EKSPEDISI
LAKSAMANA CHENG HO / ADMIRAL ZHENG HE
Kita selalu diinformasikan bahwa penemu Benua Amerika
pertama kalinya adalah Christopher
Columbus pada tahun 1492 dengan kapalnya bernama “Santa
Maria”. Tapi fakta sejarah adalah bahwa Admiral Zheng He, atau Laksamana
Cheng Ho seorang muslim, pada tahun
1422-1423 atau 70 tahun
lebih awal sudah tiba di
Amerika dibandingkan Columbus.
Bahkan sebelum itu pun, yaitu di zamannya Khalifah
Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888-912 M), yakni
terusan dari Khalifah Bani Umayyah, yang melepaskan diri dari Khalifah Besar
Bani ‘Abasiyah, ada seorang
navigator Muslim, Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad, dari
Cordova, Spanyol berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889 M, menyeberangi Samudera Atlantik, mencapai wilayah yang tidak dikenal
(Ard Majhoola, yang kemudian dinamakan atau dikenal dengan Amerika) dan
kembali dengan harta yang menakjubkan. Kemudian selama masa pemerintahan Khalifah
Islam di Spanyol Hisham II (976-1009 M), seorang navigator Muslim, Ibnu Farrukh, dari Granada, berlayar
dari Kadesh pada bulan Februari 999
M ke Samudra Atlantik, mendarat di Gando (Pulau Great Canary) mengunjungi Raja Guanariga, dan terus ke arah barat di mana
ia melihat dua pulau, Capraria dan Pluitana. Ia tiba kembali di Spanyol pada bulan Mei tahun 999 Masehi. Pendatang Muslim ini
berasimilasi dengan penduduk asli Amerika, Indian. Sehingga meninggalkan
sejarah peradaban suku Indian yang berpakaian jubah menutup aurat dan jauh dari
berkeliaran. Seperti suku Cheerokee
yang memakai surban dikepalanya. Seorang sejarawan Dr. Yousef Mroueh
menghitung, di Amerika Utara ada sekurangnya 565 nama Islam pada nama kota, sungai, gunung, danau, dan desa. Di
Amerika Serikat sendiri ada 484 dan di Canada ada 81. Coba search kata-kata Mecca,
Cordova, Mahomet, Kabah atau Andalusia
maka akan terurai nama-nama tersebut yang berada di United States.
Penjelajahan Cheng Ho yang sampai di benua Amerika mengambil waktu antara tahun
1421 dan 1423. Membawa armada 62 (dari 100) kapal dan sekitar 27.000 - 28,000 anak buah kapal. Armada kapal Zheng He berlayar
menyusuri jalur selatan melewati Afrika
dan sampai ke Amerika. menggunakan kapal “Jung Cheng
Ho” yang 4 kali
lebih besar dari pada kapal “Santa Maria” yang digunakan oleh Columbus. Ekspedisi ke-6 dilakukan pada tahun 1421-1422 yang mencakup juga wilayah Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab dan
ekspedisi ke-7 tahun 1430-1433, yang mencakup juga wilayah-wilayah Campa, Java,
Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz dan seterusnya. Catatan perjalanan Cheng Ho pada dua pelayaran terakhir inilah yang diyakini sebagai pelayaran terjauh, dari 7
kali ekspedisi yang dilakukan Cheng Ho.
Ekspedisi-ekspedisi
sebelumnya, yakni yang ke-1) tahun 1405-1407 melewati daerah Campa, Jawa, Aru,
Palembang, Sumatra, Malaka, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut. Ekspedisi
ke-2) tahun 1407-1408 melewati Campa, Jawa, Sumatra, Siam, Lambri, Calicut,
Cochin dan Ceylon. Ekspedisi ke-3) tahun 1409-1411 melewati Campa, Jawa,
Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur.
Pada ekspedisi ke-4) tahun 1413- 1415 melewati
Campa, Jawa, Palembang, Sumatra,
Malaka, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa,
Brawa, Malindi Aden. Muscat, Dhufar. Ekspedisi ke-5) tahun 1416-1419 melewati Campa, Pahang, Jawa, Malaka, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochn, Calicut,
Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Nusantara / Indonesia sebanyak tujuh
kali. Ketika ke Samudera Pasai,
ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang
kini tersimpan di museum Banda Aceh. Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di
Muara Jati (Cirebon),
dan menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Penguasa di Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang
bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jing Hong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang
akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu
bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po
Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan
Dampo Awang Sam Po Kong. Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit
pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.
Pada ekspedisi
ke-5 Cheng Ho itulah yaitu sekitar tahun 1416, Syekh Hasanuddin yang ikut dari
Campa, Vietnam sekarang, dan minta turun di Pelabuhan Pura Dalem di Muara Sungai
Citarum, mulai mendirikan pesantren pengajian pertama di Karawang. Subang
Larang yang lahir pada tahun 1407. ikut pesantren Quro Karawang selama 2 tahun
dan disebut Subang Karancang; kemudian dinikahi Jayadewata putra mahkota Prabu
Anggalarang dari Kerajaan Galuh. Dimana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati yang lahir pada tanggal 15 Mei 1448 M adalah cucu dari Subang Larang.
Subang Larang dari Jayadewata melahirkan anak Walangsungsang (1423M), Rara
Santang (1426M) atau Syarifah Mudha’im, ibundanya Syarif Hidayatullah dan Radja
Sangara (1428M).
Armada Cheng Ho ini
terdiri dari 27.000 – 28.000 anak buah kapal dan total semuanya 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang
layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai
panjang sekitar 400 feet atau 120 meter dan lebar 160 feet atau
50 meter. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk
binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk
para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu
banyak bambu Tiongkok sebagai suku
cadang
rangka tiang kapal, juga tidak ketinggalan membawa kain Sutera untuk dijual.
Dalam ekspedisi tersebut, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan
lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja Alagonakkara
dari Sri Lanka, yang sengaja ikut datang ke Tiongkok untuk menghormati kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak
barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon Kemenyan, batu permata (ruby, emerald
dan lain-lain) bahkan membawa beberapa
orang Afrika, India
dan Arab sebagai bukti perjalanannya. Selain
itu juga membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah sebagai hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam
perjalanan pulang.
Majalah Life menempatkan
laksamana Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir.
Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta
Navigasi Cheng Ho yang mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di
lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang
pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar “Jung Cheng Ho” atau “Kapal Harta”
(1405) dan
terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Selain itu beliau adalah pemimpin
yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya beliau
dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah
dimanapun tempat para armadanya merapat.
Semasa di India
termasuk ke Kalkuta, para anak buah juga mempelajari seni beladiri lokal yang bernama Kallary
Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni beladiri Kungfu.
Laksamana Cheng Ho Keturunan ke-37
dari Nabi Muhammad SAW.
Cheng Ho; nama asli: Hanyu Pinyin: Ma Sanbao; nama Arab: Haji
Mahmud Shams (1371
- 1433M; umur 62 tahun), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa
penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433. Laksamana Cheng Ho, ternyata merupakan
keturunan ke-37 Nabi Muhammad SAW. 'Laksamana Cheng Ho Berlayar ke Indonesia sebagai
Niagawan dan Mubaligh. Moyang yang ke 11 (sebelas) dari Cheng Ho adalah Utusan
(Duta Besar) negeri Bokhari (Arab Saudi) yang bernama Sayidina Syafii, yang adalah keturunan
ke-26 dari Rasulullah SAW.
Dari Nabi Muhammad S.A.W., Cheng Ho merupakan angkatan ke - 37. Sayidina Syafii beserta keturunannya dianugerahi Kaisar Tiongkok jabatan tinggi berkat jasa-jasanya. Ternyata Cheng Ho adalah keturunan dari Sayidina Syafii; dengan silsilah sebagai berikut:
1: Muhammad SAW.
2: Ali, 3: Hou-Sai-Ni (Imam Hussain) 4: Yi-Bu-Lai-Xi-Mo 5: Yi-Si-Ma-Ai-le 6: Xie-Xin
7: E-Le-Hou-Sai-Ni 8: Ye-Ha-Ya 9: E-Ha-Mo-De
10: Li-Sha-Shi (Kaisar Kerajaan Mi-Si-Le) 11: She-Li-Ma
12: Mu-Lu-Ye-Mi 13: Ya-Xin 14: Lu-Er-Ding 15: Mu-Ba-er-Sha 16: Yi-Si-Ma-Xin 17: Ha-San
18: Gu-Bu-Ding 19: Mu-Xie 20:
Hu-Fu-Ding 21: Wu-Ma-Nai-Ding 22: Wu-Ma-Er
23: Cha-Fa-Er 24:
Zhe-Ma-Nai-Ding 25: An-Du-Er-Yi 26:
Suo-Fei-Er/ Sayidina Syafii 27:
Sai-Yan-Su-Lai-Gong-Na 28:
Su-Sha-Lu-Gu-Chong Yue/ Su-Zu-Sha 29:
Kan-Ma-Ding-Yu-Su-Pu 30: Ma-Ha-Mu-Ke -Ma-Nai-Ding 31: Sai-Dian-Chi/ Sayid Ajall/ Sayidina Syamsuddin 32: Na-Su-La-Ding 33: Bai-Yan
34: Mi-Di-Na/ Haji 35:
Mi-Li-Jin/ Ma Haji 36: Ma-San 37: Ma He/ Cheng Ho.Dari Nabi Muhammad S.A.W., Cheng Ho merupakan angkatan ke - 37. Sayidina Syafii beserta keturunannya dianugerahi Kaisar Tiongkok jabatan tinggi berkat jasa-jasanya. Ternyata Cheng Ho adalah keturunan dari Sayidina Syafii; dengan silsilah sebagai berikut: