Sabtu, 29 Maret 2014

Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Sampai Amerika juga

EKSPEDISI  LAKSAMANA  CHENG HO / ADMIRAL  ZHENG HE

Kita selalu diinformasikan bahwa penemu Benua Amerika pertama kalinya adalah Christopher Columbus pada tahun 1492 dengan kapalnya bernama  “Santa Maria”. Tapi fakta sejarah adalah bahwa Admiral Zheng He, atau Laksamana Cheng Ho seorang muslim, pada tahun 1422-1423 atau 70 tahun lebih awal sudah tiba di Amerika dibandingkan Columbus.

Bahkan sebelum itu pun, yaitu di zamannya Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912 M), yakni terusan dari Khalifah Bani Umayyah, yang melepaskan diri dari Khalifah Besar Bani ‘Abasiyah, ada seorang navigator Muslim, Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad, dari Cordova, Spanyol berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889 M, menyeberangi Samudera Atlantik, mencapai wilayah yang tidak dikenal (Ard Majhoola, yang kemudian dinamakan atau dikenal dengan Amerika) dan kembali dengan harta yang menakjubkan.  Kemudian selama masa pemerintahan Khalifah Islam di Spanyol Hisham II (976-1009 M), seorang navigator Muslim, Ibnu Farrukh, dari Granada, berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M ke Samudra Atlantik, mendarat di Gando (Pulau Great Canary) mengunjungi Raja Guanariga, dan terus ke arah barat di mana ia melihat dua pulau, Capraria dan Pluitana. Ia tiba kembali di Spanyol pada bulan Mei tahun 999 Masehi. Pendatang Muslim ini berasimilasi dengan penduduk asli Amerika, Indian. Sehingga meninggalkan sejarah peradaban suku Indian yang berpakaian jubah menutup aurat dan jauh dari berkeliaran. Seperti suku Cheerokee yang memakai surban dikepalanya. Seorang sejarawan Dr. Yousef Mroueh menghitung, di Amerika Utara ada sekurangnya 565 nama Islam pada nama kota, sungai, gunung, danau, dan desa. Di Amerika Serikat sendiri ada 484 dan di Canada ada 81. Coba search kata-kata Mecca, Cordova, Mahomet, Kabah atau Andalusia maka akan terurai nama-nama tersebut yang berada di United States.

Penjelajahan Cheng Ho yang sampai di benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Membawa armada 62 (dari 100) kapal dan sekitar 27.000 - 28,000 anak buah kapal. Armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika. menggunakan kapal “Jung Cheng Ho” yang 4 kali lebih besar dari pada kapal “Santa Maria” yang digunakan oleh Columbus. Ekspedisi ke-6 dilakukan pada tahun 1421-1422 yang mencakup juga wilayah Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab dan ekspedisi ke-7 tahun 1430-1433, yang mencakup juga wilayah-wilayah Campa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz dan seterusnya. Catatan perjalanan Cheng Ho pada dua pelayaran terakhir inilah yang diyakini sebagai pelayaran terjauh, dari 7 kali ekspedisi yang dilakukan Cheng Ho.
Ekspedisi-ekspedisi sebelumnya, yakni yang ke-1) tahun 1405-1407 melewati daerah Campa, Jawa, Aru, Palembang, Sumatra, Malaka, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut. Ekspedisi ke-2) tahun 1407-1408 melewati Campa, Jawa, Sumatra, Siam, Lambri, Calicut, Cochin dan Ceylon. Ekspedisi ke-3) tahun 1409-1411 melewati Campa, Jawa, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur. Pada ekspedisi ke-4) tahun 1413- 1415 melewati Campa, Jawa, Palembang, Sumatra, Malaka, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Brawa, Malindi Aden. Muscat, Dhufar. Ekspedisi ke-5) tahun 1416-1419 melewati Campa, Pahang, Jawa, Malaka, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochn, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Nusantara / Indonesia sebanyak tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh. Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Penguasa di Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jing Hong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.  Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.

Pada ekspedisi ke-5 Cheng Ho itulah yaitu sekitar tahun 1416, Syekh Hasanuddin yang ikut dari Campa, Vietnam sekarang, dan minta turun di Pelabuhan Pura Dalem di Muara Sungai Citarum, mulai mendirikan pesantren pengajian pertama di Karawang. Subang Larang yang lahir pada tahun 1407. ikut pesantren Quro Karawang selama 2 tahun dan disebut Subang Karancang; kemudian dinikahi Jayadewata putra mahkota Prabu Anggalarang dari Kerajaan Galuh. Dimana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang lahir pada tanggal 15 Mei 1448 M adalah cucu dari Subang Larang. Subang Larang dari Jayadewata melahirkan anak Walangsungsang (1423M), Rara Santang (1426M) atau Syarifah Mudha’im, ibundanya Syarif Hidayatullah dan Radja Sangara (1428M).
Armada Cheng Ho ini terdiri dari 27.000 – 28.000 anak buah kapal dan total semuanya 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau 50 meter. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang rangka tiang kapal, juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.

Dalam ekspedisi tersebut, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang sengaja ikut datang ke Tiongkok untuk menghormati kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald dan lain-lain) bahkan membawa beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

Majalah Life menempatkan laksamana Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar “Jung Cheng Ho” atau “Kapal Harta” (1405)  dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat.  Semasa di India termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga mempelajari seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.

Laksamana Cheng Ho Keturunan ke-37 dari Nabi Muhammad SAW.
Cheng Ho; nama asli: Hanyu Pinyin: Ma Sanbao; nama Arab: Haji Mahmud Shams  (1371 - 1433M; umur 62 tahun), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.  Laksamana Cheng Ho, ternyata merupakan keturunan ke-37 Nabi Muhammad SAW. 'Laksamana  Cheng Ho Berlayar ke Indonesia sebagai Niagawan dan Mubaligh. Moyang yang ke 11 (sebelas) dari Cheng Ho adalah Utusan (Duta Besar) negeri Bokhari (Arab Saudi) yang bernama Sayidina Syafii, yang adalah keturunan ke-26 dari Rasulullah SAW.

Dari Nabi Muhammad S.A.W.,  Cheng Ho merupakan angkatan ke - 37.  Sayidina Syafii beserta keturunannya dianugerahi Kaisar Tiongkok jabatan tinggi berkat jasa-jasanya. Ternyata Cheng Ho adalah keturunan dari Sayidina Syafii; dengan silsilah sebagai berikut:
1: Muhammad SAW.  2: Ali,  3: Hou-Sai-Ni  (Imam Hussain)  4: Yi-Bu-Lai-Xi-Mo   5: Yi-Si-Ma-Ai-le  6: Xie-Xin  7: E-Le-Hou-Sai-Ni  8: Ye-Ha-Ya  9: E-Ha-Mo-De  10: Li-Sha-Shi (Kaisar Kerajaan Mi-Si-Le)  11: She-Li-Ma    12: Mu-Lu-Ye-Mi 13: Ya-Xin   14: Lu-Er-Ding  15: Mu-Ba-er-Sha   16: Yi-Si-Ma-Xin  17: Ha-San   18: Gu-Bu-Ding 19: Mu-Xie  20: Hu-Fu-Ding  21: Wu-Ma-Nai-Ding  22: Wu-Ma-Er   23: Cha-Fa-Er   24: Zhe-Ma-Nai-Ding 25: An-Du-Er-Yi  26: Suo-Fei-Er/ Sayidina Syafii   27: Sai-Yan-Su-Lai-Gong-Na   28: Su-Sha-Lu-Gu-Chong Yue/ Su-Zu-Sha  29: Kan-Ma-Ding-Yu-Su-Pu   30: Ma-Ha-Mu-Ke -Ma-Nai-Ding   31: Sai-Dian-Chi/ Sayid Ajall/ Sayidina Syamsuddin   32: Na-Su-La-Ding  33: Bai-Yan  34: Mi-Di-Na/ Haji   35: Mi-Li-Jin/ Ma Haji  36: Ma-San  37: Ma He/ Cheng  Ho.

Bahaya Barang Dalam Alat/Sarana Transportasi

(F Y I)   AWAS  BAHAYA  KERACUNAN  DALAM  ALAT  TRANSPORTASI
Istri pulang dari Bandung (Senin, 24-3-2014); temannya di Cicalengka membeli tape singkong 2 kg;  ternyata dalam mobil terasa pening/ puyeng sehingga AC dimatikan dan jendelanya di buka, untung perjalanan yang terasa melelahkan itu yang melewati daerah Garut udaranya cukup dingin.

Sekitar tahun 2004 sebuah Mercy tua terparkir lama di turunan jalan Ciharendong sekitar 3 KM ke arah Kuningan dari Cirebon;  karena merasa curiga orang melongok ke dalamnya, ternyata ada 4 orang dan semuanya sudah meninggal yang diperkirakan keracunan asap knalpot dan keterangan belakangan penyebab kematian / pingsannya semua ke-empat orang2 tersebut secara bersama-sama adalah karena keracunan gas dari tape peuyeum  singkong yang mereka borong di jalan dan ditaruh dalam jumlah yang banyak di dalam bagasi, padahal AC mobilnya tidak beres. Kiyai-kiyai ini katanya baru pulang dari Jakarta, karena ada masalah pada AC mobil dikabarkan mobil ini masuk ke bengkel di Cirebon sebelum melanjutkan perjalanannya ke Ancaran Kuningan.

Jadi kalau ada pesawat terbang yang membawa barang berbahaya yang bisa mengeluarkan gas beracun seperti battery lithium dalam jumlah yang amat banyak dalam bagasi pesawat yang karena tekanan atau impact yang membuatnya battery lithium itu bocor (karena dibawa tidak sesuai prosedur keselamatan) dan meledak secara berantai, sehingga udara beracun itu masuk ke dalam cabin cockpit dan mungkin juga masuk di cabin penumpang.  Kita tidak tahu, apakah bawaan 3 – 4 ton buah manggis dalam bagasi pesawat bisa memperparah keadaan? Wallahu-alam!

Bilamana dalam kasus Pesawat MH-370 tanggal 8 Maret 2014 hari Sabtu sekitar jam 01.25 pagi itu udara beracun telah membuat seluruh crew di cockpit pingsan secara bersamaan, dan sebelumnya benar-benar pingsan pilot berusaha memutar balik pesawatnya untuk kembali ke KL, inilah salah satu kemungkinannya.  Kemudian kalau manusia sedang mendekati ajalnya, seperti halnya orang yang sedang tenggelam, ia akan berusaha meraih apa saja yang bisa dijangkaunya, termasuk menarik tuas accellerator engine yang ada didepannya, yang membuat membuat pesawat naik ke atas dari ketinggian sekitar 30 ribu kaki sampai pada ketinggian 45.000 kaki; demikian katanya.  Secara bersamaan barangkali, sekali lagi barangkali, semua tombol2 yang ada, mereka coba raih sehingga membuat semua alat sistem komunikasi menjadi terputus.
Setelahnya orang-orang tersebut meninggal,  seperti halnya keempat orang Kiai Ancaran Kuningan yang ada dalam mobil Mercy tua di atas, maka pesawat yang tuas acceleratornya sudah terlepas dari tangan pilot/ copilot maka pesawat akan menurun kembali (pada ketinggian 6000 kaki /22000 kaki?) dan terus melayang-layang seolah-olah dikendalikan secara (pilot) otomatis melewati Lautan Hindia, Andaman dst., sampai bahan bakar Avtur yang dibawa untuk tujuan Beijing (6-7 jam) plus cadangan untuk 2 jam terbang untuk tujuan landasan alternatif itu habis dan barulah pesawat akan nyungsep ke laut.  Dimana pesawat itu jatuh, maka serpihan2 pesawat-nya setelah  3 – 4 minggu pasti akan ada yang mengapung sampai di pantai juga; ini karena luasnya dan jauhnya Samudra Hindia.

Sementara itu para ahli2 dunia sekarang sedang memanfaatkan kesempatan melakukan survei dasar laut Samudra Hindia di koridor Selatan tersebut dan areal lainnya, yang pasti data2nya nanti akan bermanfaat untuk keperluan Teknologi. Untuk diketahui, dalam keadaan normal, di teritorial Kelautan di Indonesia untuk melakukan survey kelautan untuk eksplorasi, pengeboran atau pemasangan anjungan kegiatan minyak itu harus terlebih dahulu mendapat izin khusus dari Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (Biro Susmar / Khusus Maritim), dengan persyaratan lengkap seperti nama dan klasifikasi Kapal atau Pesawat Survey, peralatan survey yang akan digunakan, nama dan paspor tenaga-tenaga ahli, areal wilayah dan jangka waktu survey dsb.  
PPSi - Kawalu / 26-3-2014