Rabu, 24 Oktober 2012

ULAMA, Siapakah yang disebut Ulama dalam Alqur-aan?

ULAMA, Siapakah yang dikatakan ULAMA menurut  Kitab Suci Alqur-aan?  (Fr.S. 3-8-2012)
Bismillaahir rahmanir rahiim.
Didalam Alqur’an terdapat firman:  ....innamaa yakhsyallaaha min ‘ibaadihil ‘ulamaa-u .....                                                       artinya; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu) (Al Faathir ayat 29), dimana orang yang paling takut kepada Allah swt adalah para ‘alim-‘ulama. Dan orang-orang yang takut atau segan kepada keagungan Allah swt adalah mereka juga yang dijelaskan oleh Alqur’anul Karim ....wa khasiyar rahmaana bilghaibi ....   yakni orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, yang ia tidak melihat-Nya (Yaa Siin ayat 12). Rasa takut itu timbul didalam hati manusia karena factor ma’rifat Ilahi, karena memperoleh ilmu yang betul-betul sempurna tentang ke-Agungan Allah swt. Keagungan Allah swt artinya Allah swt Pemilik segala kekuatan, dan kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu dan Dia Pencipta segala sesuatu. Timbul pertanyaan sebagaimana didalam Alqur’an Allah swt berfirman :  artinya; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu), apakah setiap orang ‘alim atau setiap orang yang menamakan dirinya ulama atau yang menganggap dirinya ‘alim mempunyai rasa takut atau segan kepada Allah swt? Sungguh, kita sekarang menyaksikan beratus ribu ulama yang tutur kata mereka bertentangan dengan amal perbuatan mereka sendiri dan mereka tidak memahami makna Alqur’an dengan baik. Mereka bukan hanya tidak taat kepada nasihat Nabi saw., untuk menjumpai dan bai’at kepada Imam Zaman ini bahkan mereka dengan keras menentang beliau dan tindak tanduk mereka dalam melakukan perlawanan terhadap Jema’ah Muslim tersebut, yang sudah sangat melampaui batas kemanusiaan, seperti yang terjadi di Pakistan, padahal mereka itu  menamakan diri sebagai ulama. Maka terpaksa orang-orangpun berpikir bahwa definisi ‘ulama’ disini sungguh berbeda dengan apa yang telah Allah swt jelaskan didalam Alqur’an. Ulama yang dijelaskan oleh Allah swt itu lain lagi orangnya.

Jika setiap orang yang lulusan dari Madrasah agama dikatakan ulama seperti pada umumnya yang terjadi dinegara Pakistan atau para scientist yang dianggap ‘alim oleh dunia disebabkan penemuannya telah memperoleh ilmu pengetahuan yang tak ada tara bandingannya, tentu hal itu tidak benar.  Banyak diantara para ilmuwan yang bahkan tidak percaya kepada wujud Tuhan, bagaimana mungkin timbul   hosyyat rasa takut atau segan didalam hati mereka terhadap Allah swt., banyak juga orang yang menamakan diri ‘alim ruhani tetapi benaknya penuh dengan keserakahan dan bukan pula ‘alim duniawi. Disini harus dijelaskan bahwa Islam adalah Agama yang kamil atau sempurna. Dan mereka yang memiliki ilmu pengetahuan tentang Islam menyatakan diri telah meraih ilmu pengetahuan agama dan banyak diantara mereka yang menablighkan ajaran Islam juga. Ingatlah bahwa tersebarnya Islam keseluruh dunia adalah merupakan salah satu taqdir Allah swt., namun tentu saja tidak akan melalui para ulama yang hati mereka cenderung kepada kepentingan duniawi, yang didalam hati mereka tidak ada  hosyyat   rasa takut atau segan terhadap Allah swt.  Memang, Islam akan tersebar keseluruh dunia, akan tetapi Islam tidak akan tersebar melalui mereka yang menamakan diri mereka ulama, melainkan akan tersebar melalui Jema’ah Muslim dengan cara memikat hati manusia dan melalui ajaran yang cinta damai bukan dengan cara kekerasan atau terorisme, sebab kekerasan bertentangan dengan ajaran Alqur’an-ul Karim,  maka Islam ini hanya akan tersebar ke seluruh dunia, yang hanya dilakukan oleh satu Jema’ah Muslim yang mengamalkan ajaran Islam yang hakiki.  Nabi Muhammad Rasulullah swt telah diutus kedunia untuk mempertemukan setiap orang diseluruh dunia dengan Allah swt dan membuat mereka menjadi manusia-manusia Ilahi. Seseorang tidak dapat menjadi manusia Ilahi kecuali ia mempunyai hosyyat perasaan takut (segan) kepada Allah swt. Ada banyak pencuri dan perampok ulung masuk Islam karena semata-mata mereka telah memperoleh hosyyat perasaan takut kepada Allah swt.
Alkisah dalam Tazkiratul Aulia, buku kisah kehidupan para Wali; salah seorang diantaranya ialah Fozail bin Iyaz Sahib. Beliau adalah seorang perampok besar dan ulung dan sangat ditakuti oleh orang-orang. Katanya suatu ketika beliau mendengar seseorang menilawatkan ayat berikut ini :    alam ya’ni lilladziina amanuu an takhsya’u quluubuhum ,idzikrillaahi ....Artiya : Apakah belum sampai waktunya bagi orang-orang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah? Hati Fozail bin Iyaz Sahib sangat terkesan sekali mendengar bunyi ayat tersebut sehingga seolah-olah seseorang telah menusuk hati beliau dengan sebuah anak panah. Sambil menyesal beliau berkata: Sampai bilakah aku akan melakukan perampokan ini? Sekarang sudah tiba waktunya untuk melangkah kejalan menuju Allah swt. Setelah berkata demikian beliau menangis tersedu-sedu. Beliau tinggalkan semua kebiasaan buruk dimasa lampau dan kemudian beliau terkenal menjadi seorang pertapa. Pada suatu hari beliau pergi kesebuah padang pasir disana berjumpa dengan beberapa orang kafilah yang sedang berkemah. Disana beliau mendengar suara mereka sedang bercakap-cakap:  “Inilah jalur jalan yang biasa dilalui oleh Fozail bin Iyaz untuk melakukan perampokan. Oleh sebab itu kita harus mencari jalan lain”. Mendengar percakapan mereka itu Fuzail-pun tersentak dan berkata kepada mereka: Wahai saudara-saudaraku! Tidak usah takut, sekarang saya sudah bertobat dan meninggalkan semua kebiasaan merampok. Beliau telah meminta ma’af kepada semua orang yang pernah diganggu atau dirampok oleh beliau. Itulah seorang perampok seperti beliau yang kemudian terkenal dengan julukan rahmatullah ‘alaih (semoga Allah menurunkan rahmat kasih sayang-Nya kepada beliau).
Demikianlah anugerah hosyyat takut kepada Allah swt adalah satu mu’jizat. Apabila sudah timbul kesadaran maka dalam waktu sekejap hosyyat takut kepada Tuhan itu menjadikan orang biasa sejajar dalam barisan para ulama.   Sebaliknya banyak orang-orang menamakan diri ulama nampak megah berpakaian jubah namun berlagak sombong, membawa-bawa tasbeh dengan rasa takabbur, sekalipun masyarakat awam menganggap mereka orang-orang saleh namun hati mereka tidak memiliki  hosyyat rasa takut kepada Allah swt. Orang-orang yang sombong dan takabbur terhadap sesama manusia, yang menganggap rendah dan mencela kepada orang lain, didalam hati mereka tidak akan pernah memiliki  hosyyat  rasa takut kepada Allah swt.
Hosyyat artinya takut disertai rasa segan, misalnya kita menghadapi seorang pejabat tinggi Negara atau Presiden. Dalam hati kita timbul rasa takut dan segan mengingat kedudukan tinggi beliau sebagai Presiden. Kita takut dan segan, namun kita ingin bertemu dan ingin sering berjumpa dengan beliau.  Demikian juga  hosyyat rasa takut dan segan terhadap Allah swt karena kita tahu Tuhan adalah Yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Perkasa dan sebagainya. Kita ingin mendekat dan selalu berhubungan dengan-Nya.Bahkan berusaha ingin mencintai-Nya. Lain lagi dengan khaof atau rasa takut yang timbul didalam hati karena factor kelemahan diri pribadi seseorang, misalnya mau menghadapi seorang lawan atau musuh kadang-kadang timbul rasa takut didalam hati. Hati orang tidak mau mendekat kepadanya, bahkan sebaliknya ingin menjauh dari padanya.
Orang yang takut kepada Allah swt Yang Gagah Perkasa adalah mereka yang memiliki ilmu secara sempurna tentang Keagungan-Nya, Qudrat-Nya, Ihsan-Nya, Kemurahan-Nya dan Keindahan-Nya. Iman orang mu’min akan meningkat dan hubungannya dengan Allah swt juga akan semakin maju apabila rasa hosyyat itu telah diperolehnya. Jadi, Islam dan hosyyat menempatkan muslim hakiki sejajar dengan ‘alim, ‘ulama atau ilmuwan.
Betapa pun Allah swt telah berfirman: Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama, mereka yang mempunyai banyak ilmu (35:29). Namun orang yang bertabiat Syaitan, ia berada diluar ketentuan ayat ini. Jadi, orang yang menda’wakan diri telah memperoleh ilmu namun tidak berjalan diatas hidayat dia bukanlah seorang ‘alim atau ‘ulama. Jika ia berkata sudah menela’ah Alqur’an namun dia tidak mendapat petunjuk, bukan Alqur’an-nya yang salah melainkan orang yang telah menela’ah Alqur’an itulah yang  penda’waannya salah. Alqur’an memberi ilmu hakiki-nya kepada orang yang hatinya mempunyai hosyyat yang ada rasa takut kepada Tuhan, dan bukan kepada orang takabbur, berpikiran duniawi dan orang zalim.
Ilmu Ilahi itu tidak hanya berarti logica atau filsafat melainkan ilmu sejati adalah yang dianugerahkan Allah swt semata-mata melalui karunia-Nya. Dan ilmu itu adalah sarana ma’rifat Allah swt dan menciptakan hosyyat Ilahi. Sebagaimana Allah swt berfirman: Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama, tetapi jika dengan ilmu itu tidak memberikan kemajuan dalam hosyyat Ilahi maka ingatlah bahwa ilmu yang begitu itu bukan sarana ma’rifat Allah swt., karena banyak orang bermulut kotor suka memaki selain berdusta. Apakah para ulama yang bermulut kotor mencaci maki kepada orang yang mendakwakan sebagai Imam Zaman yang diikuti dan dihomati oleh puluhan bahkan ratusan juta pengikutnya, dan mencaci-maki Jema’ah Muslim-nya seperti di Pakistan dan di berbagai tempat lainnya, di mana dibeberapa Mesjid dalam khutbah mereka yang mengaku ulama itu dari mulutnya keluar banyak kata-kata kotor caci-makiannya. Apakah mereka ini ‘ulama’ yang didalam hati mereka mempunyai hosyyat Ilahi?
Ingatlah! Bahwa orang dungu sudah biasa tergelincir didalam perbuatannya. Syaitan apabila tergelincir bukan karena ilmunya melainkan karena kedunguannya. Jika ia memiliki ilmu yang sempuna ia tidak akan tergelincir. Alqur’an tidak mencela ilmu melainkan alqur’an berfirman; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu, 35:29). Justru Ulama Mullah yang setengah jadi atau kurang ilmu bisa membahayakan iman. Maka para penentang aku bukan binasa karena ilmu mereka melainkan karena kejahilan mereka sendiri.’ Selanjutnya beliau a.s. bersabda: ‘ Ulama Rabbani tidak selalu berarti bahwa mereka mahir didalam sarof nahu (Arabic Grammar) melainkan orang yang setiap waktu selalu takut kepada Allah swt. Dan tutur katanya tidak sinis dan sia-sia. Akan tetapi pada zaman sekarang orang yang suka memandikan mayat-pun ingin disebut ulama (‘alim) sebab mereka dicari oleh orang-orang yang hendak memandikan mayat. Bahkan mereka sendiri mulai menamakan diri mereka ulama. Dan mereka menggabungkan diri kedalam golongan Ulama Rabbani. Oleh sebab itu sekarang telah terjadi pencemaran dan penghinaan terhadap istilah ulama dan maknanya sudah diambil bertentangan dengan kehendak dan maksud Allah swt. Padahal Alqur’an hanya menerangkan standar ulama itu dengan firmannya: ‘Ulama hanyalah mereka yang takut kepada Allah swt. “ Sekarang perlu diperhatikan bahwa orang yang tidak mempunyai nilai  (hosyyat) dan taqwa kepada Allah swt sekali-kali tidak patut dipanggil dengan istilah ulama itu.’ Sebenarnya ‘ulama itu jamak dari pada ‘alim dan ilmu itu adalah suatu yang betul-betul yakin dan qot’i. Dan ilmu yang benar terdapat didalam Kitab Suci Alqur’an tidak terdapat didalam Filsafah Yunani ataupun di dalam Filsafat Britania, melainkan ilmu yang benar terdapat didalam filsafat iman. Kesempurnaan dan Mi’raj orang mu’min adalah apabila mereka telah sampai ke peringkat ulama. Dan ia telah meraih kedudukan haqqul yakin yang merupakan puncak ilmu pengetahuan.  Akan tetapi mereka yang tidak dianugerahi ilmu hakiki dan tidak dibukakan kepada mereka pintu ma’rifat dan basirat Ilahi boleh saja menamakan diri mereka ulama namun mereka samasekali kosong dari nilai dan mutu ilmu pengetahuan hakiki dan tinggi. Mereka tidak memiliki nur atau cahaya yang terdapat didalam ilmu hakiki. Bahkan orang-orang seperti itu benar-benar sengsara dan merugi. Mereka penuhi kehidupan akhirat mereka dengan kabut dan kegelapan.  Mereka yang dianugerahi ilmu hakiki dan basirat Ilahi dan dianugerahi ilmu yang menimbulkan  (hosyyat)Ilahi adalah mereka yang didalam Hadits Nabi saw telah disamakan dengan martabat Nabi-nabi Bani Israil.’Itulah sebenar-benarnya Ulama.
Keadaan para Ulama zaman sekarang ada disebutkan didalam Hadits Nabi Muhammad saw., yakni ulama itu ‘alim hanya menurut pengakuan mereka sendiri namun bukti amal mereka sedikitpun tidak ada. Beliau saw bersabda: Ulamauhum syarrum man tahta adimis samaai. Min ‘indihim takhrujul fitnatu wa bihim ta’ud. Yakni Ulama mereka sejahat-sejahat makhluk di bawah kolong langit sebab semua fitnah akan keluar dari mulut mereka namun fitnah itu akan kembali kepada mereka sendiri. Sekarang tengoklah betapa hebatnya kerusuhan dan permusuhan yang timbul pada zaman ini disebabkan ulah mereka yang menamakan diri Ulama itu. Hal ini jelas membuktikan bahwa setiap orang yang menamakan diri ulama itu sedikitpun tidak mempunyai hosyyat Ilahi atau takut kepada Tuhan. Jadi kita sedang menyaksikan dimana-mana, kebanyakan timbulnya kerusuhan itu disebabkan ulah orang-orang yang menamakan diri mereka sebagai ulama itu.
Ilmu hakiki muncul karena taqwa dan takut kepada Allah swt, sebagaimana Allah wt berfirman :  artinya; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘alim-‘ulama (Al Fathir ayat 29). Dari firman ini kita tahu bahwa ilmu hakiki menciptakan hosyyat Ilahi atau  rasa takut kepada Allah swt dan Allah swt telah mengaitkan Taqwa dengan  ilmu hakiki.  Seorang yang betul-betul ‘alim  pasti timbul hosyyat Ilahi didalam hatinya. Beliau a.s. bersabda: Yang dimaksud dengan ilmu itu menurut hemat saya adalah Ilmu Alqur’an bukan filsafat, science atau ilmu lainnya lagi. Sebab untuk meraih ilmu seperti itu tidak memerlukan Taqwa. Melainkan orang fasiq, fajir (orang yang berdosa pun) bisa belajar yang begitu begitu juga. Namun ilmu Alqur’an tidak diberikan kepada siapapun kecuali kepada orang-orang bertaqwa dan orang-orang yang beragama. Jadi yang dimaksudkan disini adalah Ilmu Alqur’an yang melahirkan taqwa dan hosyyat Ilahi.
Maka, hendaknya kita jangan terkelabui begitu saja dengan perkataan dari yang disebut ‘ulama sebab ‘ulama atau orang ‘alim yang hakiki adalah orang yang takut kepada Allah swt. Sesungguh tidak diragukan lagi bahwa diantara orang-orang yang takut kepada Allah swt itulah yang disebut para ‘alim-‘ulama. Didalam hati mereka timbul penyerahan diri yang kamil dan hosyyat Ilahi juga timbul sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya mereka belajar ilmu dan ma’rifat dari Allah swt. Kedudukan atau martabat seperti itu dapat diraih dengan patuh-ta’at yang kamil dan penuh kecintaan terhadap Yang Mulia Rasulullah saw sehingga manusia tercelup kedalam warna sifat beliau saw. Demikianlah hakikat seorang yang dikatakan ‘alim atau ‘ulama dan makna dari hosyyat Ilahi mereka. Dari penjelasan tersebut diatas sekarang kita sudah maklum perbedaan antara ‘ulama hakiki dan orang yang menamakan diri ‘ulama. Perhatian kita juga terpusat untuk berusaha mendapatkan Taqwa haqiqi dan menciptakan hosyyat Ilahi didalam hati kita agar kita menjadi mu’min yang sejati. Dan perintah berjalan diatas Taqwa tidak ditujukan khusus terhadap sutau golongan atau tingkatan tertentu melainkan perintah itu bagi setiap orang Muslim. Mengikuti langkah uswah hasanah Hadhrat Rasulullah saw sangat penting bagi setiap orang. Sebab tanpa itu kita tidak akan dapat meraih kecintaan Allah swt. Maka didalam bulan suci Ramadhan ini (1433H, Agustus 2012) dimana Allah swt telah membuka pintu qurub-Nya dan Dia telah menyediakan suasana dan sarana untuk membantu meningkatkan taqwa, sarana untuk mengikuti langkah Uswah Hasanan Rasulullah saw dengan diadakan daras Alqur’an  daras Hadis dan dilaksanakan sunnah-sunnah juga. Kita harus mengambil faedah sebesar-besarnya dari padanya. Dengan membaca dan mendengar Alqur’anul Karim kita harus berusaha mencari ilmu dan ma’rifat yang dapat meningkatkan nilai taqwa yang menciptakan hosyyat Ilahi.
Orang Mu’min hakiki  itu takut kepada Rab-nya dan beriman kepada Tanda-tanda-Nya. Tanda-tanda Tuhan artinya semua Perintah-Nya, semua ayat dan mu’jizat yang telah dijelaskan di dalam Alqur’an-ul Karim. Mengamalkan semua perintah itu sangat penting bagi setiap orang Mu’min. Iman akan menjadi sempurna apabila disertai dengan amal juga. Dan amal itu menjadi sarana bagi kemajuan iman dan kemajuan dalam hosyyat Ilahi. Firman-Nya: Mu’min hakiki yang mempunyai  hosyyat Ilahi tidak mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Namun kadangkala jika tidak melakukan syirik dengan benda zahir, manusia melakukan syirik khafi (syirik bathini) juga. Oleh sebab itu diperlukan koreksi yang halus terhadap diri pribadi kita. Perlu sekali tetap tegak diatas pendirian untuk berkata dan berbuat yang benar. Dalam perkara ke-empat dijelaskan bahwa mereka mengkhidmati agama juga, mengurbankan harta dan waktu juga dan mereka juga berusaha mengamalkan hukum-hukum Agama, namun hati orang mu’min hakiki itu selalu takut sekalipun telah melakukannya semua, apakah Allah swt mengabulkannya atau tidak. Takut kalau-kalau ada kesalahan yang tersembunyi atau ada syirk tersembunyi yang menjauhkan keridhaan Allah swt kepadanya. Atau takut ada perintah yang tidak dilaksanakan atau telah menunjukkan suatu kelemahan  jangan-jangan menjadi penyebab kurangnya iman. Terdapat sebuah riwayat dari Hadhrat Aisyah r.a. katanya beliau bertanya kepada Hadhrat Rasulullah saw, ya Rasulullah! Apakah maksud ayat ini  Wal ladziina yuu tuna maa ..... (Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan, sedang hati mereka penuh ketakutan) manusia boleh melakukan apa yang mereka inginkan namun mereka selalu takut kepada Allah? Nabi saw bersabda: Bukan begitu hai Aisyah ! Maksudnya, manusia berbuat amal saleh terus menerus, namun hatinya selalu merasa takut kepada Allah swt. Maka harus selalu diingat bahwa Allah swt adalah Ghani tidak memerlukan suatu apapun dari manusia. Dia mau mengabulkan kebaikan manusia atau tidak terpulang kepada kehendak-Nya. Dia mau mengabulkan keabaikan seseorang atau tidak Dia mempunyai kehendak sendiri.  Oleh sebab itu manusia harus selalu takut kepada Tuhan, kita tidak boleh merasa bangga atas amal baik kita.
Hadhrat Ummi Salma r.a. meriwayatkan  tentang do’a  Hadhrat Rasulullah saw ini : Ya muqallibal quluub tsabbit qolbi ‘ala dinika. Wahai Zat Pengatur kalbu! Teguhkanlah kalbu-ku diatas agama Engkau. Ketika Hadhrat Ummi Salma bertanya kepada Rasulullah saw mengapa beliau saw secara tetap membaca do’a ini. Maka Rasulullah saw bersabda:’ Hai Ummi Salma! Hati manusia bergantung diantara dua jari Allah swt. Siapa yang Tuhan kehendaki hatinya tetap tegak Dia tegakkan dan siapa yang Tuhan tidak kehendaki hatinya dibengkokkan. Rasulullah saw adalah pemberi hidayah kepada kita. Jika beliau saw selalu memanjatkan do’a seperti itu, yang dengan mengikuti Uswah Hasanah beliau saja manusia dapat meraih Taqwa haiki dan hosyyat Ilahi dan dapat menjadi kesayangan Tuhan, maka kita sangat perlu sekali menaruh perhatian sepenuhnya terhadap hal itu.
Salah satu diantara ihsan-ihsan Yang Mulia Rasulullah saw yang besar adalah beliau mengajar kita cara untuk memanjatkan banyak do’a-do’a kepada Allah swt. Sebuah do’a telah diriwayatkan dalam sebuah Hadits di mana Hadhrat Rasulullah saw senantiasa memanjatkan do’a ini: ‘ Allahumma inni a’udzubika min qolbin laa yakhsya’u wa min du’ain laa yusma’u wa min nafsin laa tasybau wa min ‘ilmin laa yanfa’u. Wa’audzubika min haaulail arba’u. Artinya: Ya Allah ! Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari hati yang tidak khusyu’ dan dari do’a yang tidak didengar, dan dari nafs yang tidak pernah puas dan dari ‘ilmu yang tidak memberi faedah. Aku berlindung kepada Engkau dari keempat perkara itu. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita untuk memahami do’a tersebut. Aamiin !   (Fr.S. 3-8-2012)

Selasa, 23 Oktober 2012

Kronologi Riwayat Nabi Muhammad saw.

KRONOLOGI  RIWAYAT  HIDUP  NABI MUHAMMAD s.a.w.

Bismillahirrahmanirrahiim

KRONOLOGI  RIWAYAT  HIDUP  NABI MUHAMMAD RASULULLAH s.a.w.

Zaman dulu, yang biasa mereka ingat adalah Bulan Qomariyah dan tanggalnya, dengan merujuk pada perkembangan bulan di langit. Tahun Hijriah baru diberlakukan di zamannya Khalifah Umar bin Khaththab, dengan menetapkan tanggal 1 Muharram 1 H, yaitu saat Nabi saw berangkat Hijrah dari Mekkah ke Yathrib atau sekarang Medinah pada hari Jum’at 16 Juli 622 M (karena tanggal 5 Juli 622 M = Senin 20 Dzul Hijjah, masih tahun 1 S.H. atau sebelum hijrah)

570 Masehi – Tahun Gajah,  ketika Abraha Asyram – Raja Muda Yaman, wakil Negus, Raja Kristen
Abbessinia datang ke Mekkah dengan pasukannya yang berjumlah 20.000 orang yang membawa sejumlah besar Gajah, berniat hendak menghancurkan Ka’bah, yang tidak berhasil, karena  lasykarnya diserang wabah bisul cacar yang mematikan ketika mereka sudah tiba di pinggiran Kota Mekkah dan memanggil Abdul Muththalib untuk berunding (Tafsir Surah Al Fiil).

~569 M   Abdul Muththalib (kakek Muhammad, lahir tahun 497 M) umurnya sudah hampir 70 tahun.
Usia anaknya, Abdullah bin Abdul Muththalib 24 tahun (lahir tahun 545 M) dan dikawinkan dengan Aminah bt Wahab bin abdul Manaf bin Zuhra – Pemimpin Suku Zuhra. 
Tidak lama kemudian, Abdullah berangkat berdagang ke Suria meninggalkan istrinya (Aminah) yang sedang hamil. Abdullah kemudian meninggal di perjalanan.
571 M (20 April)–Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan Senin, 9 Rabiul Awwal 53 S.H. (Sebelum Hijrah)
                Atau menurut Versi Syi’ah 22 April 570 M, 12 Rabi’ul Awwal Tahun 52 S.H. (ini, katanya)
595 M     Muhammad (usia 25 tahun) menikah dengan Khadijah (janda, umur 40 tahun).

Pra-610 M adalah  Masa Jahiliyah (pra-Islamic era) sebelumnya turun wahyu.

610 M:  Nubuwwah/Nabawi - Wahyu pertama di Gua Hira. Senin 15 Ramadhan 13 S.H., bertepatan
              dengan tamggal 10 Agustus tahun 610 M. Umur Nabi Muhammad saw. waktu itu 40 tahun (Tahun
             Qomariah), atau 39 Tahun Syamsiyah (Masehi).
610 M     AbuBakr bin Abi Quhafa masuk Islam; setelah Khadijah, Ali bin Abu Talib dan Zaid bin Haritha.

Istri-istri Sayyidina Abu Bakar r.a., ada yang dinikahi ketika di zaman jahiliyah dan ada yang di masa Islam. Keempat anaknya, yaitu Abdullah, Asma`, Abdurrahman dan Aisyah r.a., dilahirkan oleh dua istrinya yang dia nikahi pada masa jahiliyah, yaitu Qatilah binti Abdul Uzza dan Ummu Rumman (sebelum 610 M). Dan setelah Islam, Sayyidina Abu Bakar r.a. menikah dengan Asma` binti Umais.

610 M:    Aisyah dilahirkan ketika usia Nabi saw. 40 tahun. Aisyah dipinang oleh Nabi, pada saat usia Nabi
52 tahun, setelah Khadijah wafat. Usia Aisyah ketika itu adalah 12 tahun.
613 M:    Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat
615 M:    Hijrah ke Abyssinia pertama.
615 M:    Turun Surah Al-Qamar, 5 tahun setelahnya Nubuwwah, yang menubuatkan kekalahan kaum
Quraisy Mekah dalam Perang Badar tahun 2 H = 624 M (54:46).
616 M:    Umar bin al Khaththab menerima Islam.
620 M     Tahun ke -10 Nubuwwah; wafat Abu Talib (bulan Rajab) yaitu 6 bulan setelahnya penghapusan Piagam Pemboikotan thd. orang Muslim. Khadijah r.a. wafat 3 bulan kemudian, th. 620 M.
621 M:    Nabi meminang/ bertunangan dengan Aisyah, atas usul dari Khaulah yang menawarkan 2 pilihan:
Seorang gadis (bikr) atau seorang janda (thayyib). Gadis itu adalah Aisyah (12 tahun) putri Abu Bakr, yang teman Nabi s.a.w.  (Riwayat dari Ahmad ibn Hanbal). (1 tahun Sebelum Hijriah)
622 M:    16 Juli, Hijrah ke Yathrib, Medinah – Dimulainya Tahun Hijriyah (Qomariyah) yang dicanangkan oleh Khalifah  Umar bin Khaththab:  1 Muharram 1 H = 16 Juli 622 M, hari Jum’at. 
                (karena, tanggal 5 Juli 622 M yang biasa dicatat oleh orang = Senin. 20 Dzul Hijjah 1 S.H.)
631 M:    10 Ramadhan 10 H, Selasa 10 Desember 631 M Nabi saw itikaf di mesjid (selama 20 hari).
632 M:    Sabtu 25 Dzul Qaidah 10 H, 22 Pebruari 632 M Nabi s.a.w. berangkat dari Medinah ke Mekkah (Haji Wada’).
632 M;    4 Dzul Hijjah 10 H, Minggu 1 Maret 632 M, Nabi s.a.w. tiba di Mekkah.
9 Dzul Hijjah 10 H, Jum’at 6 Maret 632 M Ibadah Haji Perpisahan (94 hari sebelum Nabi s.a.w. wafat).        
632 M;  Senin 8 Juni 632 M;  14 Rabi’ul Awwal 11 H, Nabi s.a.w. wafat di Medinah, dalam usia:
                63 tahun (Th. Qomariyah; 52 SH – 11 H), atau 61 tahun (Tahun Syamsiyah; 571 M – 632 M).

Istri-istri Nabi s.a.w.:
1.       Khadijah bt. Khuwailid; 28 S.H (Sebelum Hijrah) Usia waktu menikah: 40 / 25 tahun, umur Nabi saw.  Khadijah wafat pada tahun 620 M, tahun 10 Nubuwwah, 1 – 2 tahun S.H,
2.       Aisyah bt. Abu Bakar; 1 tahun S.H  dipinang oleh Nabi saw.: 12 / 52 tahun.
Dan mulai berumah tangga tahun  622 M, 1 H  (7 bulan setelah Hijrah); 14 / 54 tahun.
3.       Saudah bt. Zam’ah; 622 M, 1 H; 54 / 54 tahun.
4.       Hafshah bt. Umar bin Al-Khaththab; 624 M, 3 H; 18 / 57 tahun.
5.       Zainab bt. Khuzaimah;  624 M, 3 H;  30 / 57 tahun.
6.       Ummu Salmah bt. Abu Umayyah;  625 M, Syawwal 4 H;  5?./ 58 tahun.
7.       Zainab bt. Jahsy; Janda dari Zaid bin Haritsah;  626 M, Sya’ban (6?) 5 H; 35 / 59 tahun.
8.       Juwariyah bt. Al-Harits;  626 M, Sya’ban (6?) 5 H; 20 / 59 tahun.
9.       Mariyah; 627 M, 6 H, salah satu dari 2 budak gadis yang dikirim sebagai hadiah kepada Nabi s.a.w. dari Muqauqis Raja Mesir, sebagai balasan atas Surat Tabligh yang dikirimkan oleh Nabi s.a.w.
10.   Ummu Habibah bt. Abu Sufyan; 628 M, Muharram 7 H; ?? / 61 tahun.
11.   Shafiyah bt. Hujay; 628 M, 7 H;  17 / 61 tahun.
12.   Mamunah bt. Al Harits; 628 M, Dzul Qaidah 7 H; 25 / 61 tahun.
               
Riwayat Hidup Rasulullah saw.:
Oleh H.M. Bashiruddin Mahmud Ahmad,  Khalifaful Masih II r.a.  YWD (1992) halaman 3:

Betapa pentingnya dan berharganya soal menghubungkan sebuah Kitab Suci dengan Guru yang membawanya, sudah disadari sejak dini dalam Islam. Salah seorang dari isteri-isteri Rasululullah s.a.w. ialah Aisyah, yang masih muda sekali. Usia beliau kira-kira 13 – 14 tahun ketika dinikahkan kepada Rasulullah s.a.w.  Kira-kira delapan tahun beliau hidup dalam ikatan nikah dengan Rasulullah s.a.w.  Ketika Rasulullah s.a.w. wafat, usia istri beliau itu baru 22 tahun. Beliau masih muda dan buta huruf. Walaupun demikian, beliau tahu benar bahwa suatu ajaran tidak dapat dipisahkan dari guru yang membawanya. Ketika beliau ditanya tentang ahlak dan kepribadian Rasulullah s.a.w. beliau segera menjawab bahwa ahlak Rasulullah s.a.w. adalah Alqur-aan (Abu Dawud).  Apa yang diamalkan Rasulullah s.a.w adalah apa yang diajarkan oleh Alqur-aan. Pula apa yang diajarkan oleh Alqur-aan adalah tak lain selain yang diamalkan oleh Rasulullah s.a.w.

Kira-kira delapan tahun Hadhrat Aisyah r.a. hidup dalam ikatan nikah dengan Rasulullah s.a.w.  Ketika Rasulullah s.a.w. wafat, usia Aisyah ini adalah 22 tahun.

Keturunan Nabi s.a.w.

·         Dari Hadhrat Khadijah r.a. ada 4 orang putri:  1. Zainab dinikahi anak bibinya, Abu-Ash bin Ar-Rabi’, sebelum Hujrah ; 2. Ruqayyah dan kemudian 3. Ummu Kultsum yang dinikahkan dengan Utsman bin Affan, satu setelah lainnya.  4. Fathimah, yang dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib di zaman antara Perang Badar dan Uhud.
·         Ibrahim (7 H – 10 H) satu-satunya anak laki-laki dari isteri Mariyah; wafat sewaktu masih kecil,  Senin 29 Syawal 10 H - 27 Januari 632 M). Ibrahim lahir setelah Zainab, putri Nabi s.a.w. wafat. Empat (4) putra laki-laki Nabi saw. (semuanya wafat masih balita) bernama: Qasim (Nabi saw dijuluki Abu Qasim), Thayyib, Thahir dan yang dari Mariyah: Ibrahim.

Sumber-sumber:
·         H.M. Bashiruddin Mahmud Ahmad,  Khalifaful Masih II r.a.: “Riwayat Hidup Rasulullah saw.” YWD (1992).
·         Muhammad Husain Haekal:  “Sejarah Hidup Muhammad” (Desember 2003).
·         Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury: “Sirah Nabawiyah” (Februari 2004).
·         Saleh A. Nahdi:  “Lintasan Sejarah Islam”  (Desember 1994).
·         Drs. Muhammad Anwar:  “Sejarah Nabi Muhammad s.a.w.” (1 Pebruari 1988).
·         Wikipedia dll.:

Pada tahun 638 M, Gubernur Irak Abu Musa Al-Asy’ari berkirim surat kepada Khalifah Umar di Medinah, yang menulis antara lain:  Surat-surat kita memakai tanggal dan bulan, tetapi tidak ber-angka tahun;  sudah saatnya umat Islam membuat tarikh sendiri dalam perhitungan tahun”.
Atas usulan itu, dan setelah dimusyarahkan, Khalifah Umar bin Khaththab memutuskan bahwa Tanggal 1 bulan dan Tahun Hijriyah (Qomariyah), yaitu tanggal  1 Muharram 1 H  itu adalah bertepatan dengan Hari Jum’at tanggal 16 Juli 622 M (bukannya tanggal 5 Juli 622 M). 

http://www.islamicfinder.org/dateConversion      (Hijrah vv Masehi)

Nama  BULAN-BULAN  dalam  ISLAM  (HIJRIAH)  (Republika 9-1-2008  dll.)

1. Muharram (Sura); 2. Shafar;  3.  Rabi’ul Awwal (Mulud);  4. Rabi’ul Akhir (Syawal/ Ba’da Mulud);  5.  Jumadil Awwal;  6.  Jumadil Akhir;  7. Rajab;  8  Sya’ban (Rewah);  9. Ramadhan (Puasa);  10. Syawal;  11.  Dzul Qaidah (Hapit);  12. Dzul Hijjah (Besar/ Raya Gung).
Pada tahun 20526 Masehi nanti akan bertepatan dengan tahun 20526 Hijriah. (??)

Takutlah kepada (Firman) Allah dan Taatilah sabda Rasul s.a.w.;  Nabi s.a.w. bersabda:
Taraktu fiikum amrain maa in tamassaktum bihimaa lan tadhilluu’ abadan   Kitaaballaahi wa sunnata rasuulihi = Aku tinggalkan kepada kamu dua hal (pegangan); jika kamu berpegang kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Pegangan itu adalah 1. Kitabullah (Alqur-aan) dan 2. Sunnah Rasul. (Dikutip dari Khutbah Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. pada Hijjatul Wada’,  Ibadah Haji Perpisahan; Jum’at tanggal 9 Dzul Hijjah tahun 10 H, atau tanggal 6 Maret 632 M., yaitu 94  hari sebelum Nabi s.a.w. wafat).

Catatan:
Nabi Muhammad saw. dan para sahabat Nabi saw. tidak pernah memperingati atau merayakan hari kelahiran Nabi, seperti yang dilakukan oleh mayoritas Muslim sekarang dengan nama Perayaan Maulid Nabi setiap tahun pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal.
Adalah benar bahwa Nabi Muhammad saw. dilahirkan pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal dan wafat pada hari Senin dan bulan Rabi’ul Awwal juga, tetapi bukan pada tanggal 12  - lahir atau pun wafatnya.
Jemaat Islam yang mengadakan peringatan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, adalah untuk mengenang Siratun Nabi  atau mengenang dan memperingati kisah perjalanan Nabi Muhammad saw. dalam mengembangkan Agama Islam, dan juga ahlak & perilaku Nabi saw. untuk dijadikan sebagai contoh teladan bagi setiap Muslim, yang harus berpegang pada: 1. Kitabullah (Alqur-aan) dan 2. Sunnah Rasul, sebagaimana yang diamanatkan oleh Nabi Muhammad, Rasulullah saw.

Senin, 22 Oktober 2012

Prabu Siliwangi-Pangeran Papak-Keturunannya yg di Bogor

Dari Prabu Siliwangi-Pangeran Papak&Keturunannya yg di Bogor:
 
PRABU SILIWANGI:   (1482 – 1521 M)
Kanjeng Pangeran Mangku Negara, Prabu Banjaran Sari, Sri Baduga Maharaja – Rundayanana:
Dari isteri Nyi Ratu Putri Buniwangi, Ratu Ayu Rambut Kasih Sekar Arum Rutjitawati Kancana (Limbangan), putri dari Prabu Layaranwangi (Sunan Rumenggong) dari Keprabuan Kerta Rahayu, berputra antara lain:
I.                    Raden (Prabu) Hande Limansenjaya, atau  Prabu Liman Djaja  yang adalah putra Prabu Siliwangi yang ke-19;  dan ada lagi Prabu Wastu Dewa dari ibu yang sama.
II.                  Prabu Hande mempunyai seorang putera bernama Raden Wijaya Kusumah, atau Prabu Adipati Djaja, Sultan (Sunan) Cipancar.  Cucu Prabu Siliwangi ini masuk Islam pada tahun  1525 M
III.               Raden Wijaya Kusumah berputra 14 orang, yang sulung bernama  Raden Tumenggung Wangsanegara, Sunan Karaseda, yang melanjutkan ke-adipatian Galih-Pakuan, menggantikan ayahnya.
IV.                Raden Wangsanegara berputra 6 orang, salah satunya Raden Adipati Aria Djiwanata.
V.                  Selanjutnya berputra  Dalem Raden Adipati Arya Megatsari Suryakusumah,  yang berputra 9 orang di antaranya:
VI.                Dalem Adipati Suta Djiwanagara,  yang wafat di Mataram;  berputra:
VII.             Tumenggung Widjajakusumah, Dalem Emas,  di Sukadanah, Sadang Wanaraja; berputra 10 orang di antaranya:
VIII.           Dalem Sutanagara  di Cinunuk, Wanaraja – Garut. Leluhur keturunan Cinunuk ini berputra 8 orang, di antaranya seorang perempuan bernama:
IX.               Nyai Raden Siti Tedja Kiamah;  menikah dengan Kiai Raden Noer Chatim yang berputra 5 orang di antaranya:
X.                  Kiai Raden Muhammad Aliyam, beristri Nyimas Domas, berputra 3 orang, yang  di antaranya;
XI.               Kiai Raden Muhammad Djuwari,  beristri Raden Nyimas Indjang; berputra:
XII.             Raden Wangsa Muhammad, Pangeran Papak, yang lahir di Cinunuk pada abad ke-19 Masehi,
Wafat 17 Safar 1317 H atau Senin 26 Juni th 1889 M.  Selanjutnya dari keturunan ke-12 Prabu Siliwangi ini:
XIII.          Nyi Raden Siti Sutriyah, (anak ke-2) disebut Siti Aniyah, Eyang Entri atau Uyut Enteh, wafat tahun 1925,
XIV.           Aki Madsari,  menikah dengan nenek Enot
XV.             Haji Siti Mariah, di Tanjung, Kawalu wafat tahun 1982, menikah dengan Raden Yudawinata, putra Raden Yudapradja.  Kuburannya sekarang di Cicariang – Kawalu.
XVI.           Raden Maman Lukman,  Kawalu (18-4-1917 --- 14-4-2000) menikah Nenah Hunaenah (1922)
XVII.        Nyi Raden Euis Herlina (Iis), Kawalu 2-11-1959 menikah: Ir. H. Pipip Sumantri (5-5-1936)
XVIII.      Ami Nadia Rachmi (13-12-1980); Qanita (10-9-1981); Zohra (27-12-1982); Bushra (18-7-1984); Safiyya (1-7-1985); Sakinat (Jeanette Fb. Lb, 18-4-1987); Mubasher Ahmad (1-11-1990)
 
Rundayan anu sanesna (ti putra nu kahiji Pangeran Papak):
XII         Raden Wangsa Muhammad, Pangeran Papak, yang lahir di Cinunuk pada abad ke-18 Masehi,
Wafat 17 Safar 1317 H atau th 1810 M.  Selanjutnya dari keturunan ke-12 Prabu Siliwangi ini:
XIII        Raden Wangsadinata, Mantri Gudang Kopi Bojong Lopang; sumare di Cinunuk, putrana:
I.                    Raden Wiratmadja Suwangsa,  wafat di Cianten sumare di Cinunuk, puputra, diantawisna:
II.                  Raden Kamil Sura Muhammad, di Bandung; wafat 16 Juni 1965
Nikah ka Nyi Raden Sariyamah binti Raden Sastraamidjaya ti Majalaya (kawitna ti Sukapura); putra2-na: 1  Nyi Rd, Siti Priatti (Tuti); 2. Nyi Rd. Siti Piyatna (Nani); 3. Rd. Wilman (Iim); 4. Nyi Rd. Siti Rahayu (Uyuy) wafat di Bandung 1960; 5. Nyi Rd. Siti Rahadiyat (Eyet); 6. Rd. Satria (Aat, Jl. Mutiara 9, Lampiri Ciheuleut, Bogor; istrina: Nani Chaerani-Sulasmi, Bogor 1951 asal Pelag – Majalaya, Rd. Ai Warsiah bt. R. H. Sirad ti Pelag – Nagrak - Majalaya); 7. Nyi R. Siti Sutria (Uut, wafat di Bandung 1948); 8. Rd. Rahman; 9. Rd. Dirman (wafat tahun 1951).
Nikah kadua kalina ka:  Ny. Rd. Hindun Komala binti Rd. Suradimadja  b. R. H. Sirad (nu istrina namina Nyi Rd Malyam, asal Pelag). Putra2-na: Rd. Abdul Kadar (Dandan); 2. Rd. Abdul Kadir (Dindin); 3. Rd. Komalasari (Tatat);  4. Rd. Kamelia (Tetet); 5. Rd Kurnia Kamal (Kunkun). Nyi Rd. Hindun Komala punya 2 anak dari suami terdahulu: 1. Rd. Deden Kosmana; 2. Nyi Rd. Oti Tuty Nuriah.