NABI-NABI, Orang Suci Utusan ALLAH; Pengaruh
MALAIKAT vs IBLIS terhadap
manusia
Tadinya, Ummat
BANI ISRAIL yang mendominasi PALING BANYAK DITURUNKAN NABI.
Walaupun
Nabi / Rasul-rasul selalu dikirim dan/ atau diutus Allah SWT. kepada setiap umat dan bangsa, dan di setiap masa atau zaman, tetapi
dari sejarah ternyata dulu, Nabi / Rasul yang diutus Allah SWT itu lebih
didominasi atau kebanyakannya dikirimkan kepada umat Bani Israil yang berada di
sekitar Timur Tengah, Palestina, Mesopotamia dan jazirah Arab sekarang, itulah
kelebihannya nikmat Allah yang diberikan kepada umat Bani Israil sebagaimana
yang telah difirmankan Allah SWT dalam
KS Alqur’an (2:47, 2:122 dan juga 2:40), sehingga ketika ada satu-dua
Nabi-nabi Allah yang diturunkan kepada
bangsa-bangsa lain, tidak dilihat orang
atau tidak dianggap orang-orang sebagai Nabi Allah; contohnya Luqman a.s.
padahal jelas-jelas ada disebut di dalam Surah Luqmaan (31) dalam Alqur’an, disebabkan
Luqman a.s. itu berasal dari Afrika, juga Zoroaster a.s. dari Persia (ada dalam
Bijbel), Khong Hu Chu (Cina), Krishna, Buddha (India) dan lain-lainnya.
Namun
dikarenakan Bani Israil ini membangkang atas peringatan Allah SWT kepada
mereka, maka setelah kedatangannya Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam
dan yang diberikan gelar julukan dan pujian tertinggi – Rasul termulia - sebagai
Khaataman Nabiyyiin, sebagai Khaatamul Mursaliin, maka untuk selanjutnya dizaman
sekarang ini, telah terbukti dalam
sejarah selama 1500 tahun yang terakhir ini, orang-orang suci pilihan Allah
SWT baik sebagai Khalifatul-Rasul (Pengganti Nabi), dan Khalifatullah, juga
Reformer Agama dan Mujaddid itu hanya
dikirim dan diutus Allah SWT kepada orang-orang suci dari ummat Nabi
Muhammad SAW, Nabi pembawa Syariat terakhir,
yaitu Kitab Suci Alqur’an. Jadi, tidak
ada lagi Nabi atau pun Khalifah pengganti Nabi yang akan datang selain kepada umat
Islam dan dari umat Islam, umat atau pengikut Nabi Muhammad SAW., di mana
orang-orang suci ini akan menjalankan
Syari’at Islam dalam Alqur’an, serta mengikuti jejak, sirat, hikmah, sunnah dan meneruskan missi Islam yang sudah
dikerjakan oleh YM. Nabi Muhammad SAW. Khaataman Nabiyiin.
Selanjutnya ada
orang yang bertanya “Mengapa untuk meneruskan missi Islam-nya Nabi
Muhammad S.A.W. di zaman sekarang ini harus Khalifah atau Pengganti Nabi, atau
Mujaddid/ Reformer, atau orang suci pilihan Allah SWT yang bahkan diangkat
sebagai Nabi juga?”
Memang
benarlah bahwa di dalam umat Islam ini sudah beribu-ribu orang atau bahkan
lebih, orang yang hafal dan mengerti Kitab Suci Alqur’an dan mengerti Hadits-hadits
Nabi Muhammad saw., namun orang-orang pilihan Allah SWT yang memperoleh
petunjuk dari Allah SWT itu adalah harus
dari antara orang-orang yang suci, dari
antara orang-orang yang sudah terbukti kesuciannya. Karena misi Rasul / Utusan Allah sebagaimana yang ada dalam do’a Nabi Irahim
a.s. (2:129) dan dijawab oleh Tuhan Maha Kuasa (2:151), bahwa Rasul
Utusan Allah dalam tugasnya ialah untuk: membacakan
ayat-ayat atau Tanda-tanda Kami kepadamu, untuk mensucikan
kamu dan (baru kemudian) mengajar
kamu Kitab (Alqur’an) dan hikmah (sunnah) dan mengajar kamu apa-apa yang
belum kamu ketahui.
Kesimpulannya
adalah pertama-tama Rasul Allah ini mengerti akan Tanda-tanda, ayat atau
Sifat-sifat Allah SWT dan menyampaikannya kepada umat pengikutnya, dan langkah
berikutnya adalah Rasul yang memang orang suci ini, untuk berusaha
mensucikan orang-orang yang menjadi umatnya, sesudah itu barulah mengajarkan
kepada umatnya, Kitab Suci atau Alqur’an dan hikmah kebijaksanaan, yakni
berupa Sunnah Nabi saw.; serta kemudian mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui. Orang
Islam yang beriman yakin dan percaya bahwa ilmu yang baru, yang sebelumnya tidak diketahuinya akan diberitahu
oleh Allah SWT., baik melalui naluri isyarat yang dimasukkan ke dalam hati
orang / mahluk, melalui ilham,
kasyaf vision, atau seperti cara yang Allah SWT. firmankan di dalam Alqur’an.
2:30
Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
Khalifah di bumi” …..; Khalifah yang
juga Nabi bernama Adam.
2: 31 Dan Dia (Tuhan) mengajarkan semua asma-asma
…..; kemudian Dia mengemukakannya kepada
para Malaikat, serta minta kepada para Malaikat untuk menjelaskannya. Tapi para
Malaikat menjawab:
2:32
Maha Suci Engkau! Kami tidak mempunyai ilmu selain dari yang telah
Engkau ajarkan kepada kami!
Mengingat setiap makhluk yang
diciptakan mempunyai tugas dan tujuan, maka untuk dapat melaksanakan fungsinya
itu dengan sempurna, mereka itu perlu diberi petunjuk dari Allah Maha Kuasa.
Petunjuk itu disampaikan melalui bermacam cara yang bentuknya sesuai dengan
derajat penerima. Dalam Al-Qur-an disebutkan beberapa contoh makhluk yang
diberi pemberitahuan oleh Allah Ta’ala:
“Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah
berbicara kepadanya, kecuali dengan
wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Utusan guna
mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia
Maha-Luhur, Maha-Bijaksana” (QS Asy-Syura, 42:51). Wahyu dimaksudkan pula untuk
memberikan kesegaran dalam kehidupan ruhani manusia dan untuk memungkinkan
manusia lebih mendekatkan diri kepada Khaliknya dan Rabbnya.
Sebagai
contohnya, wanita terpuji yang ma’sum kesuciannya sekelas nabi
adalah Maryam binti Imraan ibunda Isa a.s., Sarah istri Ibrahim a.s. dan Yukabed ibunda-nya nabi Musa a.s. Firman Allah SWT.: “Dan
Kami wahyukan kepada Ibu Musa, ‘Supaya susuilah dia, dan jika engkau
khawatir akan dia, maka letakkanlah dia di sungai dan janganlah engkau khawatir
dan jangan pula engkau bersedih; sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan Kami akan menjadikannya salah seorang dari para Rasul-rasul”
(QS Al-Qashash, 28:7). Demikian juga:
3:45 Kepada Maryam binti Imraan Malaikat
berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah
memberi engkau kabar suka dengan satu kalimah dari-Nya tentang seorang anak
laki-laki yang namanya Al-Masih Isa ibnu
Maryam, ….. Lihat juga pembicaraan
antara Malaikat dengan Maryam di
2:19, 2:20, 2:2, 19:17-21 dan
19:24-25.
Sedangkan kepada mahluk
lainnya: Wahyu Allah Ta’ala kepada
lebah: “Dan telah mewahyukan Tuhan kepada
lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-gunung dan di pohon-pohon dan pada
kisi-kisi yang manusia buat; kemudian makanlah dari segala buah-buahan, dan
tempuhlah jalan yang ditunjukkan Tuhan engkau yang dimudahkan”. Keluarlah dari
perutnya minuman beraneka warnanya,
di dalamnya ada daya penyembuh bagi manusia. Sesungguhnya dalam yang demikian
itu ada Tanda bagi orang-orang yang mau merenung! (An-Nahl, 16:68-69)” . Jadi, Allah Ta’ala
menurunkan wahyu melalui naluri alami yang dianugerahkan-Nya kepada semua
makhluk. Ayat ini mengandung satu isyarat yang indah sekali, bahwa bekerjanya
seluruh alam semesta yang lancar dan berhasil itu, adalah berkat adanya
wahyu atau ilham, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Dengan perkataan
lain, segala benda dan makhluk itu memenuhi tujuan kejadiannya adalah dengan
bekerja menurut naluri-naluri dan kemampuan-kemampuan serta pembawaan-pembawaan
sesuai kadar yang ada padanya.
Sedangkan bagi seorang Rasul yang Utusan Allah, kadar petunjuk. ilham dan wahyu yang
diterimanya adalah sesuai dengan keperluan situasi kondisinya dan juga sesuai
kesuciannya.
Tingkat atau kadar kesuciannya
inilah yang menunjukkan tingkat atau ketinggian seseorang Muslim yang sudah
mengerti Kitab Suci Alqur-an dan mengerti serta sudah mengamalkan Sunnah dan
Hadits Nabi SAW., atau hikmah; dimana para sufi atau filusuf itu prediksinya
hanya sekedar ramal-ramalan yang belum pasti, atau babaledogan (Sunda) saja, namun apa yang
dikatakan oleh orang suci adalah merupakan kebenaran yang tidak bisa terbantahkan,
karena berdasarkan atau datangnya selalu dari petunjuk Ilahi
Contoh wahyu kepada Nabi-nabi
lainnya:
3 :39 Malaikat menyerunya ketika ia (Zakaria)
sedang berdiri shalat: “Sesungguhnya
Allah memberi engkau kabar suka tentang Yahya ….. (padahal saaat itu usia Zakaria as sudah
sangat tua).
21:78-81 Kepada Daud dan Sulaiman,
Kami berikan kepada mereka satu keputusan yang baik mengenai sengketa ladang
orang-orang, Kami tundukan gunung-gunung dan burung-burung bagi mereka, Kami mengajar mereka membuat baju besi untuk
melindunginya dalam pertempuran dst.
11:36-37 Dan telah diwahyukan kepada Nuh …… Dan buatlah perahu di hadapan mata Kami dan
sesuai wahyu Kami …….. dst.
Malaikat vs
Iblis
Bilamana kondisi
segala macam penyakit dalam masyarakat
sudah sedemikian hebatnya, sehingga orang awam sudah tidak bisa
membedakan mana benar mana salah, maka tugas mendidik memberikan ta’lim dan tarbiyat kepada manusia itu terutamanya
diberikan kepada orang suci pilihan
yang ditunjuk Allah, yang dinamakan Rasul atau Utusan yang ditunjuk Allah, bukanlah
sekedar menjadi ustadz penggembira seperti dalam TV yang bisa membuat orang
senang dan tertawa, karena tugas Rasul yang orang suci pilihan Tuan ini
adalah harus terlebih dahulu membuat dan mendidik orang menjadi suci, wa
yuzakkiikum – dan mensucikan kamu- untuk selanjutnya wa yu’allimukumul
kitaaba wal hikmata – dan mengajarkan kepada kamu Al-Kitab (Al Qur’an) dan
Hikmah (Sunnah) itu. (QS, 2:151 sebagai jawaban atas doa permintaan Nabi
Ibrahim a.s. untuk dikirim seorang Rasul dari kalangan mereka (2:129),
dari antara anak-cucu keturunan mereka
(2:128).Manusia bisa mendapat pengaruh baik yang membuat orang taat, patuh dan menjauhi dari dosa ataupun sebaliknya. pengaruh yang buruk, sehingga menjadi orang berbuat dosa dan melakukan kesalahan. Dengan kata lain, manusia itu bisa dapat pengaruh Malaikat dan bisa juga terkena pengaruh iblis yang membujuk orang/ manusia untuk tidak taat, sombong, takabur, durhaka dan menjadi kafir atau musyrik.
Malaikat atau Malaikah adalah makhluk yang memiliki kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Muhammad saw., Ibrahim as dan Nabi-nabi serta orang-orang suci lainnya. Malaikat tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia lebih tinggi nilainya dan lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta.
Di dalam
K.S. Al-qur’an disebutkan betapa Malaikat itu tunduk dan menolong manusia (menolong
Adam, Khalifah, Nabi, Utusan Allah):
Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: 'Sujud-lah kamu kepada
Adam' , maka mereka tunduk, kecuali Iblis. Ia menolak dan takabur, dan
memang ia termasuk orang-orang kafir. (2:34)
...... kemudian Kami katakan kepada para Malaikat; "Tunduklah kamu kepada Adam!" Maka tunduklah mereka kecuali iblis .... (Al-A’raf, 7: 11) . Tuhan berfirman, “Apa yang menhalangi engkau (iblis) sehingga engkau tidak tunduk ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (iblis) berkata, “Aku lebih baik darinya, Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan dia dari tanah.” (7:12)
Dan ingatlah ketika Kami katakan kepada Malaikat: "Bersujud-lah kamu bersama Adam!" Maka bersujudlah mereka, kecuali iblis. Ia (iblis) berkata, “Apakah aku harus sujud bersama orang yang Engkau jadikan dari tanah liat?” (Al-Israa’, 17: 61)
Dan (ingatlah) ketika kami berkata kepada para Malaikat: "Sujud-lah bersama Adam!" Maka bersujudlah mereka kecuali iblis. Ia adalah dari golongan jin; maka ia mendurhakai perintah Tuhan-nya ….. (Al-Kahfi, 18: 50)
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada para malaikat: "Sujud-lah kamu bersama Adam!" Maka mereka bersujud kecuali iblis. Ia menolak. (Thaha, 20: 116) . Kemudian Kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ia adalah musuh bagi engkau dan istri engkau ….. (20:117)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar