiasa dalam keraguan dari apa yang dibawanya kepadamu. Sampai ketika dia wafat, kamu berkata “Allah tidak akan mengutus seorang Rasul sesudahnya”. Demikianlah Allah menyesatkan orang yang melampaui batas, lagi ragu-ragu. (Al Mu’min, 40 : 34/35)

“Kesepakatan orang Yahudi adalah bahwa Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Musa a.s.” (Muslimus Subut II/170).

Jinn juga menyangka demikian (Alqur-aan):

Dan sesungguhnya mereka (Jinn itu) menyangka sebagaimana kamu menyangka bahwa Allah tidak akan membangkitkan seorang pun (Rasul) (Al Jinn, 72: 7/8).

Di tempat lain Tuhan, Allah SWT. sudah berfirman:

Ya banii aadama immaa ya’tiyannakum rusulum minkum yaqushshuuna ‘alaikum aayaatii fa manit taqaa wa ashlaha fa laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun – Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku (Tanda-tanda-Ku) kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati (Al A’raaf, 7 : 35/36).

Yang perlu diperhatikan adalah, seruan dengan kata-kata “Hai Bani Adam atau Anak-cucu Adam” itu dialamatkan kepada umat di zaman Rasulullah saw., dan kepada generasi-generasi yang akan lahir kemudian nanti; jadi bukannya hanya semata-mata kepada umat yang hidup di masa silam di zaman Nabi Adam as. atau segera sesudahnya Nabi Adam a.s. meninggal.

Seruan “Hai Bani Adam” ini terdapat pada ayat-ayat lainnya di surah yang sama (Al A’raaf) antara lain:

7 : 31/32: Yaa banii aadama khudzuu ziinatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulluu wasy rabuu wa laa tusrifuu innahuu laa yuhibbul musrifiin - Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu di setiap tempat ibadah dan makanlah serta minumlah tetapi jangan berlebihan, Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.

7 : 26/27: Yaa banii aadama qad anzalnaa ‘alaikum libaasay yuwarii sau-aatikum wa riisyaw wa libaasut taqwaa dzaalika khairun dzaalika min aayaatillaahi la’allahum yadzdzakkaruun - Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian penutup auratmu sebagai perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Hal demikian itu sebagian dari Tanda-tanda Allah, mudah-mudahan mereka mendapat nasihat.

Semua Alim Ulama Islam sepakat berpendapat bahwa seruan “Yaa banii aadama - Wahai bani Adam” di dalam Ayat-ayat tersebut adalah untuk semua anak-cucu Adam atau untuk semua umat manusia di sepanjang masa.

Mersela – Jak. Bar; Sabtu 25 Ramadhan 1431HS – 4 September 2010.