ULAMA,
Siapakah yang dikatakan ULAMA menurut
Kitab Suci Alqur-aan? (Fr.S. 3-8-2012)
Bismillaahir rahmanir rahiim.
Didalam Alqur’an terdapat firman: ....innamaa
yakhsyallaaha min ‘ibaadihil ‘ulamaa-u ..... artinya; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah
adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu) (Al Faathir ayat 29), dimana orang yang paling
takut kepada Allah swt adalah para ‘alim-‘ulama. Dan orang-orang yang takut
atau segan kepada keagungan Allah swt adalah mereka juga yang dijelaskan oleh
Alqur’anul Karim ....wa khasiyar
rahmaana bilghaibi .... yakni orang
yang takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, yang ia tidak melihat-Nya (Yaa Siin
ayat 12). Rasa takut itu
timbul didalam hati manusia karena factor ma’rifat Ilahi, karena memperoleh
ilmu yang betul-betul sempurna tentang ke-Agungan Allah swt. Keagungan Allah
swt artinya Allah swt Pemilik segala kekuatan, dan kekuasaan-Nya meliputi
segala sesuatu dan Dia Pencipta segala sesuatu. Timbul pertanyaan sebagaimana
didalam Alqur’an Allah swt berfirman : artinya; Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut
kepada Allah adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu), apakah setiap orang ‘alim atau setiap orang yang menamakan dirinya
ulama atau yang menganggap dirinya ‘alim mempunyai rasa takut atau segan kepada
Allah swt? Sungguh, kita sekarang menyaksikan beratus ribu ulama yang tutur kata mereka bertentangan dengan amal
perbuatan mereka sendiri dan mereka tidak memahami makna Alqur’an dengan baik.
Mereka bukan hanya tidak taat kepada
nasihat Nabi saw., untuk menjumpai dan bai’at kepada Imam Zaman ini bahkan mereka dengan keras menentang beliau dan tindak tanduk mereka dalam melakukan
perlawanan terhadap Jema’ah Muslim tersebut, yang sudah sangat melampaui batas kemanusiaan, seperti yang
terjadi di Pakistan, padahal mereka itu menamakan
diri sebagai ulama. Maka
terpaksa orang-orangpun berpikir bahwa definisi ‘ulama’ disini sungguh berbeda
dengan apa yang telah Allah swt jelaskan didalam Alqur’an. Ulama yang
dijelaskan oleh Allah swt itu lain lagi orangnya.
Jika setiap orang yang lulusan dari
Madrasah agama dikatakan ulama seperti pada umumnya yang terjadi dinegara
Pakistan atau para scientist yang
dianggap ‘alim oleh dunia disebabkan penemuannya telah memperoleh ilmu pengetahuan
yang tak ada tara bandingannya, tentu hal itu tidak benar. Banyak diantara para ilmuwan yang bahkan
tidak percaya kepada wujud Tuhan, bagaimana mungkin timbul hosyyat rasa takut atau segan didalam hati mereka terhadap Allah swt., banyak
juga orang yang menamakan diri ‘alim
ruhani tetapi benaknya penuh dengan
keserakahan dan bukan pula ‘alim duniawi. Disini harus dijelaskan bahwa
Islam adalah Agama yang kamil atau sempurna. Dan mereka yang memiliki
ilmu pengetahuan tentang Islam menyatakan diri telah meraih ilmu pengetahuan
agama dan banyak diantara mereka yang menablighkan ajaran Islam juga. Ingatlah
bahwa tersebarnya Islam keseluruh dunia
adalah merupakan salah satu taqdir Allah swt., namun tentu saja tidak akan melalui para ulama yang hati mereka
cenderung kepada kepentingan duniawi, yang didalam hati mereka tidak ada hosyyat
rasa takut atau segan
terhadap Allah swt. Memang, Islam akan
tersebar keseluruh dunia, akan tetapi Islam
tidak akan tersebar melalui mereka yang menamakan diri mereka ulama, melainkan
akan tersebar melalui Jema’ah Muslim dengan cara memikat hati manusia dan
melalui ajaran yang cinta damai bukan dengan cara kekerasan atau terorisme,
sebab kekerasan bertentangan dengan
ajaran Alqur’an-ul Karim, maka Islam ini
hanya akan tersebar ke seluruh dunia, yang hanya dilakukan oleh satu Jema’ah
Muslim yang mengamalkan ajaran Islam yang hakiki. Nabi Muhammad Rasulullah
swt telah diutus kedunia untuk mempertemukan setiap orang diseluruh dunia
dengan Allah swt dan membuat mereka menjadi manusia-manusia Ilahi. Seseorang
tidak dapat menjadi manusia Ilahi kecuali ia mempunyai hosyyat perasaan
takut (segan) kepada Allah swt. Ada banyak pencuri dan perampok ulung masuk
Islam karena semata-mata mereka telah memperoleh hosyyat perasaan takut
kepada Allah swt.
Alkisah
dalam Tazkiratul Aulia, buku kisah kehidupan para Wali; salah seorang
diantaranya ialah Fozail bin Iyaz Sahib. Beliau adalah seorang perampok besar
dan ulung dan sangat ditakuti oleh orang-orang. Katanya suatu ketika beliau mendengar
seseorang menilawatkan ayat berikut ini : alam ya’ni lilladziina amanuu an takhsya’u
quluubuhum ,idzikrillaahi ....Artiya : Apakah belum sampai waktunya bagi
orang-orang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah? Hati
Fozail bin Iyaz Sahib sangat terkesan sekali mendengar bunyi ayat tersebut
sehingga seolah-olah seseorang telah menusuk hati beliau dengan sebuah anak
panah. Sambil menyesal beliau berkata: Sampai bilakah aku akan melakukan
perampokan ini? Sekarang sudah tiba waktunya untuk melangkah kejalan menuju
Allah swt. Setelah berkata demikian beliau menangis tersedu-sedu. Beliau
tinggalkan semua kebiasaan buruk dimasa lampau dan kemudian beliau terkenal
menjadi seorang pertapa. Pada suatu hari beliau pergi kesebuah padang pasir
disana berjumpa dengan beberapa orang kafilah yang sedang berkemah. Disana
beliau mendengar suara mereka sedang bercakap-cakap: “Inilah jalur jalan yang biasa dilalui oleh
Fozail bin Iyaz untuk melakukan perampokan. Oleh sebab itu kita harus mencari
jalan lain”. Mendengar percakapan mereka itu Fuzail-pun tersentak dan berkata
kepada mereka: Wahai saudara-saudaraku! Tidak usah takut, sekarang saya sudah
bertobat dan meninggalkan semua kebiasaan merampok. Beliau telah meminta ma’af
kepada semua orang yang pernah diganggu atau dirampok oleh beliau. Itulah
seorang perampok seperti beliau yang kemudian terkenal dengan julukan rahmatullah
‘alaih (semoga Allah menurunkan rahmat kasih sayang-Nya kepada beliau).
Demikianlah
anugerah hosyyat takut kepada Allah swt adalah satu mu’jizat. Apabila
sudah timbul kesadaran maka dalam waktu
sekejap hosyyat takut kepada Tuhan itu menjadikan orang biasa sejajar
dalam barisan para ulama.
Sebaliknya banyak orang-orang menamakan
diri ulama nampak megah berpakaian jubah namun berlagak sombong, membawa-bawa
tasbeh dengan rasa takabbur, sekalipun masyarakat awam menganggap mereka
orang-orang saleh namun hati mereka tidak memiliki hosyyat rasa takut kepada Allah swt.
Orang-orang yang sombong dan takabbur terhadap sesama manusia, yang menganggap
rendah dan mencela kepada orang lain, didalam hati mereka tidak akan pernah
memiliki hosyyat rasa takut kepada Allah swt.
Hosyyat artinya takut disertai rasa segan, misalnya kita
menghadapi seorang pejabat tinggi Negara atau Presiden. Dalam hati kita timbul
rasa takut dan segan mengingat kedudukan tinggi beliau sebagai Presiden. Kita
takut dan segan, namun kita ingin
bertemu dan ingin sering berjumpa dengan beliau. Demikian juga hosyyat rasa takut dan segan terhadap Allah swt karena
kita tahu Tuhan adalah Yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Perkasa dan
sebagainya. Kita ingin mendekat dan selalu berhubungan dengan-Nya.Bahkan
berusaha ingin mencintai-Nya. Lain lagi dengan khaof atau rasa takut yang timbul didalam hati karena factor kelemahan
diri pribadi seseorang, misalnya mau menghadapi seorang lawan atau musuh
kadang-kadang timbul rasa takut didalam hati. Hati orang tidak mau mendekat
kepadanya, bahkan sebaliknya ingin menjauh dari padanya.
Orang
yang takut kepada Allah swt Yang Gagah Perkasa adalah mereka yang memiliki ilmu secara sempurna tentang
Keagungan-Nya, Qudrat-Nya, Ihsan-Nya, Kemurahan-Nya dan Keindahan-Nya. Iman
orang mu’min akan meningkat dan hubungannya dengan Allah swt juga akan semakin
maju apabila rasa hosyyat itu telah diperolehnya. Jadi, Islam dan hosyyat
menempatkan muslim hakiki sejajar dengan ‘alim,
‘ulama atau ilmuwan.
Betapa
pun Allah swt telah berfirman: Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada
Allah adalah para ‘ulama, mereka
yang mempunyai banyak ilmu (35:29). Namun orang yang bertabiat Syaitan, ia berada diluar ketentuan ayat ini. Jadi, orang
yang menda’wakan diri telah memperoleh ilmu namun tidak berjalan diatas hidayat
dia bukanlah seorang ‘alim atau ‘ulama. Jika ia berkata sudah menela’ah
Alqur’an namun dia tidak mendapat petunjuk, bukan Alqur’an-nya yang salah
melainkan orang yang telah menela’ah Alqur’an itulah yang penda’waannya salah. Alqur’an memberi ilmu
hakiki-nya kepada orang yang hatinya mempunyai hosyyat yang ada rasa takut kepada Tuhan, dan bukan
kepada orang takabbur, berpikiran
duniawi dan orang zalim.
Ilmu Ilahi
itu tidak hanya berarti logica atau filsafat melainkan ilmu sejati adalah yang
dianugerahkan Allah swt semata-mata melalui karunia-Nya. Dan ilmu itu adalah
sarana ma’rifat Allah swt dan menciptakan hosyyat Ilahi. Sebagaimana
Allah swt berfirman: Diantara hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah
adalah para ‘ulama, tetapi jika
dengan ilmu itu tidak memberikan kemajuan dalam hosyyat Ilahi maka
ingatlah bahwa ilmu yang begitu itu bukan sarana ma’rifat Allah swt., karena
banyak orang bermulut kotor suka memaki
selain berdusta. Apakah para ulama yang bermulut kotor mencaci maki kepada
orang yang mendakwakan sebagai Imam Zaman
yang diikuti dan dihomati oleh puluhan bahkan ratusan juta pengikutnya, dan mencaci-maki Jema’ah Muslim-nya seperti
di Pakistan dan di berbagai tempat lainnya, di mana dibeberapa Mesjid dalam
khutbah mereka yang mengaku ulama itu dari mulutnya keluar banyak kata-kata
kotor caci-makiannya. Apakah mereka ini ‘ulama’ yang didalam hati mereka
mempunyai hosyyat Ilahi?
Ingatlah!
Bahwa orang
dungu sudah biasa tergelincir didalam perbuatannya. Syaitan apabila tergelincir bukan karena ilmunya
melainkan karena kedunguannya. Jika ia
memiliki ilmu yang sempuna ia tidak akan tergelincir. Alqur’an tidak
mencela ilmu melainkan alqur’an berfirman; Diantara hamba-hamba-Nya yang
paling takut kepada Allah adalah para ‘ulama (mereka yang mempunyai banyak ilmu,
35:29). Justru Ulama Mullah yang setengah jadi atau kurang ilmu bisa membahayakan
iman. Maka para penentang aku bukan binasa karena ilmu mereka melainkan
karena kejahilan mereka sendiri.’ Selanjutnya beliau a.s. bersabda: ‘ Ulama
Rabbani tidak selalu berarti bahwa mereka mahir didalam sarof nahu
(Arabic Grammar) melainkan orang yang setiap waktu selalu takut kepada Allah
swt. Dan tutur katanya tidak sinis dan sia-sia. Akan tetapi pada zaman sekarang
orang yang suka memandikan mayat-pun
ingin disebut ulama (‘alim) sebab mereka dicari oleh orang-orang yang
hendak memandikan mayat. Bahkan mereka sendiri mulai menamakan diri mereka
ulama. Dan mereka menggabungkan diri kedalam golongan Ulama Rabbani. Oleh sebab
itu sekarang telah terjadi pencemaran
dan penghinaan terhadap istilah ulama dan maknanya sudah diambil bertentangan
dengan kehendak dan maksud Allah swt. Padahal Alqur’an hanya menerangkan
standar ulama itu dengan firmannya: ‘Ulama hanyalah mereka yang takut kepada
Allah swt. “ Sekarang perlu diperhatikan bahwa orang yang tidak mempunyai nilai
(hosyyat) dan taqwa kepada Allah swt sekali-kali tidak patut dipanggil dengan
istilah ulama itu.’ Sebenarnya ‘ulama
itu jamak dari pada ‘alim dan ilmu itu adalah suatu yang betul-betul yakin
dan qot’i. Dan ilmu yang benar terdapat didalam Kitab Suci Alqur’an tidak
terdapat didalam Filsafah Yunani ataupun di dalam Filsafat Britania, melainkan
ilmu yang benar terdapat didalam filsafat iman. Kesempurnaan dan Mi’raj orang mu’min adalah apabila mereka telah sampai
ke peringkat ulama. Dan ia telah meraih kedudukan haqqul yakin yang
merupakan puncak ilmu pengetahuan. Akan
tetapi mereka yang tidak dianugerahi ilmu hakiki dan tidak dibukakan kepada
mereka pintu ma’rifat dan basirat Ilahi boleh
saja menamakan diri mereka ulama namun mereka samasekali kosong dari nilai dan
mutu ilmu pengetahuan hakiki dan tinggi. Mereka tidak memiliki nur atau
cahaya yang terdapat didalam ilmu hakiki. Bahkan orang-orang seperti itu
benar-benar sengsara dan merugi. Mereka penuhi kehidupan akhirat mereka dengan
kabut dan kegelapan. Mereka yang
dianugerahi ilmu hakiki dan basirat Ilahi dan dianugerahi ilmu yang menimbulkan
(hosyyat)Ilahi adalah mereka yang didalam Hadits Nabi saw telah disamakan dengan martabat Nabi-nabi Bani
Israil.’Itulah sebenar-benarnya Ulama.
Keadaan
para Ulama zaman sekarang ada disebutkan didalam Hadits Nabi Muhammad saw., yakni
ulama itu ‘alim hanya menurut pengakuan mereka sendiri namun bukti amal mereka
sedikitpun tidak ada. Beliau saw bersabda: Ulamauhum
syarrum man tahta adimis samaai. Min ‘indihim takhrujul fitnatu wa bihim ta’ud.
Yakni Ulama mereka sejahat-sejahat makhluk di bawah kolong langit sebab semua
fitnah akan keluar dari mulut mereka namun fitnah itu akan kembali kepada
mereka sendiri. Sekarang tengoklah betapa hebatnya kerusuhan dan permusuhan
yang timbul pada zaman ini disebabkan ulah mereka yang menamakan diri Ulama
itu. Hal ini jelas membuktikan bahwa setiap orang yang menamakan diri ulama itu
sedikitpun tidak mempunyai hosyyat Ilahi atau takut kepada Tuhan. Jadi
kita sedang menyaksikan dimana-mana, kebanyakan
timbulnya kerusuhan itu disebabkan ulah orang-orang yang menamakan diri mereka sebagai
ulama itu.
Ilmu hakiki
muncul karena taqwa dan takut kepada Allah swt, sebagaimana Allah wt berfirman
: artinya; Diantara
hamba-hamba-Nya yang paling takut kepada Allah adalah para ‘alim-‘ulama (Al
Fathir ayat 29). Dari firman ini kita tahu bahwa
ilmu hakiki menciptakan hosyyat Ilahi atau rasa takut kepada Allah swt dan Allah swt
telah mengaitkan Taqwa dengan ilmu
hakiki. Seorang yang betul-betul
‘alim pasti timbul hosyyat Ilahi didalam
hatinya. Beliau a.s. bersabda: Yang dimaksud dengan ilmu itu menurut hemat saya
adalah Ilmu Alqur’an bukan filsafat, science atau ilmu lainnya lagi. Sebab
untuk meraih ilmu seperti itu tidak memerlukan Taqwa. Melainkan orang fasiq,
fajir (orang yang berdosa pun) bisa belajar yang begitu begitu juga. Namun ilmu
Alqur’an tidak diberikan kepada siapapun kecuali kepada orang-orang bertaqwa
dan orang-orang yang beragama. Jadi yang dimaksudkan disini adalah Ilmu
Alqur’an yang melahirkan taqwa dan hosyyat Ilahi.
Maka, hendaknya
kita jangan terkelabui begitu saja dengan perkataan dari yang disebut ‘ulama
sebab ‘ulama atau orang ‘alim yang hakiki adalah orang yang takut kepada Allah
swt. Sesungguh tidak diragukan lagi bahwa diantara orang-orang yang takut kepada
Allah swt itulah yang disebut para ‘alim-‘ulama. Didalam hati mereka timbul
penyerahan diri yang kamil dan hosyyat Ilahi juga timbul sedemikian rupa
sehingga dengan sendirinya mereka belajar ilmu dan ma’rifat dari Allah swt.
Kedudukan atau martabat seperti itu dapat diraih dengan patuh-ta’at yang kamil
dan penuh kecintaan terhadap Yang Mulia Rasulullah saw sehingga manusia
tercelup kedalam warna sifat beliau saw. Demikianlah hakikat seorang yang
dikatakan ‘alim atau ‘ulama dan makna dari hosyyat Ilahi mereka. Dari
penjelasan tersebut diatas sekarang kita sudah maklum perbedaan antara ‘ulama
hakiki dan orang yang menamakan diri ‘ulama. Perhatian kita juga terpusat untuk
berusaha mendapatkan Taqwa haqiqi dan menciptakan hosyyat Ilahi didalam
hati kita agar kita menjadi mu’min yang sejati. Dan perintah berjalan diatas
Taqwa tidak ditujukan khusus terhadap sutau golongan atau tingkatan tertentu
melainkan perintah itu bagi setiap orang Muslim. Mengikuti langkah uswah
hasanah Hadhrat Rasulullah saw sangat penting bagi setiap orang. Sebab tanpa
itu kita tidak akan dapat meraih kecintaan Allah swt. Maka didalam bulan suci
Ramadhan ini (1433H, Agustus 2012) dimana Allah swt telah membuka pintu
qurub-Nya dan Dia telah menyediakan suasana dan sarana untuk membantu meningkatkan
taqwa, sarana untuk mengikuti langkah Uswah Hasanan Rasulullah saw dengan
diadakan daras Alqur’an daras Hadis dan
dilaksanakan sunnah-sunnah juga. Kita harus mengambil faedah sebesar-besarnya
dari padanya. Dengan membaca dan mendengar Alqur’anul Karim kita harus berusaha
mencari ilmu dan ma’rifat yang dapat meningkatkan nilai taqwa yang menciptakan hosyyat
Ilahi.
Orang Mu’min
hakiki itu takut kepada Rab-nya dan
beriman kepada Tanda-tanda-Nya. Tanda-tanda Tuhan artinya semua Perintah-Nya,
semua ayat dan mu’jizat yang telah dijelaskan di dalam Alqur’an-ul Karim.
Mengamalkan semua perintah itu sangat penting bagi setiap orang Mu’min. Iman
akan menjadi sempurna apabila disertai dengan amal juga. Dan amal itu menjadi
sarana bagi kemajuan iman dan kemajuan dalam hosyyat Ilahi. Firman-Nya:
Mu’min hakiki yang mempunyai hosyyat
Ilahi tidak mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Namun kadangkala jika tidak
melakukan syirik dengan benda zahir, manusia melakukan syirik khafi (syirik
bathini) juga. Oleh sebab itu diperlukan koreksi yang halus terhadap diri
pribadi kita. Perlu sekali tetap tegak diatas pendirian untuk berkata dan berbuat yang benar. Dalam
perkara ke-empat dijelaskan bahwa mereka mengkhidmati agama juga, mengurbankan
harta dan waktu juga dan mereka juga berusaha mengamalkan hukum-hukum Agama,
namun hati orang mu’min hakiki itu selalu takut sekalipun telah melakukannya
semua, apakah Allah swt mengabulkannya atau tidak. Takut kalau-kalau ada
kesalahan yang tersembunyi atau ada syirk tersembunyi yang menjauhkan keridhaan
Allah swt kepadanya. Atau takut ada perintah yang tidak dilaksanakan atau telah
menunjukkan suatu kelemahan
jangan-jangan menjadi penyebab kurangnya iman. Terdapat sebuah riwayat
dari Hadhrat Aisyah r.a. katanya beliau bertanya kepada Hadhrat Rasulullah saw,
ya Rasulullah! Apakah maksud ayat ini Wal ladziina yuu tuna maa
..... (Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan, sedang hati
mereka penuh ketakutan) manusia boleh melakukan apa yang mereka inginkan
namun mereka selalu takut kepada Allah? Nabi saw bersabda: Bukan begitu hai
Aisyah ! Maksudnya, manusia berbuat amal saleh terus menerus, namun hatinya
selalu merasa takut kepada Allah swt. Maka harus selalu diingat bahwa Allah swt
adalah Ghani tidak memerlukan suatu apapun dari manusia. Dia mau mengabulkan
kebaikan manusia atau tidak terpulang kepada kehendak-Nya. Dia mau mengabulkan
keabaikan seseorang atau tidak Dia mempunyai kehendak sendiri. Oleh sebab itu manusia harus selalu takut
kepada Tuhan, kita tidak boleh merasa
bangga atas amal baik kita.
Hadhrat
Ummi Salma r.a. meriwayatkan tentang
do’a Hadhrat Rasulullah saw ini : Ya
muqallibal quluub tsabbit qolbi ‘ala dinika. Wahai Zat Pengatur kalbu!
Teguhkanlah kalbu-ku diatas agama Engkau. Ketika Hadhrat Ummi Salma
bertanya kepada Rasulullah saw mengapa beliau saw secara tetap membaca do’a
ini. Maka Rasulullah saw bersabda:’ Hai Ummi Salma! Hati manusia bergantung
diantara dua jari Allah swt. Siapa yang Tuhan kehendaki hatinya tetap tegak Dia
tegakkan dan siapa yang Tuhan tidak kehendaki hatinya dibengkokkan. Rasulullah
saw adalah pemberi hidayah kepada kita. Jika beliau saw selalu memanjatkan do’a
seperti itu, yang dengan mengikuti Uswah Hasanah beliau saja manusia dapat
meraih Taqwa haiki dan hosyyat Ilahi dan dapat menjadi kesayangan Tuhan,
maka kita sangat perlu sekali menaruh perhatian sepenuhnya terhadap hal itu.
Salah satu diantara
ihsan-ihsan Yang Mulia Rasulullah saw yang besar adalah beliau
mengajar kita cara untuk memanjatkan banyak do’a-do’a kepada Allah swt. Sebuah
do’a telah diriwayatkan dalam sebuah Hadits di mana Hadhrat Rasulullah saw
senantiasa memanjatkan do’a ini: ‘
Allahumma inni a’udzubika min qolbin laa yakhsya’u wa min du’ain laa yusma’u wa
min nafsin laa tasybau wa min ‘ilmin laa yanfa’u. Wa’audzubika min haaulail
arba’u. Artinya: Ya Allah !
Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari hati yang tidak khusyu’ dan dari
do’a yang tidak didengar, dan dari nafs yang tidak pernah puas dan dari ‘ilmu
yang tidak memberi faedah. Aku berlindung kepada Engkau dari keempat perkara
itu. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita untuk memahami do’a
tersebut. Aamiin ! (Fr.S. 3-8-2012)