(F Y I) AWAS
BAHAYA KERACUNAN DALAM
ALAT TRANSPORTASI
Istri
pulang dari Bandung (Senin, 24-3-2014); temannya di Cicalengka membeli tape
singkong 2 kg; ternyata dalam mobil
terasa pening/ puyeng sehingga AC dimatikan dan jendelanya di buka, untung perjalanan
yang terasa melelahkan itu yang melewati daerah Garut udaranya cukup dingin.
Sekitar
tahun 2004 sebuah Mercy tua terparkir lama di turunan jalan Ciharendong sekitar
3 KM ke arah Kuningan dari Cirebon; karena merasa curiga orang melongok ke dalamnya,
ternyata ada 4 orang dan semuanya sudah
meninggal yang diperkirakan keracunan asap knalpot dan keterangan belakangan penyebab kematian / pingsannya
semua ke-empat orang2 tersebut secara bersama-sama adalah karena keracunan gas
dari tape peuyeum singkong yang mereka
borong di jalan dan ditaruh dalam jumlah yang banyak di dalam bagasi, padahal
AC mobilnya tidak beres. Kiyai-kiyai ini
katanya baru pulang dari Jakarta, karena ada masalah pada AC mobil dikabarkan
mobil ini masuk ke bengkel di Cirebon sebelum melanjutkan perjalanannya ke Ancaran Kuningan.
Jadi
kalau ada pesawat terbang yang membawa barang berbahaya yang bisa mengeluarkan
gas beracun seperti battery lithium dalam jumlah yang amat banyak dalam bagasi
pesawat yang karena tekanan atau impact yang membuatnya battery lithium itu bocor
(karena dibawa tidak sesuai prosedur keselamatan) dan meledak secara berantai,
sehingga udara beracun itu masuk ke dalam cabin cockpit dan mungkin juga masuk
di cabin penumpang. Kita tidak tahu,
apakah bawaan 3 – 4 ton buah manggis dalam bagasi pesawat bisa memperparah
keadaan? Wallahu-alam!
Bilamana
dalam kasus Pesawat MH-370 tanggal 8 Maret 2014 hari Sabtu sekitar jam 01.25
pagi itu udara beracun telah membuat seluruh crew di cockpit pingsan secara bersamaan,
dan sebelumnya benar-benar pingsan pilot berusaha memutar balik pesawatnya untuk
kembali ke KL, inilah salah satu kemungkinannya. Kemudian kalau manusia sedang mendekati
ajalnya, seperti halnya orang yang sedang tenggelam, ia akan berusaha meraih
apa saja yang bisa dijangkaunya, termasuk menarik tuas accellerator engine yang
ada didepannya, yang membuat membuat pesawat naik ke atas dari ketinggian
sekitar 30 ribu kaki sampai pada ketinggian 45.000 kaki; demikian katanya. Secara bersamaan barangkali, sekali lagi
barangkali, semua tombol2 yang ada, mereka coba raih sehingga membuat semua
alat sistem komunikasi menjadi terputus.
Setelahnya
orang-orang tersebut meninggal, seperti
halnya keempat orang Kiai Ancaran Kuningan yang ada dalam mobil Mercy tua di
atas, maka pesawat yang tuas acceleratornya sudah terlepas dari tangan pilot/
copilot maka pesawat akan menurun kembali (pada ketinggian 6000 kaki /22000
kaki?) dan terus melayang-layang seolah-olah dikendalikan secara (pilot)
otomatis melewati Lautan Hindia, Andaman dst., sampai bahan bakar Avtur yang
dibawa untuk tujuan Beijing (6-7 jam) plus cadangan untuk 2 jam terbang untuk tujuan
landasan alternatif itu habis dan barulah pesawat akan nyungsep ke laut. Dimana pesawat itu jatuh, maka serpihan2
pesawat-nya setelah 3 – 4 minggu pasti
akan ada yang mengapung sampai di pantai juga; ini karena luasnya dan jauhnya
Samudra Hindia.
Sementara
itu para ahli2 dunia sekarang sedang memanfaatkan kesempatan melakukan survei
dasar laut Samudra Hindia di koridor Selatan tersebut dan areal lainnya, yang
pasti data2nya nanti akan bermanfaat untuk keperluan Teknologi. Untuk
diketahui, dalam keadaan normal, di teritorial Kelautan di Indonesia untuk
melakukan survey kelautan untuk eksplorasi, pengeboran atau pemasangan anjungan
kegiatan minyak itu harus terlebih dahulu mendapat izin khusus dari Direktorat
Jendral Minyak dan Gas Bumi (Biro Susmar / Khusus Maritim), dengan persyaratan
lengkap seperti nama dan klasifikasi Kapal atau Pesawat Survey, peralatan
survey yang akan digunakan, nama dan paspor tenaga-tenaga ahli, areal wilayah
dan jangka waktu survey dsb.
PPSi
- Kawalu / 26-3-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar