KHUTBAH IDUL ADHA HADHRAT KHALIFATUL MASIH V aba.
Tanggal 20-12-2007
Surah Al-Hajj (22) Ayat 38:
Sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, dagingnya dan tidak pula darahnya, akan tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan darimu. Demikianlah Dia menundukkan mereka – hewan-hewan ini – untuk kamu, supaya kamu mengagungkan Allah sesuai petunjuk kepadamu. Dan berikanlah kabar suka kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Allah Taala berfirman dalam ayat ini bahwa daging hewan-hewan itu tidak akan sampai kepada Allah dan tidak darahnya juga, tetapi ketakwaanmulah yang akan sampai kepada-Nya. Dengan cara ini, Dia itu telah menundukkan hewan-hewan tersebut kepadamu, supaya kamu meng-Agungkan Allah atas petunjuk-Nya kepadamu. Danberikanlah kabar suka kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
Hari ini kita sedang merayakan Hari Idul Adha yang disebut juga Hari Raya Idul Qurban. Mereka yang mampu memberikan kurban hewan-hewan dan juga atas nama orang-orang yang menjalankan Haji ada ratusan ribu hewan yang disembelih sebagai kurban, jadi pada kenyataannya ada jutaan hewan yang dipotong sebagai kurban pada hari ini ataupun esok hari. Tetapi pertanyaannya apakah dengan korban-korban inikah di mana kegembiraan merayakannya itu bahwa dengan kurban-kurban itukah tujuan dari Id ini, kambing-kambing dan sapi-sapi yang dikurbankan inikah di mana kita juga menikmati daging dari hewan-hewan kurban ini dengan membuat sate dan barbeque dan juga dengan mengundang teman-teman kalian pada perayaan ini, apakah ini yang menjadi tujuan dari Idul Qurban ini? Inikah yang membuat senang Allah Taala itu atau dengan inikah Allah itu akan merasa sangat senang? Dan Tuhan akan mengatakan pada orang-orang Muslim hari ini, bahwa Aku merasa sangat senang bahwa kalian itu sudah mengorbankan kambing, lembu dan unta juga. Apakah cukup dengan datang ke sini untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian mendengarkan Khutbah Idul Adha, lalu orang-orang itu cepat-cepat pulang untuk menyembelih hewan kurban. Di Negara-negara di mana menyembelih hewan itu diizinkan maka orang-orang itu menyembelih hewannya sendiri. Kemudian kami itu harus mengerti bahwa untuk membuat senang Allah Taala itu maka kita harus mengamalkan apa yang diwajibkan. Sudah saya lihat di Pakistan dan kadang-kadang di negeri-negeri lainnya juga, yang terjadi itu ialah bahwa ketika kami baru saja pulang setelah Shalat Id, dan hanya beberapa menit saja setelahnya Shalat Id itu, dalam waktu yang amat singkat mereka sudah menyembelih hewan kurban tersebut, tidak ada discipline di sana dan demikian juga yang terjadi di negara-negara Afrika, mereka dapat menyembelih di mana saja mereka dapat melakukannya, mereka melakukannya di mana saja, dan bisa saja di jalan-jalan juga. Yang saya lihat adalah segera setelahnya Shalat Id itu, kadang-kadang hewan-hewan yang besar seperti sapi disembelihnya di pinggir jalan dan kadang-kadang pada saat itu sudah dikulitinya juga, dan kadang-kadang ada juga yang sudah atau sedang sibuk memotong-motong dagingnya.
Jadi, sudah sangat jelasnya bahwa orang-orang ini, terutama tukang-tukang jagalnya mereka itu kebanyakannya adalah orang-orang Islam yang biasanya orang-orang yang ditugaskan untuk keperluan itu. Apakah mereka ini tidak melakukan Shalat Id atau paling tidaknya mereka itu tidak mendengarkan pada Khutbah Id, di mana mereka itu sebenarnya merasa khawatir dan bahkan dengan sangat mendambakannya untuk sesegera mungkin memotong hewan tersebut sehingga mereka itu dapat segera menikmati daging kurban ini. Mereka itu hanyalah memenuhi dan menjalankan sunnah bahwa pada kesempatan Hari Idul Adha atau dalam merayakan Idul Qurban itu Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. setelahnya Shalat Id itu beliau biasa memakan sarapan paginya dengan daging hewan qurban ini. Banyak orang-orang kita yang melupakan hal ini bahwa Y.M. Nabi Muhammad saw. itu adalah seseorang yang paling mengerti akan ruh dari merayakan Hari Idul Qurban ini. Untuk menegakkan ruh spirit yang sama di antara para pengikutnya, maka beliau itu mengajarkan bahwa di belakang dari perayaan tersebut apa hanya sekian saja, bahwa kalian itu menyembelih seekor hewan kurban, yang pertama-tama kalian kerjakan setelahnya Shalat Id itu dan kemudian memakan dagingnya.
Sebenarnya latar belakang dari Perayaan Id ini terdapat satu sejarah yang panjang tentang pengorbanan yang dimulai sejak dari Hadhrat Ibrahim a.s. di mana Hadhrat Ibrahim a.s., beliau juga mengikut-sertakan keluarganya, istrinya dan anak-anaknya; semua mereka itu ikut di dalam pengorbanan tersebut, Hadhrat Hajrah juga ikut dan Hadhrat Ismail juga ikut ambil bagian dalam pengorbanan tersebut. Gabungan kombinasi dari pengorbanan tersebut dapat terlihat pada diri Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dan juga para sahabatnya; mereka itu mendapatkan manfaat dari keberkahan-keberkahan tersebut dan mereka pun menegakkan sebuah tradissi yang bagus serta contoh yang bagus dari pengorbanan ini. Jadi, oleh karena itu kita harus dapat melihatnya bahwa pada setiap tahunnya ketika Hari Id ini tiba, bagaimana kita itu dapat meningkatkan standard kerohanian kita, standard pengorbanan kita yaitu dengan mengikuti upacara ritual ini, sebab kalau tidak demikian maka hewan-hewan ini, kambing, domba dan sapi yang disembelih itu bukanlah yang dimaksudkan demikian di mana Allah Taala itu tidak memerlukan hal yang demikian ini. Tujuan yang di mana Allah telah menciptakan umat manusia itu, Allah Taala ingin melihat bahwa orang-orang ini benar-benar memenuhi tujuan tersebut. Jika tidak demikian, maka daging dari hewan-hewan ini jika hewan-hewan tersebut hanyalah disembelih demi hanya untuk penyembelihan saja, maka bukanlah yang demikian itu yang dimaksudkan oleh Allah. Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al-Qur’aan sebagaimana yang sudah saya baca tadi bahwa: lay yanaalallaaha luhuumuhaa wa laa dimaa-uuhaa (22:38) bahwa daging hewan qurban tersebut dan juga darahnya tidak akan sampai kepada Allah Taala. Oleh karena itu kami itu haruslah selalu ingat bahwa pada setiap tahun ketika kita merayakan Hari Raya Idul Adha ini maka kami itu harus berusaha untuk mendapatkan ruh spirit tersebut yang sebenarnya ada bersama pengorbanan ini. Itulah perkara hakiki harus diketemukan dan semangat spirit itulah yang Allah Taala telah memberikan jawabannya di dalam ayat ini, di mana Allah Taala berfirman: wa laakiy yanaaluhut taqwaa minkum (22:38) bahwa ketakwaan dalam hati kamu lah yang akan sampai kepada Allah Taala.
XXXXX Setelahnya menguraikan filsafat tentang pengorbanan ini Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. berfirman bahwa Allah Taala di dalam Syari’at Islam itu telah menegakkan contoh dari berbagai hal-hal yang bagus yang untuk itu umat manusia diperintahkan bahwa dengan sepenuh hati dan jiwanya, mereka itu harus bersedia untuk berkurban di jalan Allah. Jadi pengurbanan-pengurbanan secara zahir ini adalah contoh untuk tahapan ini yang kami itu harus berusaha untuk meraihnya. Tetapi tujuan hakikinya dari itu adalah bahwa pengurbanan dari dirinya itulah sebagaimana Allah Taala berfirman: lay yanaalallaaha luhuumuhaa wa laa dimaa-uuhaa wa laakiy yanaaluhut taqwaa minkum (22:38) bahwa dagingnya itu tidak akan sampai kepada Allah dan juga tidak darahnya, tetapi ketakwaan kamu itulah, kualitasnya di dalam rasa takut kepada Tuhan itulah yang akan sampai kepada-Nya. Jadi, kalian itu janganlah sampai kalian itu merasa begitu takutnya sebagaimana jika kalian itu akan mengurbankan dirimu sendiri seperti halnya engkau mengurbankan dan menyembelih hewan itu di tanganmu. Seperti itu pulalah bahwa kalian itu harus siap untuk disembelih di jalan Allah; orang yang belum sampai pada tingkatan ini mereka itu belumlah sempurna. Jadi, hukum alamiah sejak dari jaman dahulu kala adalah seperti ini bahwa segala sesuatu itu akan dicapai setelahnya mengerti dengan sempurna tentang takut, kecintaan dan rasa kebersyukuran yang adalah rahasianya dari pengertian hakiki tentang Allah. Berusahalah mencoba untuk mendapatkan ketakwaan kepada Allah Taala dan orang yang kepadanya telah diberikan pengertian dan persepsi yang sempurna maka kepadanya itu telah diberikan rasa takut dan kecintaan yang penuh kepada Allah. Dan inilah ketakwaan itu bahwa rasa takut dan kecintaan terhadap Allah itu harus ada di dalam hati seorang manusia. Mereka orang yang telah diberikan ketakwaan yang benar-benar sudah terlepas dari berbagai macam dosa sebagai hasil dari keberaniannya. Jadi,keselamatan itu hanyalah akan diperoleh bilamana di sana sudah ada ketakwaan di mana kecintaan dan persepsi kepada Allah Taala itu serta rasa takut kepada-Nya ini harus ada di dalam hati seorang manusia. Jadi, beliau mengatakan bahwa untuk memperoleh keselamatan ini kita tidak tergantung pada tumpahan darah, atau pada saslib ataupun pada penebusan dosa. Tetapi kita hanya memerlukan pengorbanan yaiitu pengorbanan dari diri kita sendiri. Keperluan ini ditolong oleh jiwa kami dan pengorbanan ini dalam kata lainnya adalah Islam. Inilah arti lain dari pengorbanan itu; Islam berarti bahwa seseorang itu harus menyerahkan lehernya untuk disembelih, yang dapat dikatakan dengan penyerahan diri sepenuhnya dan kesiapan untuk mengorbankan dirinya sendiri di depan pintu dari Allah. Nama yang indah ini sebenarnya merupakan intisari dari semua perintah-perintah baik yang diberikan oleh Allah Taala. Jadi, inilah Islam yang hakiki bahwa mereka ini harus bekerja dengan mengikuti semua perintah dari Allah itu sepenuhnya. Maka untuk keperluan ini mereka itu harus siap sedia untuk memberikan pengorbanan yang terbesar apa pun yang diminta kepadanya. Agar mau disembelih maka orang itu harus dengan keinginan dan penyerahan diri yang sepenuhnya memberikan lehernya yang untuk ini diperlukan kecintaan yang amat besar dan pengabdian yang sangat besar. Jadi, kata Islam itu sebenarnya menunjuk pada intisari ini bahwa untuk memberikan pengorbanan yang hakiki itu orang harus memiliki pengertian penuh dan kecintaan penuh serta tidak ada hal lainnya lagi untuk keperluan ini.
Tentang perkara ini Allah Taala mengatakan: lay yanaalallaaha luhuumuhaa wa laa dimaa-uuhaa wa laakiy yanaaluhut taqwaa minkum (22:38) bahwa daging dari hewan kurban dan darah hewan ini tidak sampai kepada Allah Taala, tetapi hanya pengorbanan yang hakikilah yang sampai kepada-Ku itu, kalian usahakanlah untuk memiliki taqwa dan ketakwaan yang hakiki demi untuk-Ku dan berbuatlah mengikuti perintah dari-Ku. Jadi, inilah contoh model yang diberikan kepada kita, dan inilah sebenarnya yang diperlukan untuk menegakkan semangat spirit dan esensi yang hakiki itu. Jika tidak demikian maka hewan-hewan yang disembelih ini bukanlah sebuah kebajikan dan memakan dagingnya pun bukanlah satu kebajikan dan juga daging tersebut tidak akan sampai kepada Allah Taala. Jadi, oleh karena itu kita harus menciptakan ruh spirit tersebut di belakang pengorbanan itu yang Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. telah merujuknya dalam pernyataan yang beliau berikan. Pengertian penuh tentang kecintaan kepada Allah Taala itu harus berada di sana dan agar memiliki pengertian penuh dan persepsi hakiki dari Allah itu, yang kemudian untuk keperluan tersebut orang-orang ini harus mengikuti jalan ketakwaan dan kemudian mereka pun harus berada di jalannya Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat Hajrah di mana mereka itu telah memberikan pengorbanan dengan diri mereka sendiri, mereka memiliki pengertian yang penuh sehingga itulah sebabnya mereka itu siap sedia untuk memberikan pengorbanan. Hadhrat Hajrah, hubungan beliau dengan Allah Taala dalam kecintaan dan pengabdiannya dengan kepastiannya seperti ini di mana ia berkata kepada Hadhrat Ibrahim a.s. bahwa jika ini adalah perintah dari Allah maka aku dengan bayiku yang baru lahir ini siap sedia untuk memberikan pengorbanan, pengorbanan yang diminta Allah Taala dari kami. Dikarenakan tidak ada nilainya kehidupan kami bilamana dibandingkan dengan perintah dari Allah Taala itu.
Lihatlah pada standard kecintaan Allah dari anak ini dan ketaatannya kepada Allah serta contoh prakteknya dari Hadhrat Ibrahim a.s. yang ada di hadapan mereka. Yang pada kenyataannya anak tersebut barulah berumur beberapa tahun, tetapi jawab dari dia itu adalah: Yaa abatif’al maa tu’maru (37:103), “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepada engkau”, Jadi, beginilah Sang Bapak, istri dan anaknya, di mana mereka itu telah menciptakan satu model dari pengorbanan untuk sepanjang waktu yang akan datang; yang dibuat sebagai symbol dari sebuah pengabdian yang besar di mana lambang ini ditegakkan untuk selama-lamanya, karena Hadhrat Ibrahim a.s. telah meninggalkan istri dan anaknya di satu lembah yang tandus dengan hanya membawa sedikit bekal kurma dan air. Beliau telah mempersembahkan satu pengorbanan yang besar, bahwa hanyalah orang ini yang siap memberikan pengorbanan demi kecintaan kepada Allah Taala. Tidaklah mungkin bagi seseorang untuk melihat istriku dan anak kecilku, mereka itu dapat mampu hidup untuk selama beberapa hari di lembah yang tandus ini; nampak tidak memenuhi syarat. Jadi itulah alasannya bahwa dikarenakan perasaannya yang meluap-luap dengan emosi yang hebat, beliau tidak sanggup menjawab pertanyaan dari Hadhrat Hajar, kecuali dengan menunjuk ke arah Langit dan berkata, ini dengan perintah dari Allah. Hatinya Hadhrat Hajrah yang dikarenakan menjadi sahabat dari Nabi, hatinya juga dipenuhi oleh jiwa pengorbanan; sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakannya bahwa anak ini sudah bersedia untuk memberikan lehernya untuk dikurbankan. Jadi demikianlah semangat spirit dari penyerahan dan pengorbanan sepenuhnya, yang benar-benar mereka ini mempersiapkan semuanya ini.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkannya bahwa kata pengorbanan ini adalah nama lainnya dari Islam, jadi pengorbanan ini dan ketaatan dan penyerahan diri secara total adalah satu perkara yang menjadi satu hal yang sangat menonjol, yang diterima dari keluarga ini dan yang memberikan kepada mereka satu kedudukan yang tinggi. Allah Taala menerima pengorbanan mereka ini dan tidak membiarkannya dengan tanpa pahala. Bukan hanya kedua ibu dan anak ini yang diselamatkan, tetapi tidak lama setelah itu ada banyak orang yang datang dan bertempat tinggal di tempat tersebut; yang kemudian Allah Taala meletakkan fundasi dari Rumah Allah yang besar ini di tanah yang tandus ini. Hadhrat Ibrahim dapat membangun dan meninggikan fundasi Rumah Allah ini bersama Hadhrat Ismail dan ketika sedang membangun fundasi dari Rumah ini mereka berharap mudah-mudahan Allah Taala menerimanya. Mereka berdoa pada saat itu dan saat ini tempat tersebut adalah menjadi tempat di mana orang-orang itu akan terus tinggal di sana untuk selama-lamanya. Di sekitarnya itu akan ada sebuah kota, satu kota yang penuh kedamaian dan satu kota yang memberikan kedamaian pada orang-orang yang lainnya. Orang-orang ini akan diberi berbagai macam buah-buahan yang didatangkan ke sini dari berbagai sudut dunia. Lebih dari apa pun juga dan yang memberi taufik kepada kami untuk terus melakukan kebaikan dan amal shaleh. Kami itu harus bisa memberikan pengorbanan dengan status yang tinggi. Bukan hanya kami, tetapi juga keturunan dari anak-anak-ku, di sana harus ada orang-orang yang diciptakan dengan ketaatan yang sangat tinggi di mana mereka itu selalu siap untuk memberikan pengorbanan. Sebagaimana Allah Taala berfirman, yang doanya ditemukan di dalam Kitab Suci Al-Qur’aan, Allah Taala berfirman dengan merujuk pada doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Ibrahim a.s. saat itu:
Surah Al-Baqarah ayat 129:
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan jadikanlah dari antara keturunan kami satu umat yang menyerahkan diri kepada Engkau. Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah dan terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau-lah Penerima Tobat, Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, Engkau jadikanlah kami berdua, hamba yang taat kepada Engkau dan juga ciptakanlah dari keturunan kami satu umat yang sangat shaleh dan yang mengabdikan diri dan ajarkanlah kepada kami cara-cara nya berkorban dan beribadah, karena sesungguhnya Engkau itu Maha Penyayang karena Engkau itu adalah satu Wujud yang Penerima Tobat dan kembali dengan rahmat kebaikan yang besar.
Jadi, mereka berdoa agar dibimbing pada jalan sedemikian rupa, jalan yang menuju keridhaan Allah Taala. Walaupun pada kenyataannya ibu dan anak ini tinggal di suatu tanah yang gersang dan ketika ayahnya diberkahi dengan keturunan pada masa tuanya, beliau itu telah memberikan satu contoh yang bagus tentang pengorbanan yang besar di mana ia telah memperoleh ridha Allah Taala yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’aan:
Surah Al-Baqarah ayat 125:
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa perintah, lalu dipenuhinya. Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia ………..
Dan ketika Allah Taala menguji Hadhrat Ibrahim dengan beberapa tugas pekerjaan yang telah diselesaikannya, maka kemudian Allah Taala mengatakan Aku akan menjadikan engkau seorang pemimpin yang besar bagi umat manusia, yang kemudian ia berkata: Wa arinaa manaasikanaa wa tub ‘alainaa (Ayat 2:129) bahwa, Engkau tunjukkanlah kepada kami cara-cara beribadah dan berkurban dan terimalah taubat kami dan kasihanilah kami; dengan menerima taubat kami sehingga kami itu tidak akan mengerjakan hal-hal yang akan menjadi jalan yang dapat menyia-nyiakan pengorbanan kami. Menurut situasinya Allah Taala lebih Maha Tahu apa yang pada saat itu yang baik …….. Jadi petunjuk Engkau dan keridhaan Engkau-lah yang kami perlukan dan janganlah kami ditinggalkan tanpa dua perkara ini. Inilah doa dari Hadhrat Ibrahim dan kemudian ia pun berdoa untuk keturunannya sampai Hari Kiamat nanti bahwa, ya Allah Yang Maha Kuasa, bangkitkanlah seorang Nabi yang akan menegakkan status pengorbanan yang bahkan lebih tinggi dari Hadhrat Ibrahim a.s.
Surah Al-Baqarah ayat 130:
Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka dan yang mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau dan yang mengajarkan Hikmah dari Kitab kepada mereka dan juga mensucikan mereka. Allah Taala telah menerima dan mengabulkan doa dari Bapak dan anak ini dan kemudian Allah Taala berfirman kepada Y.M. Nabi Muhammad saw. atas doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat Ismail ini: arinaa manaasikanaa (Ayat 2:129) Wahai Nabi saw. deklarasikanlah bahwa semua standard yang tinggi ini sudah berakhir karena saya adalah Nabi yang besar itu, di mana sebenarnya segala kemampuan itu sudah berakhir dan sudah sampai pada puncaknya yang tertinggi, karena saya sudah sepenuhnya terserap pada Tuhan-ku dan kecintaan-Nya, dan tidak ada sesuatu apa pun yang tertinggal padaku. Segala sesuatunya adalah bagi Allah, Allah Taala berfirman dengan membuat pengumuman dari Nabi Muhammad saw.
Surah Al-An’aam (6) ayat 163:
Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku dan pengorbananku dan kehidupanku serta kematianku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. menerangkan tentang ayat ini bahwa, engkau katakanlah kepada orang-orang, bahwa shalatku dan ibadahku serta pengorbananku, dan hidupku dan kematianku, segalanya hanyalah demi untuk Allah dan di jalan-Nya. Dia-lah Allah yang Tuhannya semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan saya sudah diperintahkan di mana saya adalah orang beriman yang pertama semenjak penciptaannya manusia sampai dengan Hari Kiamat, tidak akan ada orang yang sempurna seperti aku yang dapat menjadi orang pengabdi kepada Allah Taala yang sedemikian rupa, yang selalu siap untuk selalu menaruh kepercayaannya kepada Allah Taala dan kembali kepada-Nya; demikianlah keadaan status dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dalam pandangan Allah. Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat Ismail mereka berdoa:
Rabbanaa waj ’al naa muslimaini laka wa min dzurriyatinaa (2:129)
Bahwa, Ya Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan jadikanlah dari antara keturunan kami satu umat yang menyerahkan diri kepada Engkau; dan selanjutnya mereka berdoa:
Rabbanaa wab ’ats fii him rasuulam min hum (2:130)
Bahwa, Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka.
Ya Allah bangkitkanlah seorang Nabi untuk mereka dan dari antara mereka, maka oleh karena itu Allah Taala yang melalui diturunkannya Nabi Muhammad saw. membuat pengumuman ini, bahwa Aku telah menerima pengorbananmu dan telah mengabulkan doa-doamu. Nabi yang besar ini sekarang mengumumkan bahwa bukan saja ibadahnya dan pengorbanannya yang telah meraih standard yang tinggi ini, yang menjadi contoh model bagi orang-orang di masa lalu, tetapi juga untuk masa di jamannya Nabi ini dan bagi orang-orang yang akan datang kemudian. Mereka itu akan mengabdi dengan satu standard yang sedemikian tingginya, di mana bahwa orang-orang lain itu tidak akan mampu melaksanakan ibadah shalatnya atau pengorbanannya yang seperti ini. Beliau mengumumkannya bahwa ia itu adalah seorang beriman yang pertama dan yang paling terbaik dari semua orang-orang beriman dan semua orang-orang yang berserah diri bahwa akulah orang berserah diri yang pertama, saya yang dalam keadaan kedamaian dan penyerahan diriku, dalam keadaanku sebagai seorang Muslim dan statusku dalam pengorbananku itu membuat pengorbanan ini adalah yang tertinggi. Tidak ada orang yang dapat meraih kedudukan ini, baik di masa lalu, di jaman-ku ini atau seseorang di masa mendatang yang dapat mampu meraih standard yang tinggi ini. Ini sebuah kenyataan yang berbicara mengenai seorang manusia sempurna dan yang menjadi Meterai dari Nabi-nabi, yang terbaik dari semua Nabi-nabi dan dari semua orang-orang, tak ada seorang pun yang dapat meraih status tersebut. Status ini yang telah Allah Taala anugerahkan kepadanya, tidak hanya terbatas pada diri pribadi beliau sendiri saja, tetapi juga kepada para pengikut beliau di-instruksikan bahwa inilah seorang Nabi yang besar yang adalah sebuah peran model bagi kalian. Jadi, jika engkau itu akan mengikuti beliau dan menyatakan sudah mengikuti beliau maka engkau itu sudah mengikuti jalan yang benar, contoh terbesar yang telah diberikan oleh Nabi besar ini. Hanyalah dengan cara demikian maka kalian itu dapat dinamakan seperti ini.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. mengatakan, orang-orang yang mengikut kepadamu katakanlah kepada mereka itu bahwa shalatku, pengorbananku, kehidupanku dan kematianku, semuanya itu adalah demi untuk Allah, maka orang-orang yang ingin mengikut kepadaku, mereka itu juga harus memberikan pengorbanan-pengorbanan ini. Dan kemudian kami lihat bahwa para sahabat dari Nabi yang besar saw. ini, mereka itu mengikut pada contoh yang mulia ini; mereka memperlihatkan contoh-contoh ini. Orang-orang yang tadinya berangasan dan cepat marah ini, orang-orang yang kedaan rohaninya sudah mati, kepada mereka telah diberikan pesan amanah ini sehingga segala kesombongannya ini sama sekali dibuang dari mereka. Mereka pun mengorbankan kehidupan dan kematian mereka dengan sampai pada penyerahan diri yang secara ekstrimnya kepada Allah Taala, kepada Khalik Pencipta mereka dan memperlihatkan contoh yang sedemikian rupa yang benar-benar menjadi contoh dan model di mana mereka pun telah menegakkan standard dari shalat dan peribadatan mereka, yang bandingannya tidak dapat terlihat di masa lalu atau pun di masa yang akan datang. Inilah contoh yang telah diberikan oleh para sahabat, laki-laki dan perempuannya, mereka itu telah menegakkan contoh sedemikian yang benar-benar menjadi model bagi kami. Mereka itu menaruh kehidupan mereka di dalam malam hari mereka, mengorbankan kehidupan mereka. Jika beribadah maka mereka itu melakukan shalat di tengah malam hari dan mereka mengembangkan cara-cara yang membuat rasa kantuk dan kepingin tidur itu jauh dari mereka. Di dalam pengorbanan-pengorbanannya mereka itu semuanya memberikan satu contoh yang sangat baik dan benar-benar menjadi model untuk kita ikuti.
Saya akan berikan satu saja contoh tentang pengorbanan jiwa yang usaha dalam pengorbanan jiwa ini telah dilakukan oleh Hadhrat Khalid bin Walid, yang ceritera tentang beliau itu yaitu ketika ia akan meninggal ia itu menangis dan menangis dengan rasa terharunya yang sangat meluap-luap. Ada orang yang bertanya kepadanya mengapa engkau itu takut untuk mati? Atau apakah engkau itu mengkhawatirkan sesuatu yang setelahnya engkau itu menerima Islam dan engkau itu telah mengabdi dan berkhidmat dengan sangat besarnya di jalan Islam, jadi mengapa engkau itu begitu takutnya pada saat mendekati maut ini, Allah Taala tidak akan membiarkan engkau tanpa pahala. Hadhrat Khalid mengatakan tidak, saya tidak takut akan mati, saya tidak menangis demi untuk-Nya; setelahnya saya masuk Islam itu saya berusaha untuk menyerahkan jiwaku sebagai sebuah pengorbanan, saya ikut pergi berperang di banyak medan pertempuran yang sengit; lihat saja pada kakiku dan tubuhku pada punggungku dan di dadaku, engkau tidak akan melihat satu cercah kulit pun dari tubuhku yang tidak terdapat luka. Saya berusaha sekuat tenaga saya menginginkan untuk mati syahid di jalan Allah, saya telah berusaha sekuat tenaga untuk mengorbankan jiwaku, tetapi sekarang ini saya menangis untuk alasan ini, yaitu hari ini saya akan mati di atas tempat tidur. Mengapa kematian itu tidak datang kepadaku di medan pertempuran, apakah karena Allah Taala itu tidak suka kepadaku, sehingga saya tidak mendapatkan kehormatan untuk mati sebagi syuhada?
Jadi demikianlah detak jantung dan dambaan dari orang, yang Y.M. Nabi Muhammad saw. telah ciptakan orang-orang yang memiliki kecintaan yang amat mendalamnya di antara para pengikut beliau itu. Keseluruhan jiwanya ia ingin kurbankan sebagai satu contoh dari semangat berkurban yang terus menerus. Mereka itu adalah para pengikut Awal-ul-Muslimin, orang yang telah memberikan pengorbanan yang paling terbesar. Allah Taala telah membuat pengumuman ini bahwa Allah Taala mengatakan radhiyallaahu anhum Allah ridha terhadap mereka ini, tetapi mereka masih merasa khawatir, apakah pengorbananku ini diterima atau tidak.
XXXXX Hadhrat Ibrahim a.s. dari keturunannya itu beliau mendoakan untuk anak-anak yang berserah diri dan anak-anak yang taat itu adalah dari keturunanku. Allah Taala itu dengan mengutus Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dan dengan menjadikannya beliau sebagai pemimpin dari para Nabi-nabi, Khatam-ul-anbiyya, di mana Dia itu sebenarnya menganugerahkan satu kekekalan terhadap pengorbanannya yang besar ini, dengan contoh menghidupkan kembali orang yang sudah mati rohaninya dan menganugerahkannya kepada mereka satu keberkahan hidup. Sekarang Tanda ini akan diperlihatkan melalui para pengikut Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. sebagaimana yang saya sudah katakan di dalam Khutbah saya bahwa kepada Hadhrat Ibrahim a.s. itu telah diperlihatkan contoh dari burung yang ke-empat yang akan dibuat menghidupkan orang yang mati itu sebenarnya hal ini diperlihatkan kepada pengikut dari Y.M. Nabi Muhammad saw. yaitu di dalam diri Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan, Masih Mau’ud a.s. yang adalah seorang memiliki kecintaan yang besar kepada Y.M. Rasulullah saw., orang yang mengikut jejak dari Tuan-nya di mana beliau itu meninggikan standard dari peribadatan dan pengorbanannya. Hidup-nya dan mati-nya itu beliau buat segalanya demi untuk Allah dan beliau pun membawa semangat yang sama pada para pengikutnya di mana beliau berusaha dengan sekuat tenaganya agar spiritual itu ada di sana.
Jadi, Id hakiki yang saudara-saudara sedang rayakan pada hari ini hanya dengan cara inilah, yaitu bukannya hanya dengan melihat dan menyaksikan hewan-hewan disembelih atau program lainnya yang kita buat. Bahkan kita itu harus mengorbankan diri kita sendiri demi untuk Allah Taala dan untuk ke-ridhaan-Nya, yaitu dengan mengikuti perintah dari Allah Taala di mana kami itu harus menempatkan diri kami pada tanggung-jawab ini sepenuhnya terhadap semua perintah yang telah diberikan kepada kami itu. Kami itu harus senantiasa menyiapkan diri kita atas tanggung-jawab penuh pada semua perintah yang diberikan kepada kami. Kami itu harus senantiasa meningkatkan standard dari pengorbanan kami di mana kami harus memegang contoh-contoh ini tetap hidup demi untuk agama. Kita harus memelihara contoh hidup dari para pengikutnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s., mereka yang menyerahkan jiwanya, agar pada hari ini ketika kami sedang merayakan Hari Idul Adha ini dalam ketaatannya kepada Allah Taala maka kami juga harus mengingat kepada para syuhada dari Ahmadiyyah dan keluarganya. Mereka yang telah menyerahkan jiwanya sebagai pengorbanan kepada Allah Taala, mereka itu benar-benar menjadi contoh model untuk itu. Semoga Allah Taala memberikan belas kasihan-Nya kepada keturunan mereka serta memberkati mereka dengan banyak rahmat kebaikan di dalam kehidupan sekarang ini dan untuk di Akhirat nanti. Kita juga harus ingat akan ikrar janji kami bahwa kami itu akan senantiasa bersiap sedia untuk mengorbankan jiwa kami, harta kami dan semua milik kami. Kami itu harus selalu siap sedia untuk pengorbanan ini dan memang itulah yang kami maksudkan.
Sekarang di Indonesia ada satu tempat yang namanya Manislor, di daerah ini keadaannya sudah sangat-sangat serius, bahkan di mana-mana saja di seluruh Indonesia ini kondisinya sudah sangat serius, beberapa buah mesjid telah dirusak; beberapa hari yang lalu juga beberapa buah mesjid telah dirusakkan. Ada beberapa buah mesjid yang disegel oleh aparat, oleh polisi, dan serangan pun dilakukan terhadap beberapa rumah orang Ahmadi, serangan dan pengrusakan ini telah menyebabkan beberapa orang Ahmadi terluka. Jadi ingatlah mereka ini di dalam doa-doa Saudara, mereka ini adalah orang-orang yang tinggal di negeri jauh, yang telah menerima Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang telah menerima pendakwaannya sebagai Al-Masih dan Imam Mahdi di mana mereka ini memiliki keimanan yang teguh dalam kepercayaannya ini serta dengan keimanannya yang bertambah kuat. Kemudian mereka ini tidak perduli dengan hubungan relasi apa pun atau bujukan untuk meninggalkan keimanannya. Kebanyakan dari orang-orang itu adalah yang sederhana saja bahkan banyak yang hidup hanya sekedar mendapat makanan dari tangan ke mulut saja (koreh-koreh cok – ayam / Sunda), walaupun demikian di dalam keimanannya itu mereka terus meningkat maju, masya-Allah, bahwa dengan kerusakan secara fisik maupun pengorbanan dengan jiwanya mereka itu sudah siap sedia untuk itu. Tetapi mereka ini sama sekali tidak siap untuk menerima sesuatu kehilangan apa pun dalam kerohaniannya. Jadi, inilah sebenarnya yang membawakan orang-orang yang sudah mati rohaninya itu menjadi hidup kembali, yang telah diciptakan melalui pencinta terbesarnya dan pengikut dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. di jaman ini. Ya, sebagaimana yang saya katakan, untuk meraih tujuan ini adakalanya kita perlu mengorbankan jiwa kita. Setiap Ahmadi yang tinggal di mana saja di dunia selalu siap untuk itu. Inilah satu hal yang untuk maksud itu, yakni untuk meraih ridha Allah Taala. Orang-orang Ahmadi Pakistan juga memberikan pengorbanan, orang-orang Ahmadi Indonesia memberikan pengorbanan, orang-orang Ahmadi Bangladesh, orang-orang Ahmadi Sri Langka, orang-orang Ahmadi India, orang-orang Ahmadi Afrika juga mereka sama-sama siap untuk memberikan pengorbanan demi untuk-Nya. Sekarang di beberapa Negara di Eropa, juga situasinya untuk orang Ahmadi sedang menjadi buruk dan membahayakan. Jadi, dengan mengawasi semuanya situasi dan kondisi ini, maka kita harus berusaha untuk menciptakan terus dan mengekal-abadikan semangat tersebut yang dengan pengabdian tertinggi kita itu harus mengikuti perintah dari Allah Taala dan menjadi hamba-Nya yang paling taat. Semoga Allah Taala memberi taufik kepada kami untuk menjadikannya sebagai hamba-Nya sejati dan mengkaruniai kami kecintaan sejati dan manifestasi-Nya agar kegelapan itu dapat dihilangkan dari hati kita dan Nur dari Allah Taala harus senantiasa ada pada setiap hati orang-orang Ahmadi, sehingga kita dapat terus mengerti akan ruh dari pengorbanan ini.
Setelah ini, kita akan berdoa bersama, yang dalam doa ini supaya ingat kepada para syuhada yang telah mengorbankan jiwanya demi untuk Jama’at dan untuk Islam sejati. Ingatlah kepada anak-anak-nya juga seperti yang sudah saya katakan. Juga mereka yang sedang dipenjara demi untuk Ahmadiyyah, mereka yang dianiaya, ingatlah kepada mereka semua di dalam doa Saudara. Dikarenakan Ahmadiyyah, orang yang terpaksa berada di dalam keadaan yang sulit, ingatlah akan semua mereka ini. Para Mujahidin, Muballighin dan Muallim, mereka yang sedang berusaha dan bekerja untuk menyampaikan pesan Ahmadiyyah; semua mereka yang bertabligh, Dawat Ilallah, orang-orang yang memberikan waktunya demi untuk menyebarkan agama Allah, yang berusaha menyebarkan penjelasan dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tentang Islam. Mereka yang memberikan pengorbanan financial, ingatlah kepada mereka ini. Semua Ahmadi yang tinggal di mana pun di dunia ingatlah kepada mereka semua di dalam doa Saudara. Semoga Allah Taala telah membawa mereka dengan keberkatan dan rahmat kebaikan-Nya. Negara-negara Muslim yang kondisinya sedang kacau di mana orang Muslim saling bunuh dengan orang Muslim lainnya, yang saling bertempur sesama saudaranya, ingatlah di dalam doa Saudara, semoga Allah memberikan kepada mereka kebijaksanaan untuk dapat mengerti akan apa kesalahan mereka dan diberikan taufik untuk dapat mengerti apa Islam yang sejati itu. Keadaan di Pakistan di Palestina di Iraq dan di Negara-negara Arab lainnya, ingatlah di dalam doa Saudara, semoga Allah Taala menaruh belas-kasihan-Nya kepada mereka ini. Semoga mereka ini dapat berusaha untuk menegakkan ajaran Islam yang hakiki di dalam kehidupan mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang percaya kepada Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih Mau’ud a.s. Orang-orang Ahmadi lainnya yang tinggal di Negara-negara lain, semoga kedamaian dari dunia ini dikaitkan dengan pribadi Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dan pencinta berat beliau, yaitu Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Ini semuanya adalah tergantung pada mereka, yaitu dengan menjadi anggota dari Jama’at-Nya ini.
Semoga Allah Taala memberi taufik kepada mereka untuk dapat memahami perkara dan kenyataan ini. Sebelumnya berdoa, saya ingin menyampaikan Id Mubarak kepada saudara-saudara semuanya. Semoga Allah Taala memberkati Id ini bagi semua Saudara-saudara di dalam berbagai halnya dan bagi setiap Ahmadi di seluruh dunia, saya sampaikan ucapan Selamat Id Mubarak kepada yang di Pakistan, di Indonesia, Sri Langka, Bangladesh, Hindustan, India, Afrika, Eropa, Amerika dan di mana saja Ahmadi berada, semoga Allah menyampaikan Id Mubarak dari saya ini dan semoga Allah menjadikan Id ini penuh dengan keberkatan-keberkatan daripada-Nya. Marilah kita bersama-sama berdoa.
Pamulang, 26 December 2007 / Mersela, 6 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar