AHMADIYYAT THE RENAISSANCE OF ISLAM
AHMADIYYAH KEBANGKITAN KEMBALI ISLAM (Jilid II)
Kisah Hadhrat Mirza Ghulam a.s.; Masa Anak-anak / Remaja/ Usia Muda:
Sebelum Pengangkatannya sebagai Utusan Allah pun, Hadhrat Ahmad sudah dikenal sebagai Pembela dan Pahlawan Islam di zamannya itu
Dari tulisan sebelumnya; katakanlah Jilid I:
Setelah ayahnya, yang bernama Mirza Ghulam Murtadha wafat (1876), walaupun Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berhak untuk memperoleh separuh dari warisan ayahnya yang banyak itu, tetapi beliau tidak menaruh perhatian terhadap harta ini dan memilih untuk hidup diurus oleh kakaknya yang bernama Mirza Gulam Qadir; dengan diberikan pakaian seadanya dan makan sehari-hari makanan yang dikirim oleh istri kakandanya itu.
Kakandanya itu menghormati beliau dan merasa senang untuk menyediakan segala keperluan hidup baginya; tetapi merasa bahwa pengabdiannya terhadap agama itu adalah hobi yang tidak ada gunanya; kakandanya menasihati agar Hadhrat Ahmad mencari pekerjaan untuk mendapatkan hasil. Maka dalam beberapa tahun selama kakandanya hidup itu (1876 – 1883), hidupnya Mirza Ghulam Ahmad sangat terkekang dan dibatasi dalam beberapa aspek.
Atas pilihannya sendiri Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menjalani kehidupannya yang bukan saja sederhana tetapi cermat dan ketat juga; beliau menyibukkan diri terutamanya dengan beribadah menyembah Allah, berdzikir mengingat Tuhan, mempelajari dan merenungkan Kitab Suci Alqur-aan Al-hadits dan literature keagamaan lainnya. Beliau berlangganan satu dua buah Surat Kabar, dan satu kali beliau mengajukan permintaan kepada kakandanya sedikit uang untuk membayar langganan Surat Kabar tersebut, yang ditolak dengan dasar bahwa untuk orang yang tidak punya kerja, membaca Surat Kabar itu hanya membuang waktu yang sia-sia saja dan mengeluarkan uang untuk itu dianggapnya berlebih-lebihan.
Anggota-anggota keluarga lainnya pun tidak ada yang berminat atas cara hidupnya Hadhrat Ahmad, beberapa dari mereka bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa permusuhannya dan rasa muaknya atas arah kehidupan Hadhrat Ahmad; tetapi Hadhrat Ahmad tidak membiarkannya hal ini mengganggu kenteraman cara hidupnya, beliau menerima apa saja yang datang dengan spirit bertawakal penuh gembira, menganggap bahwa hal itu adalah ujian yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk dapat bertahan.
Hadhrat Ahmad merasa sedih melihat keadaan orang-orang di saat itu, seperti dikatakannya:
Kesan selama bekerja beberapa tahun di Sialkot itu Hadhrat Ahmad melihat bahwa sangat sedikit sekali orang yang mengamalkan kewajiban agamanya sebagaimana mestinya, sedikit saja dari mereka yang menghindarkan diri dari kegemaran mengejar barang haram. Hadhrat Ahmad mengatakan: Saya sungguh heran melihat cara kehidupan mereka itu. Saya melihat mereka itu senang mengumpulkan uang baik yang halal maupun yang haram juga, di mana dalam masa hidup yang singkat ini usaha mereka ditujukan pada kepentingan duniawi belaka. Saya menemukan hanya sedikit saja orang-orang yang merefleksikan ke-Agungan Ilahi, dengan menanamkan nilai-nilai ahlak yang tinggi, seperti kelembutan dan kesabaran, kemuliaan, kesucian dan kesederhanaan, kerendahan hati dan perasaan simpati terhadap sesama. Saya mendapatkan kebanyakan mereka itu terkena penyakit sombong, kelakuan yang tidak senonoh, melalaikan nilai-nilai keagamaan dan segala macam ahlak perilaku yang buruk. Hadhrat Ahmad mengatakan, adalah kebijakan Allah Maha Kuasa yang telah menakdirkan kepada saya untuk mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam tipe orang-orang, di mana saya itu harus berteman dengan mereka yang dari bermacam-macam jenis orang ini. (Dalam Kitabul Barriyah).
Seperti yang sudah ditulis sebelumnya (dalam Jilid I), mulai dari tahun 1872 dan seterusnya, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mulai muncul sebagai pahlawan pembela Islam, membela dan mempertahankan Islam dari serangan Kristiani, Arya Samajist dan Bramho Samajist dengan menyajikan keindahan dan ketinggian ajaran Islam di dalam segala aspek. Beliau melakukan hal ini dengan menulis artikel-artikel untuk diterbitkan antara lain dalam Surat Kabar dan Majalah.
Buku Baraheen Ahmadiyyah untuk Membela dan Meng-Agungkan Islam dan Nabi Suci Muhammad Rasulullah s.a.w.
Di saat itu, kegiatan Arya Samaj yang didirikan oleh Swami Dayanand sudah berkembang dengan cepatnya di Punjab dan mulai ditujukan secara kasar dan bahkan dengan kritikan yang menghina terhadap Islam, terhadap doktrin dan ajarannya. Dalam polemic itu pribadi YM Nabi Muhammad saw pun tidak tertinggal, di mana karakter beliau saw. itu di-interpertasikan secara keji dalam dalam ukuran yang paling busuk. Sisi lainnya yang dari mana Islam itu diserang adalah dengan serangan yang konstan dari organisasi missionary Kristiani, yang serangan sengitnya terhadap Islam dituliskan dalam ukuran yang paling ofensif.
Hadhrat Ahmad melihat: Di dalam situasi seperti ini orang-orang Islam sendiri berada dalam keadaan yang sama sekali tidak berdaya dan memperlihatkan ketiadaan ghairah yang amat sangat. Mereka, orang-orang Islam yang masih hidup dalam menghadapi risiko bahaya yang mengancam Islam dan orang Muslim, tidak dapat berpikir tentang cara apa yang efektif dalam menghadapi bahaya ini dan bagaimana mengatasinya. (Jadi, mengapa kemudian, Imam Mahdi dan Isa Al-Masih yang dijanjikan itu perlu datang!)
Mirza Ghulam Ahmad membuktikan bahwa beliau adalah seorang yang “great exception” yang memiliki kekecualian yang istimewa. Beliau mempelajari Kitab Suci Alqur-aan, yang dengan merenungkannya secara mendalam, mempelajari kebenaran-kebenaran abadi, menggantungkan kepercayaan sepenuhnya akan rahmat keberkahan, kebajikan Tuhan serta pengalaman hubungannya dengan Dia, sudah memperlengkapi dia dengan kualitas sebagai pahlawan juara Islam yang efektif. Dengan petunjuk ilham Ilahi beliau merasa didesak untuk memulai usaha pada sebuah proyek yang bukan saja menolong untuk menjaga dan melindungi Islam terhadap serangan permusuhan, tetapi juga yang akan dengan secara jelas dan memperlihatkan secara terbukti keunggulannya Islam di atas semua agama-agama dan keyakinan lainnya. Hadhrat Ahmad dengan keteguhan hatinya memulai mengemukakan keistimewaan Islam di dalam sebuah karya besar yang beliau tetapkan dalam apa yang dinamakan Baraheen Ahmadiyyah.
Menjelang Bulan Mei 1879 beliau telah membuat kemajuan yang besar dalam mengarang karya besarnya untuk membuat pengumuman kepada public mengenai lingkup dan tujuannya. Kesulitan utama dalam perjalanannya adalah ia kekurangan dana untuk penerbitannya. Beliau menyerukan permintaan sumbangan bagi yang memperoleh kemudahan untuk menolong beliau dengan membayar dimuka uang langganannya. Tetapi dengan kemiskinan yang melanda orang-orang Islam, dan tidak adanya antusias mereka untuk agama, maka responnya tidak seperti yang diharapkan. Ada beberapa orang yang makmur yang memberikan sumbangan dengan melebihi harga dari jilid-jilid yang direncanakan, sehingga memungkinkan pengarang buku ini dapat memulai penerbitannya. Dua jilid yang pertama bisa diterbitkan pada tahun 1880.
Dalam jilid I dikemukakan tantangan jika ada seorang pengikut dari sesuatu agama selain dari Islam yang dapat mengemukakan atas nama agamanya, setengahnya saja, atau seperempatnya atau seperlimanya saja keistimewaannya, yang ia sendiri usulkan untuk merumuskannya sebagai dasar dari Islam, maka ia akan menghadiahkan seluruh kekayaannya yang senilai 10.000 Rupees,
Karangan dan penerbitan dari pekerjaan besar dan komprehensif ini adalah merupakan usaha yang sangat besar sekali, yang berhadapan dengan berbagai macam kesulitan. Pengarangnya sendiri adalah seorang ulama terkemuka di dalam Islam dan dalam ilmu perbandingan agama, yang sudah biasa menikmati pengalaman berhubungan dengan Tuhan, di mana beliau secara konstan menerima wahyu. Beliau juga dapat membaca buku-buku di dalam Perpustakaan warisan kakeknya, yang sebagiannya sudah dihancurkan oleh orang Sikh di zaman kakeknya itu.
Qadian adalah satu tempat kecil, stasion kereta api dan kantor telegraf yang terdekat –Batala- letaknya sejauh 11 mil atau 18 km dari Qadian yang jalannya penuh berlubang dan orang biasa berjalan kaki daripada naik kereta kuda yang kadang-kadang ada; Percetakan dan penerbitan adanya di Amritsar yang jauhnya 35 mil atau 57 km dari Qadian, dari Batala bisa naik kereta api sejauh 39 km atau 24 mil. Tidak ada seorang pun di Qadian yang dapat membantu Hadhrat Ahmad untuk pekerjaan yang besar ini. Beliau menulis naskah dengan tangan sendiri dan pada saatnya setelah siap beliau membawanya sendiri ke percetakan di Amritsar, dan perlu beberapa kali perjalanan bolak-balik selama pencetakan Baraheen Ahmadiyyah ini. Jadi, buku ini dikerjakan, ditulis dan diterbitkan atas usaha seorang diri yang hanya dibantu oleh kemurahan dan kebaikan Ilahi.
Penghargaan sangat tinggi diberikan kepada Buku Baraheen Ahmadiyyah jilid I dan II dan pengarangnya oleh para Ulama Islam tersohor dan orang-orang Muslim yang terkemuka, seperti:
Maulvi Hussain Sahib dari Batala, pemimpin sekte Ahli Hadits, yang diterbitkan dalam majalahnya “Ishaatas Sunnah”: (sebelum Maulvi Hussain memusuhi Hadhrat Ahmad a.s., karena mendakwakan dirinya sebagai Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan) antara lain:
Menurut pendapat kami, di dalam abad ini dan dalam keadaan seperti ini, ini adalah sebuah buku yang tnadingannya tidak pernah diterbitkan dalam Islam sampai hari, atau nanti pun barangkali tidak akan ada. Pengarangnya telah membuktikan dirinya begitu teguh dan gigihnya dalam pengabdiannya terhadap Islam melalui penanya, uangnya, lidahnya dsb., dan bahwa hanya ada beberapa orang saja yang bisa diketemukan di dalam Islam dst ……. Pengarang Baraheen Ahmadiyyah ini, menurut testimony dari teman-teman dan juga yang memusuhinya, mengatur kehidupannya menuruti hokum Syariat Islam dan seorang yang shaleh dan benar, dapat dipercaya. Sudah diketahui umum bahwa bujukan suara Syaithan itu kebanyakannya adalah palsu, tetapi tidak ada wahyu-wahyu yang diterima oleh pengarang Baraheen Ahmadiyyah yang bisa dibuktikan palsu, bahkan sampai hari ini pun. Dapatkah seorang Muslim pengikut Kitab Alqur-aan mempercayai bahwa Syaithan itu dapat diberi ilmu seperti halnya para Nabi-nabi dan Malaikat-malaikat?
Keistimewaan buku ini dan manfaatnya untuk Islam dapat dikenali oleh mereka yang membacanya dengan hati terbuka. Oleh karena itu kami ingin mengemukakan bahwa menolong penerbitan buku ini dengan memberikan kontribusi untuk biaya pencetakannya merupakan tugas bagi seluruh umat Muslim. Pengarang Baraheen Ahmadiyyah ini, telah memelihara kehormatan orang-orang Muslim dan telah menantang orang-orang penentang Islam dengan kerasnya. Beliau telah mengumumkan kepada seluruh dunia, siapa yang meragukan kebenaran Islam supaya datang kepadanya dan harus menjadi saksi akan bukti-bukti intelektual dan spiritual berdasarkan Alqur-aan, serta manifestasi yang penuh kejaiban atas Kenabian Muhammad saw. dalam mendukung kebenaran Islam.
Pengagum lainnya Baraheen Ahmadiyyah adalah Hadhrat Sufi Ahmad Jaan dari Ludhiana, beliau sendiri adalah seorang Wali Sufi yang besar, beliau menulis a.l.:
Seorang pribadi yang besar, pendermawan bagi kemanusiaan, sumber dari kebajikan dan kemurahan hati, pembuktian secara pribadi tentang Islam, yang mendapat penghormatan di atas coomonalty dan nobility, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, semoga diberikan banyak keberkatan, Kepala Suku di Qadian, di Distrik Gurdaspur, Punyab yang telah menulis Buku Baraheen Ahmadiyyah …… Buku ini menegakkan kebenaran dari Islam dan kebenaran Kenabian Muhammas saw. dan Kitab Suci Alqur-aan, melalui 300 bukti yang kuat. dst.
Pemberi resensi yang penuh penghargaan terhadap buku ini diterbitkan oleh Maulvi Muhammad Sharif Sahib dari Bangalore, India Selatan yang adalah Editor dari “Manshoor Muhammadi”. Beliau memberikan judul dari resensinya dengan Ayat Alqur-aan: ‘Kebenaran telah datang dan Kebatilan telah lenyap (17:82).
Islam sedang diserang dari berbagai jurusan, Atheisme merebak dan irreligious sedang terus meningkat. Orang-orang Brahmo Samaj menggunakan segala daya upaya untuk menegakkan superiority dari keyakinannya di atas Islam dengan melalui tulisan-tulisan falsafahnya. Saudara-saudara Kristiani mendedikasikan ssluruh usahanya untuk menghapuskan Islam …… ; singkatnya seluruh pengikut dari semua agama-agama yang lain itu berkeinginan keras untuk menghapuskan Nur Islam.
Sudah lama kami merasa sangat cemas, siapakah kiranya ada seseorang Ulama Muslim yang mendapat ilham dari Tuhan untuk berdiri mendukung dan membela Islam, yang bisa menulis buku yang sesuai zaman yang sesuai akal dan dengan dalil-dalil skriptual untuk membuktikan bahwa Alqur-aan adalah Firman Tuhan dan Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. adalah seorang Nabi yang benar Utusan Tuhan. Kami merasa sangat bersyukur kepada Tuhan bahwa keinginan kami itu telah terpenuhi. Inilah buku yang sudah lama kami tunggu-tunggu itu yang bernama Baraheen Ahmadiyyah, di mana pengarangnya telah mengemukakan 300 dalil-dalil yang meyakinkan untuk membuktikan kebenaran Alqur-aan dan kebenaran Kenabian Muhammad saw. Dst. Dst.
Ada beberapa ulama Muslim minor lainnya yang memberikan tanggapan-tanggapannya, tetapi dikarenakan kurang ilmunya mereka itu maka tidak ada yang menaruh perhatian yang serius terhadap mereka ini.
……..
Demikianlah antara lain kisah dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad terutama di masa anak-anak dan usia muda, sebelumnya beliau mendapatkan penunjukan atau pengangkatan resmi dari Allah SWT melalui wahyu-wahyu yang diterimanya:
· Tahun 1882 sebagai Mujaddid atau Reformer pada permulaan Abad ke-14 Hijriah.
· Tahun 1889 sebagai Imam Mahdi.
· Tanggal 23-3-1889 mendapat perintah untuk menerima Bai’at, yang dilaksanakan di Ludhiana.
· Tahun 1890 – 1891 Sebagai Imam Mahdi dan Nabi Isa (a.s.) yang dijanjikan kedatangannya dalam Nubuatan Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w.
· Jadi apa gunanya diturunkan Imam Mahdi, Nabi Isa yang dijanjikan ini? Sesuai wahyu yang diterima oleh Hadhrat Ahmad. tujuan diturunkannya beliau adalah: ‘Yuhyid diina wa yuqimush syariah’ – untuk ‘Menghidupkan Agama (Islam) dan menegakkan Syari’at (pada tahun 1883).
Himbauan:
Semoga jika para “detractor”, tukang pencela dan tukang fitnah sempat membaca tulisan ini, ia (mereka) akan berpikir sebelumnya melemparkan penghinaan dan fitnah kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., di manakah letaknya bahwa Jemaat Ahmadiyah itu adalah buatan Inggris yang katanya untuk menghancurkan Islam, didukung bantuan Pemerintah Amerika, antek Zionis Yahudi, antek Komunis dan PKI dan tuduhan fitnah dusta semacam itu yang terus menerus dilemparkan kepada Jemaat Ahmadiyah dan Pendirinya. Kita menasihatkan kepada mereka:
Manusia hidup di dunia itu tidak lama; ada saatnya manusia harus kembali dan berhadapan dengan Sang Pencipta; setiap manusia harus mempertanggung-jawabkan segala apa yang ia perbuat, segala apa yang ia lakukan selama hidup di dunia yang hanya sebentar dan sementara ini. Camkanlah:
“Takutlah kepada Allah SWT.”, “Takutlah akan hukuman dari Tuhan Maha Kuasa Pemberi Hukuman Pembalasan”.
“Lillaahi rabbil ‘alamiin” – “Maaliki yaumid diin” - “Yang Menguasai Pembalasan”
“Inallaaha ‘aziizun dzuntiqaam” – “Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Mempunyai Pembalasan”.
AHMADIYYAT The Renaissance of Islam – Muhammad Zafrullah Khan
http://www.marsela-ppsi.blogspot.com
Google: AHMADIYYAH – Kebangkitan kembali Islam
Bacalah juga: http://www.ahmadiyya.or.id ….. riwayat-hidup-mirza-ghulam-ahmad
PPSi – Mersela / Jak. Bar.; 11 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar