Bismillahirrahmanirrahiim
NABI PALSU? HARUS BAGAIMANA MENGHADAPINYA?
APA FIRMAN TUHAN DI DALAM KITAB SUCI ALQUR-AAN?
BAGAIMANA SIKAP Y.M. NABI MUHAMMAD SAW.?
MENGAPA HARUS REPOT-REPOT MELAKUKAN ANARKISME?
NABI BARU DIPAKAI ULAMA/MULAH DAN ORANG POLITIK UNTUK TUJUAN MENCARI KEKUASAAN DUNIAWI.
Isu adanya Nabi baru, Nabi yang palsu/pendusta atau mungkin juga Nabi yang benar-benar sebagai Utusan yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan yang ber-Kuasa untuk menurunkan Nabi dan Utusan atau Rasul-Nya kapan saja Dia menghendakinya, banyak kali digunakan sebagai isu politik oleh orang-orang, baik ulama atau non-ulamanya juga, yang punya tujuan mencari kekuasaan politik duniawi, jadi bukan karena demi kecintaan kepada Islam, demi untuk mempertahankan kesucian Islam, seperti yang biasa mereka gembar-gemborkan .dan yang membuat keresahan dan kerusuhan di mana-mana, terror dan anarkisme yang amat merugikan masyarakat, bangsa dan Negara. Ada juga banyak oknum atau pun gerakan-gerakan aliran yang didirikan oleh sekelompok orang yang karena tidak memiliki pekerjaan formal, atau karena sulitnya mencari pekerjaan dan penghasilan yang wajar, maka mereka membentuk gerakan-gerakan atau forum semacam itu, di mana mereka dapat memperoleh dana dari sponsor yang membiayai gerakan atau forum tersebut untuk mengejar tujuan mereka, termasuk tujuan untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang ada. Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang-orang awam di dalam masyarakat, kecuali oknum-oknum yang memanfaatkan orang-orang ini untuk mendukung kekuatan politiknya, yang untuk itu ada disediakan dana dari sponsornya.
LEGITIMASI KEKERASAN TERHADAP NABI yang dikiranya NABI PALSU
Banyak orang-orang awam yang karena hasutan ulama / mullah yang diceritakan di atas, melakukan kekerasan pisik terhadap Nabi dan para pengikut Nabi yang disangkanya Nabi palsu atau dusta. Mereka itu termasuk TPM-nya melakukan kekeliruan dengan melegitimasi perbuatan kekerasan tersebut hanya karena membaca, atau karena memang belum membacanya dalam sejarah, bahwa Hadhrat Abu Bakar Siddiq r.a. yang sebagai Khalifah setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. itu telah melakukan gerakan militer dalam menghadapi perbuatan makarnya Musailamah dan para pengikutnya di Yamama. Padahal tindakan Hadhrat Abu Bakar dan Jama’at Islam ini bukanlah karena pendakwaan kenabiannya Musailamah, tetapi karena Musailamah dan para pengikutnya bersekutu dengan Banu Hanifah di Yamama yang bertujuan makar untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan dan persatuan Jama’at Muslim. (Bacalah buku: Sejarah Hidup Muhammad, oleh Muhammad Husain Haekal).
Ketika Yang Mulia Nabi Muhammad saw. masih hidup, Musailamah pada masa yang sama juga mendakwakan diri sebagai Nabi di Nejd, Jazirah Arabia. Atas pendakwaan Musailamah itu, dan juga terhadap dua orang lainnya yang mendakwakan diri sebagai Nabi, Tulaiha dan Aswad Al-Ansi, Nabi Muhammad saw. itu tidak menghiraukannya.
Ketika Musailamah Al-Kadzdzab mengirimkan dua orang utusannya dengan membawa surat kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengatakan bahwa dia, Musailamah Nabi, dan “Separuh bumi ini buat kami dan yang separuh lagi buat Quraisy; tetapi Quraisy adalah golongan yang tidak suka berbuat adil.” Maka Nabi Muhammad saw. membalas dengan surat yang isinya mengatakan bahwa: … “beliau saw. sudah membaca isi suratnya dengan segala kebohongannya itu, dan bahwa bumi ini kepunyaan Allah yang akan diwarisi oleh hamba-hamba yang berbuat kebaikan. Dan selamat dan sejahtera bagi orang yang mengikuti bimbingan yang benar.” (Baca: Haekal).
Sampai wafatnya Nabi Muhammad saw., Musailamah masih tetap hidup dan masih mengaku sebagai Nabi. Jadi tidak ada contoh sunnah dari Nabi Muhammad saw. untuk mengambil tindakan dan kekerasan fisik terhadap seorang pendakwa kenabian dan para pengikutnya, walau pun beliau saw. mengetahui bahwa Musailamah itu adalah seorang pendusta belaka.
Hal ini pun didukung oleh firman Tuhan dalam ayat-ayat Kitab Suci Alqur-aan yang berikut:
Surat Al Mu’min -40- ayat 28: Yaitu, jika sekiranya dia itu adalah seorang pendusta, yang mengaku Nabi, maka kedustaannya mengaku sebagai Nabi itu adalah bagi dia sendiri, tanggungan dia sendiri.
Wa qaala rajulum mu’minum min aali fir’auna yaktumuiimaanahuu a taqtuluuna rajulan ay yaquula rabbiyallaahu wa qad jaa-akum bil bayyinaati mir rabbikum wa iy yaku kaadziban fa ‘alaihi kadzibuhuu wa iy yaku shaadiqay yushibkum ba’dhulladzii ya’idukum innallaaha laa yahdii man huwa musrifun kadzdzaab.
Dan, berkata seorang laki-laki yang beriman dari kaum Fir’aun yang menyembunyikan imannya, “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia mengatakan, “Tuhan-ku ialah Allah”, padahal ia telah datang kepadamu dengan Tanda-tanda nyata dari Tuhan-mu? Dan, sekiranya ia seorang pendusta, maka bagi dialah kedustaannya itu; dan jika ia itu ternayata benar, maka sebagian (azab karena mendustakannya) akan mengenai kepadamu dari apa yang dijanjikan kepada kamu. Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa yang melampaui batas dan orang yang pembohong besar.”
KALIAN TIDAK AKAN DAPAT MENOLONG-KU ATAU MEMBELA AKU, JIKA AKU PALSU.
Surat Al Ahqaaf -46- ayat 9:
Bahwa jika kalian mengatakan bahwa aku itu berkata dusta dan mengada-adakan ayat-ayat Allah, tokh kalian itu tidak memiliki kekuatan apa pun terhadap azab Tuhan yang akan menimpa aku, jika seandainya aku itu berdusta; jadi, perbuatan kalian itu hanya percumah saja, karena kalian itu sama sekali tidak dapat menolongku.
Am yaquuluunaf taraahu qul iniftaraituhu fa laa tamlikuuna lii minallaahi syai-an huwa a’lamu bi maa tufiidhuuna fiihi kafaa bihii syahiidam bainii wa bainakum wa huwal ghafuurur rahiim.
Apakah mereka berkata, “Ia telah mengada-adakannya –Alqur-aan ini? Katakanlah, sekiranya aku –Rasul- telah mengada-adakannya, kamu itu tidak memiliki kekuatan sesuatu apa pun untuk membela aku dalam melawan Allah. Dan Dia lebih mengetahui apa yang kamu katakan tanpa tujuan di dalamnya. Cukuplah Dia sebagi saksi antara aku dengan kamu. Dan, Dialah, Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Jadi kalian itu tidak akan dapat menolong aku sama sekali dan membela aku terhadap azab dari Tuhan, sekiranya saya ini mengada-mengada atau hanya mengaku-mengaku sebagai Utusan Tuhan, padahal tidak benar.
Karena, jika ia itu adalah seorang pendusta yang mengaku-ngaku mendapat wahyu atau Utusan dari Allah padahal tidak benar, dan tentang benar atau tidaknya itu hanyalah Tuhan Yang Maha Tahu, maka untuk Nabi yang pendusta itu, Tangan Allah sendiri yang akan menghancurkannya:
Demikian di firmankan Tuhan dalam Surah Al-Haqqah (69) ayat 44-46
Wa lau taqawwala ‘alainaa ba’dhal aqaaiil = Dan sekiranya ia mengada-adakan atas nama Kami sebagian perkataan,
La akhadznaa minhu bil yamiin = niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,
Tsumma la qatha’naa minhul watiin = kemudian pasti Kami putuskan urat nadi-lehernya.
Oleh sebab itu, tidaklah sesuai dengan ajaran Alqur-aan dan ajaran Nabi Muhammad saw. serta para Khalifah Rasyidin jika umat Islam sekarang ini gemar menggunakan kekerasan fisik untuk menyerang suatu pendakwaan Kenabian, berikut serangan kekerasan terhadap para pengikut pendakwa kenabian itu. Sebab, inilah ajaran universal Alqur-aan yang menjadi pegangan Hadhrat Sayyidina Muhammad Musthafa saw. dan para Khalifah Rasyidah selama hidup beliau-beliau dan yang juga seharusnya menjadi pegangan bagi seluruh umat Muslimin sekarang ini, yaitu:
1. Surat Al Baqarah ayat 256:
Laa ikraaha fid diini = Tidak ada paksaan dalam agama.
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
2. Surat Al Kaafiruun -109- ayat 6:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Lakum diinukum wa liya diin.
Bagi kama agama kamu dan bagiku agamaku
Lengkapnya; Surat Al Baqarah ayat 256:
Laa ikraaha fid diini qat tabayyanar rusydu minal ghayyi fa may yakfur bith thaaghuuti wa yu’mim billaahi fa qadis tamsaka bil ‘urwatil wutsqa lan fishaama lahaa wallaahu samii’un ‘aliim.
Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan yang benar itu nyata bedanya dari kesesatan; dan barangsiapa menolak ajakan orang-orang yang sesat dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang kuat dan tak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui
Surat Al Kaafiruun -109- ayat 6:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Lakum diinukum wa liya diin.
Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku.
Sekarang bagaimana akibatnya orang-orang yang zhalim kepada Utusan Allah, yang mendustakan Nabi Allah itu?
BERANI MENDUSTAKAN RASUL ALLAH = BERANI MENANTANG AZAB TUHAN
Apa kata Kitab Suci Alqur-aan terhadap orang yang menolak Nabi, Utusan Allah?
Berjalanlah di bumi dan lihatlah akibat dan keakhiran dari orang-orang yang zhalim ini.
Kasihan orang-orang ini! Mereka membaca Alqur-aan tetapi tidak mengerti atau tidak mau mengerti akan firman-Nya itu! Mereka membaca Alqur-aan tetapi menganggap enteng, melecehkannya! Lihatlah Surah Al Israa’ -17- ayat 45 juga.
Pada setiap shalat, orang Muslim diajari untuk membaca doa agar ditunjuki jalan yang lurus, jalan-jalan yang telah Tuhan beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan pula jalan mereka yang sesat (Al-Fatihah ayat 7):
غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾ dari ayat:
(Ihdinash shiraathal musraqiim) Shiraathal ladziina an’amta ’alaihim, ghairil maghdhuubi ’alaihim wa ladh dhaalliin.
(Tunjukilah kami pada jalan yang lurus) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukannya jalan mereka orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang yang sesat.
Dalam Kitab Suci Alqur-aan, surah 2 [Al-Baqarah] ayat 87 Allah Taala berfirman:
Wa laqad aatainaa muusal kitaaba wa qaffainaa mim ba’dihii bir rusuli wa aatainaa ‘iisabna maryamal bayyinaati wa ayyadnaahu bi ruuhil qudusi a fa kullamaa jaa-akum rasuulum bi maa laa tahwaa anfusukumus takbartum fa fariiqan kadzdzabtum wa fariqan taqtuluun.
Dan, sesungguhnya Kami memberikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengirimkan Rasul-rasul dibelakangnya, dan Kami memberikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulkudus. Maka apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul yang tidak disukai oleh dirimu, kamu menyombongkan diri dan sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?
Juga bacalah dan telaahlah Kitab Suci Alqur-aan, yang bukanlah sekedar dongeng atau kisah belaka.
Dalam Surah Yuusuf -12- ayat 110 dan 111:
110. Hatta idzas ta-i-asar rusulu wa zhannuu annahum qad kudzibuu jaa-ahum nashrunaa fa nujjiya man nasyaa-u wa laayuraddu ba’sunnaa ‘anil qaumil mujrimiin.
Dan ketika berputus asa-lah Rasul-rasul, dan orang yang ingkar menyangka bahwa mereka telah dibohongi, maka datanglah pertolongan Kami kepada mereka para Rasul itu, kemudian Kami menyelamatkan siapa yang Kami kehendaki. Dan sekali-kali siksaan Kami tidak dapat ditolak kaum yang berdosa.
111. La qad kaana fii qashashihim ‘ibratul liulil albaabi kaana hadiitsay yuftaraa walaakin tashdiiqal ladzii baina yadaihi wa tafshiila kulli syai-iw wa hudaw wa rahmatal li qaumiy yu’minuun.
Sesungguhnya dalam riwayat kisah mereka itu ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Ini bukanlah suatu hal yang dibuat-buat, melainkan suatu penyempurnaan apa yang telah ada sebelumnya dengan penjelasan terinci untuk segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman,
RASUL DIDUSTAKAN, RASUL-RASUL BERPUTUS ASA, maka ALLAH MENOLONGNYA;
Bukanlah sekedar kisah, tetapi PETUNJUK DAN RAHMAT bagi orang-orang yang beriman.
Surah Ar Ra’du -13- ayat 43:
Wa yaqulul ladziina kafaruu lasta mursalan qal kafaa billaahi syahiidam bainii wa bainakum wa man ‘indahuu ‘ilmul kitaab.
Dan berkatalah orang-orang yang mengingkarinya, “Engkau bukanlah seorang Rasul!” Katakanlah, “Cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dengan kamu, dan juga menjadi saksi orang yang memiliki Alkitaab.” (Yaitu Tanda-tanda, ilmu atau azab dari Langit).
Dalam Surah Ibraahim -14- ayat 13.
Wa qaalal ladziina kafaruu li rusulihim la nukhrijannakum min ardhinaa au la ta’uudunna fii millatinaa fa auhaa ilaihim rabbuhum la nuhlikanazh zhaalimiin.
Dan berkatalah orang-orang yang ingkar kepada Rasul mereka, “Niscaya akan kami usir kamu dari bumi kami, atau kamu harus kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mereka mewahyukan kepada mereka, “Pasti akan Kami binasakan orang-orang yang aniaya.”
Dalam Surah Ibraahim -14- ayat 15.
Was taftahuu wa khaaba kullu jabbaarin ‘aniid.
Dan mereka itu berdoa untuk kemenangan, maka gagallah setiap orang yang berlaku sewenang-wenang, musuh kebenaran.
Dalam Surah An Nahl -16- ayat 36:
Dan sesungguhnya Kami mengutus dalam setiap umat seorang Rasul kepada setiap umat, supaya kamu menyembah Allah dan jauhilah orang yang melampaui batas. Maka sebagian dari mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan sebagian dari mereka ada yang dipastikan pada mereka kesesatan. Maka berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang telah mendustakan Rasul-rasul itu.
Wa laqad ba’atsnaa fii kulli umatir rasuulan ani’ budullaaha waj tanibut taaghuutha fa minhum man hadallaahu wa minhum man haqqat ‘alaihidh dhalaalatu fa siiruu fil ardhi fan zhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul mukadzdzibiin.
Dalam Surah An Nahl -16- ayat 61:
Wa lau yu-aakhidzullaahun naasa bi zhulmihim maa taraka ‘alaihaa min daabbatiw wa laakiy yu-akhkhiruhum ilaa ajalim musamman fa idzaa jaa-a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa’ataw wa laa yastaqdimuun.
Dan jika Allah mau menghukum manusia disebabkan kezaliman mereka, niscaya tidak tidak akan Dia tinggalkan di atas bumi satu mahluk yang bernyawa, akan tetapi Dia menangguhkan mereka hingga batas waktu yang ditentukan. Lalu apabila waktu mereka itu datang, maka mereka itu tidak dapat mengundurkan sesaat pun dan tidak pula dapat mempercepatnya.
Surah An Nahl -16- ayat 113:
Wa la qad jaa-ahum rasuulum minhum fa kadzdzabuuhu fa akhadzhumul ‘adzaabu wa hum zhaalimuun.
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka, tetapi mereka mendustakannya, maka azab telah menyergap mereka ketika mereka berbuat aniaya.
Azab / Hukuman, kemurkaan Tuhan atas penolakan orang kepada Utusan-Nya.
Surah Bani Isra’il -17- ayat 15:
Manih tadaa fa innamaa yahtadii li nafsihii wa man dhalla fa innanaa yadhillu ‘alaihaa wa laa taziru waaziratuw wizra ukhraa wamaa kunnaa mu’adzdzibiina hattaa nab’atsa rasuulaa.
Barangsiapa telah menerima petunjuk, maka sesungguhnya petunjuk itu adalah untuk dirinya; dan barang siapa sesat, maka kesesatan itu hanyalah untuk dirinya. Dan tiada pemikul beban akan memikul beban orang lain. Dan Kami tidak akan meng-azab sebelum Kami mengirimkan seorang Rasul.
Dalam Surah Faathiir -35 ayat-ayat 4 – 7.
4. Wa iy yukadzdzibuuka faqad kudzdzibat rusulum min qablika wa ilallaahi turja’ul umuur.
Dan, jika mereka mendustakan engkau, maka sesungguhnya telah didustakan Rasul-rasul Tuhan sebelum engkau; dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan, untuk diputuskan.
5. Yaa ayyuhan naasu inna wa’dallaahi haqqun fa laa taghurranakumul hayaatud dun-yaa wa laa yaghurrannakum billaahil gharuur.
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia ini memperdayakan kamu dan jangan pula-lah si penipu akan menipu kamu mengenai Allah.
6. Innasy syaithaana lakum ‘aduwwun fat takhidzuuhu ‘aduwwan innamaa yad’u hizbahuu li yakuunuu min ash-haabis sa’iir.
Sesungguhnya, syaitan itu adalah musuh bagimu; maka perlakukanlah dia itu sabagai musuh. Sesungguhnya ia hanya memanggil golongannya agar menjadi penghuni Api yang menyala-menyala.
7. Alladziina kafaruu lahum ‘adzaabun syadiiduw wal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati lahum maghfiratuw wa ajrun kabiir.
Orang-orang yang ingkar bagi mereka ada azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman (kepada Nabi Allah) dan berbuat amal shaleh bagi mereka ada ampunan dan ganjaran besar.
Namun demikian, sekali lagi namun demikian, walaupun mereka-mereka itu membaca Alqur-aan dan telah diterangkan kepada mereka ini ayat-ayat firman dari Tuhan, tentang azab hukuman di Hari pembalasan, tetapi Allah Taala pun telah berfirman:
Wa idzaa qara’tal qur-aana ja’alnaa bainaka wa bainal ladziina laa yu’minuuna bil aakhirati hijaabam mastuuraa.
Dan apabila engkau membaca Alqur-aan, Kami jadikan antara engkau dengan mereka yang tidak beriman pada hari akhirat (yaitu mereka yang membaca atau mendengar ayat-ayat Kitab Suci Alqur-aan firman Allah, tetapi tidak takut akan azab, hukuman pembalasan) di mana ada suatu dinding penghalang yang tersembunyi. (Al Israa -17- ayat 45).
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَ
الَمِينَ
“Wa aakhiru da’wahum anil hamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin”
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 10:10)
Kamis, 21 Agustus 2008
Nasihatilah mereka ini dengan ayat Kitab Suci Alqur-aan:
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ
Nanu a’lamu bi maa yaquuluuna wa maa anta’alaihim bi jabbaarin fa dzakkir bil qur-aani may yakhaafu wa’iid.
Artinya : Kami mengetahui benar apa yang dikatakan mereka , dan engkau sekali-kali bukanlah pengawas untuk memaksa mereka. Maka terus nasihatilah mereka dengan Alqur-aan, dia yang takut akan peringatan-Ku (Surah Qaaf -50- : 45)
Minggu, 24 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar