Sabtu, 21 Juni 2014

Fadilah - Keutamaan Membaca 2 Ayat terakhir Surah Al-Baqarah

FADILAH - KEUTAMAAN MEMBACA  2 AYAT TERAKHIR  SURAH AL-BAQARAH

Salah satu Sifat Allah Al-Kaafi Yang Maha Mencukupi,  menunjukkan Satu Zat Yang Maha Mencukupi dan tidak perlu lagi mencari jalan lain atau mengharapkan pertolongan dari yang lainnya, selain Allah.  Sifat Allah ini digunakan oleh orang-orang  Muslim untuk menyatakan rasa syukur mereka dan kerendahan hati mereka di hadapan Tuhan.  Itulah Dia, Tuhan Yang memberikan kemampuan kepada kita untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta menghilangkan segala keburukan.  Ada satu Hadits dalam konteks/ hubungan dengan Sifat Ilahi ini:  "Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surah Al Baqarah di malam hari, maka cukuplah baginya." [HR Al-Bukhari]

Terjemahan dua ayat terakhir dari Surah Al Baqarah adalah:  “Rasul kita ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya; dan demikian juga orang-orang Mukmin; semuanya beriman kepada Allah, dan kepada Malaikat-malaikat-Nya,  dan Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, mereka berkata, ‘Kami tidak membeda-bedakan di antara seorang pun dari Rasul-rasul-Nya yang satu terhadap yang lainnya;’ dan mereka berkata, ‘Kami dengar dan kami taat. Ya Tuhan kami, kami mohon ampunan Engkau dan kepada Engkau-lah kami akan kembali.’ (2:285).

Allah tidak membebani seseorang kecuali yang sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang dikerjakannya. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami, jika kami lupa atau kami berbuat salah; ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung-jawab seperti yang telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami karena Engkau-lah Pelindung kami; maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (2:286).

Jika kita merenungkan arti dari ayat-ayat ini, di dalamnya termasuk doa-doa yang memberikan kepada kita perlindungan terhadap segala macam keburukan dan akan menjadi sumber-sarana peningkatan keimanan kita.  Ayat yang pertama adalah satu cara untuk mensucikan jiwa seseorang dan untuk memperkuat keimanan seseorang. Kita harus menyatakan keimanan kita dalam semua rukun iman tetapi bukan hanya sekedar di mulut saja -lip service-, tetapi menanamkan sebuah keteguhan hati yang hakiki di dalam hati kita serta mengamalkan apa yang kami imani itu.  Oleh karena itu, selainnya memiliki suatu keimanan yang teguh dan inklusif, orang-orang mukmin harus beramal atau mengamalkan apa yang diimaninya itu. Beriman kepada Tuhan hanyalah akan menjadi sungguh-sungguh genuine bilamana kita berusaha keras dalam meningkatkan ketakwaan. Beriman kepada para Malaikat hanyalah akan benar dan sungguh-sungguh jika kita meyakini bahwa mereka para Malaikat itu melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka serta melakukan tanggung-jawabnya. Kita harus mengerti bahwa semua Kitab-kitab itu diwahyukan oleh Tuhan (walaupun keadaan Kitab-kitab itu sekarang sudah banyak dirubah oleh tangan-tangan manusia dari zaman ke zaman, kecuali Kitab Suci Al-Quran yang tetap sesuai aslinya)  dimana semua doktrin dan ajaran-ajaran dari Kitab-kitab ini sekarang sudah di preserved atau disimpan dengan baik didalam Kitab Suci Al-Quran yang terus dilindungi sampai akhir zaman. Karasteristik yang unik dari Islam adalah bahwa mempersyaratkan untuk  percaya kepada semua Nabi-nabi; sekali lagi ditekankan mempercayai kepada semua Nabi-nabi, yakni bukan saja kepada Nabi-nabi yang telah datang sebelumnya Nabi Muhammad (saw), tetapi juga kepada Al-Masih yang Dijanjikan (as) yang akan datang setelahnya Nabi Muhammad SAW., dan adalah tugas kewajiban bagi orang-orang Muslim untuk menerimanya juga sebagai seorang Utusan Allah; sebagaimana para Ulama-ulama sekarang sedang menunggu-nunggu kedatangan atau turunnya Nabi Isa Al-Masih di akhir zaman dalam satu cara yang bukannya sebagai sunat-Allah; di mana mereka itu hanya memperlemah kemanan mereka sendiri tetapi juga merusak keimanan orang lainnya. Bilamana kebenaran dari Al-Masih yang Dijanjikan a.s. itu diperlihatkan dan dibuktikan dengan dukungan Kitab Suci Al- Quran, maka semua orang-orang Muslim itu haruslah berusaha keras untuk mencari dan membuktikan kebenaran beliau a.s. ini dan menjadi penerima berkah-berkah dari Allah SWT dengan cara taat kepada-Nya. Semoga Allah SWT. memberikan kemampuan kepada saudara-saudara Muslim untuk dapat mengerti akan penjelasan rinci dari Al-Quran ini, aamiin. Kesimpulannya,  beriman kepada yang tersebut diatas tadi haruslah terus maju dan parallel sesuai dengan komitmennya terhadap semua perintah Ilahi.  . (Fr S. 16-1-2009)

Senin, 16 Juni 2014

MENGAPA MUSAILAMAH DIPERANGI OLEH PARA SAHABAT RASULULLAH S.A.W.

Mengapa Musailamah diperangi oleh para Sahabat Rasulullah SAW.; tidak diperangi ketika Nabi Muhammad SAW masih ada.

MENGAPA MUSAILAMAH DIPERANGI?

Wajib kita mengadakan penelitian,  apa sebab para sahabat r.a. mengadakan perlawanan kepada Musailamah Kazzab. Apakah hal itu dikarenakan  Musailamah Kazddzab telah mendakwahkan dirinya sebagai Nabi atau karena ada hal lain? Jika seorang berkata, bahwa pertempuran para sahabat r.a. dengan Musailamah Kazddzab semata-mata karena dia mendakwahkan dirinya sebagai Nabi, maka kita terpaksa mengatakan, bahwa sesungguhnya  orang tersebut tidak mengenal Tarikh dan Hadits; atau kalau dia memang mengetahui, berarti dia sengaja memprovokasi orang banyak; karena di dalam Hadits disebutkan dengan jelas  sekali bahwa Musailamah Kazzab dan para pengikutnya pergi ke Madinah dan berkata kepada Rasulullah saw.: “Kalau engkau mau menjadikan saya khalifah sesudah engkau, maka saya mau ikut” (seperti tersebut didalam Kitab Hadits “Al-Bukhori”, juga 3 Kissah Aswad Ansi), bunyinya begini:

إِنَّ مُسَيْلَمَةَ الْكَذَّابَ قَدَمَ الْمَدِينَةَ فَنَزَلَ فِى دَارِ بِنْتِ الْحَرْثِ وَكَانَ تَحْتَهُ بِنْتَ الْحَرْثِ بْنَ كَرِيزٍ وَهِيَ أُمُّ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَامِرٍ  فَأَتَاهُ رَسُولُ اللهِ وَمَعَهُ ثَابِتٌ بْنُ قَيْسٍ بْنِ شَمَاسٍ وَهُوَ الَّذِي يُقَالُ بِهِ خَطِيبُ رَسُولِ اللهِ صلعم وَفِى يَدِ رَسُولِ اللهِ صلعم قَضِيبٌ فَوَقَفَ عَلَيْهِ وَكَلَّمَهُ فَقَالَ لَهُ مُسَيْلَمَةُ إِنْ شِئْتَ خَلِيتَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ اْلأَمْرِ ثُمَّ جَعَلْتَهُ لَنَا بَعْدَكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَوْ سَأَلْتَنِي هَذَا الْقَضِيبَ مَا أَعْطَيْتُكَهُ
“Musailamah Alkadzdzab sekali peristiwa datang di Madinah. Dia datang di rumah Binti Al-Harits bin bin Harits, dia adalah ibunya Abdullah bin Amir yang  tinggal bersamanya; maka datanglah Rasulullah saw. beserta Tsabit bin Qais bin Syamas kepadanya (Musailamah Kazzab), yaitu yang orang disebut sebagai khatib Rasulullah saw. Di tangan Rasulullah saw terdapat sepotong ranting kayu. Kemudian Rasulullah bercakap-cakap dengan Musailamah. Lalu, Musailamah berkata: “Jika engkau mau, engkau dapat selesaikan masalah ini, kemudian engkau tinggalkan masalah ini kepada kami sepeninggalmu” Maka jawab Rasulullah saw.: “Sekalipun kamu minta ranting kayu ini, aku tidak akan berikan kayu ini kepadamu”.

Sesudah itu Musailamah Kadzdzab pulang dan dari negerinya ia menulis surat kepada Rasulullah saw. Yang bunyinya begini :

مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللهِ إِلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ سَلاَمٌ عَلَيْكَ  فَإِنِّي قَدْ أَشْرَكْتُ فِى اْلأَمْرِ مَعَكَ وَإِنَّ لَنَا نِصْفُ اْلأَرْضِ وِلِقُرَيْشٍ نِصْفُ اْلأَرْضِ وَلَكِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ
“Bahwa surah ini dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, salam sejahtera atasmu. Saya sudah bergabung  dengan engkau, oleh sebab itu maka sebagian  dari tanah ini untuk saya, dan sebagiannya lagi untuk Quraisy. Akan tetapi kaum Quraisy itu telah melanggar batas”. (Lihatlah “Tibri” juz 4 halaman 1849). Dan lihatlah pula “Hujajul Kiramah” halaman 234).

Dari sini dapat kita ketahui bahwa sebenarnya Musailamah Kadzdzab menginginkan harta dan negera! Tetapi Rasulullah saw. Tidak pernah menyuruh sahabat r.a.. supaya membunuh Musailamah Kadzdzab.

Atas surat itu lalu Rasulullah saw. memberi jawaban, yang bunyinya demikian :

إِنَّ اْلأَرْضَ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Bumi ini akan diwariskan kepada siapa yang dikehendaki (Allah)  dan akibat akhirnya adalah untuk orang-orang muttaki. (lihat Tarikh “Khamis” juz 2 halaman 175).

Lebih jauh kita dapat mengatakan dengan tegas bahwa Rasulullah saw. dan para sahabat beliau sama sekali tidak pernah menyuruh agar membunuh Musailamah Kadzdzab dengan alasan dia mendakwakan sebagai Nabi (penda’waan kenabiannya) itu, seperti terbukti pula dari satu kejadian.

Ketika Rasulullah saw  masih hidup ada seorang bernama Ibnu Shayyad. Orang ini mendakwakan dirinya sebagai Rasul Allah Swt. di hadapan Rasulullah saw. sendiri, tetapi beliausaw sama sekali tidak pernah menyuruh membunuhnya, bahkan waktu Hadhrat Umar ra meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk membunuh Ibnu Shayyad, Rasulullah saw melarang keras.

Sebenarnya hal-hal yang dijadikan para sahabat Rasulullah saw berperang melawan Musailamah Kadzdzab itu  antara lain:
I.                   Musailamah Kadzdzab telah merampas dua buah dusun (desa) namanya Hajar dan Yamamah serta sekelilingnya, padahal kedua dusun itu kepunyaan orang Islam. Di salah satu dari dua tempat itu ada seorang tokoh Umat Islam namanya Sumama bin Asal, yang menjadi Hakim dalam daerah itu. Hakim ini telah diusir oleh Musailamah dan ia sendiri yang menggantikannya. (Lihat Tarikh “Khamis” juz 2 halaman 177).

II.                Kaum Musailamah Kadzdzab (Banu Hanifah) selalu merampoki Banu Amir. (Lihatlah “Tibri” juz 4 halaman 1737).

III.             Musailamah Kadzdzab membuat rumah sebagai Masjidil Haram (Ka’bah) dan rumah itu dijadikan tempat berkumpul para perampok yang telah melakukan perampokan, lalu bersembunyi di dalam rumah itu.” (Lihatlah Tarikh “Tibri” juz 4 halaman 932).

IV.              Musailamah Kadzdzab sendiri telah membunuh seorang sahabat Rasulullah saw. Namanya Habib bin Zaid, karena dia ingkar terhadapnya dan tidak mau percaya kepada kenabian Musailamah. Badan Habib tersebut kemudian dipotong-potong lalu dibakar.(Lihat Tarikh “Khamis” juz 2 halaman 241).


V.                 Ada seorang perempuan namanya Sajab binti Harits yang sangat memusuhi Islam. Musailamah menggabungkan dirinya dengan Sajab, kemudian keduanya bersekongkol untuk menghancurkan semua orang Islam.

VI.              Ada 40.000 orang pengikut-pengikut Musailamah yang mau membinasakan orang Islam dan mereka itu telah datang sampai ke negeri Yamamah.

Karena sebab-sebab inilah maka para sahabat Rasulullah saw  menyatakan perang dengan Musailamah Kadzdzab dan para pengikutnya.

Sekarang kita beralih untuk mengadakan penelitian, apa sebab para  sahabat Rasulullah saw telah memerangi Tulaiha bin Khualid Asdi.
1.       Tulaihah telah murtad dari Islam, semasa Rasulullah saw masih hidup. Sesudah Rasulullah saw wafat dan kerajaan Islam telah berada di tangan Khalifah, maka Tulaiha mengumpulkan lasykarnya di negeri Sumera yang hendak menyerang orang Islam di Madinah. (Lihatlah Tarikh “Tibri” juz 4 halaman 1873).
2.      Tulaihah telah mengirim saudaranya untuk menjadi kepala kumpulan-kumpulan yang memusuhi Islam, seperti Fazara, Gatfan, Thai, Sa’laba, Banu Kahana. Mereka itu berkumpul hendak menyerang negeri Madinah.
3.      Bila Rasulullah saw wafat dan saudaranya mengepalai orang-orang yang telah murtad dari melakukan pembunuhan atas orang Islam, seperti Banu Abas dan Banu Zubian (Lihatlah “Tibri” juz 4 halaman 1877). Orang-orang itu berkumpul di negera Abrab hendak menyerang Madinah (Lihatlah “Ibnu Khuldum” juz 9 halaman 65 dan “Tibri” juz 4 halaman 1873)
4.      Banu Huzarah yang dipimpin Kharja bin Makhsin menyerang. Tetapi kemudian kalah. Lalu dia menggabungkan diri dengan Tulaiha dengan niat hendak menghancurkan Islam.
5.      Ada seorang bernama Ujina bin Hisan, yang kerjanya sering merampas harta orang Islam. Kemudian ia menyatakan dirinya Islam adalah juga  dari golongan Tulaiha. (Lihatlah Tarikh “Khamis” juz 2 halaman 232).
6.      Semua golongan tersebut  sangat banyak melakukan penganiayaan terhadap orang-orang Islam, mereka memotong hidung dan telinga, banyak pula orang-orang Islam yang mereka lemparkan kedalam api dalam keadaan hidup. Untuk menerangkan betapa kejamnya golongan tersebut dalam menganiaya orang-orang Islam, sebagai contoh kongkritnya cukuplah dengan memaparkan kutiban dari Tibri berikut ini:

وَلَمْ يُقْبَلْ خَالِدٌ (بَعْدَ هَزِيمَتِهِمْ) مِنْ أَحَدٍ مِنْ أَسَدٍ وَغَطْفَانَ وَلاَ هَوَازِنَ وَلاَ سَلِيمَ وَلاَ طَئِي إِلاَّ أَنْ يَأْتُوهُ  بِالَّذِينَ حَرِّقُوا وَمَثِلُوا وَعَدُوا عَلَى أَهْلِ اْلإِسْلاَمِ فِى حَالِ رِدَّتِهِمْ
“Bani Asad, Bani Gatfan, Khawazin, Salim, Thai telah memotong-motong telinga dan hidung orang-orang Islam” (Lihatlah “Tibri” juz 4 halaman 1900; “Ibnu Khuldum” juz 2 halaman 194).

7.      Kasa bin Mahsan dan Sabad bin Akram dua orang sahabat r.a. yang masyhur telah dibunuh oleh Tulaiha dan saudaranya. Setelah kedua sahabah r.a. itu mati, lalu diinjak-injaknya pula. (Lihat “Tibri” juz 4 halaman 1888 dan Tarikh “Khamis” juz 2 halaman 230).

Inilah sebab-sebab yang dijadikan alasan para sahabah Rasulullah untuk berperang melawan Tulaiha.

Akhirnya Tulaiha meminta ampun di masa Hadhrat Khalifah Umar ra. Tetapi beliau belum dapat memberi ma’af kepadanya. Pada suatu ketika di dalam satu peperangan, Suranbil ibni Hasna, sahabah Rasulullah saw. berhadapan dengan seorang kafir yang sangat kuat dan tangkas. Orang kafir itu hampir saja menewaskan jiwa Suranbil, tetapi Tulaiha tiba-tiba mencabut senjatanya dan langsung membunuh orang kafir itu, hingga Suranbil selamat. Bila orang-orang Islam mengetahui keadaan itu, maka tahulah mereka bahwa di dalam dada Tulaiha sebenarnya masih ada keimanan kepada Islam. Oleh sebab itu maka orang-orang Islam lalu memberitahukan hal itu kepada Hadhrat Khalifah Umar dengan maksud supaya Hadhrat Khalifah Umar memberi ma’af kepadanya. Akhirnya Hadhrat Khalifah Umar memberi ma’af kepada Tulaiha tetapi dengan perjanjian bahwa Tulaiha seumur hidupnya harus tinggal berdiam diperbatasan daerah Islam, dan kewajibannya ialah untuk menangkis serangan musuh Islam dari luar.

Dari riwayat ini kita mengetahui, bahwa para sahabah Rasulullah saw memerangi Tulaiha, bukan karena soal Kenabian akan tetapi peperangan para sahabah r.a. dengan Tulaiha itu nyatalah dalam persoalan yang berhubungan dengan politik.

Hal ini sengaja ditulis agak panjang dengan maksud اuntuk mencegah kalau-kalau ada orang yang mengatakan, bahwa di dalam agama Islam ada hukum-hukum yang tidak sesuai dengan akal dan kemanusiaan disamping untuk memberantas paham, bahwa Islam meraih kemajuan karena menggunakan paksaan dan peperangan.

Demikian juga para sahabah r.a. telah berperang melawan Aswad Ansi alasannya karena :
1.       Anwad Ansi telah memberontak dan menyatakan kepada amil-amil (pegawai-pegawai urusan zakat) supaya zakat dikembalikan kepada orang yang punya, dan amil itu tidak boleh membawa zakat itu ke Madinah.
2.      Golongan Mazhaj dan Najrah telah dibawa oleh Aswad dan Ansi untuk menyerang negera Yaman dan kemudian membunuh Hakim yang bernama Sahar bin Bazan dan lain-lain orang lagi.(Lihatlah “Tibri” juz 4 dan Tafsir “Kamil” juz 2 halaman 141).
3.      Aswad Ansi telah membunuh Sahar bin Bazan dan kemudian istrinya dikawini oleh Aswad Ansi dengan paksa.
4.      Banu Najran, satu golongan pemberontak yang dipimpin oleh Aswad Ansi telah mengusir dua sahabah r.a. yang mulia, bernama Amar bin Hazam dan Khalid bin Said, keduanya Hakim dinegeri Najran (Lihatlah Tarikh “Kamil” juz 2 halaman 140).

Itulah sebabnya, maka para sahabah Rasulullah saw. telah berperang melawan Aswad Ansi. Jadi, peperangan tersebut bukan karena soal pendakwahan kenabiannya.
                 
Sebagaimana telah diterangkan, bahwa di antara semua kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Aswad Ansi yang terpenting ialah tentang soal pembunuhan atas diri Sahar bin Bazan dan  ia telah mengambil istrinya dengan paksa, hal-hal yang menunjukkan kebuasan dan kebinatangan Aswad Ansi sudah tentu menimbulkan keamarahan golongan  umat Islam. Begitu juga peperangan yang terjadi dengan Lakid bin Malik Azdi yang asal mulanya dia sudah masuk Islam dan kemudian murtad. Setelah murtad, ia membuat kumpulan orang-orang yang terdiri atas keluarganya dan para sahabatnya. Dia lalu mengangkat dirinya sendiri menjadi kepala negeri Aman, sedang kepala pemerintahan Islam yang sebenarnya ialah Jafar bin Abbad, dia telah diusirnya. (Lihatlah Tarikh “Tibri” juz 4 halaman 1977 dan “Ibni Khuldun ” juz 2 halaman 78, “Tarikh Kamil” juz 2 halaman 156).

Dari keterangan-keterangan tadi pembaca dapat mengetahui bahwa semua peperangan yang dilakukan oleh para sahabat  r.a. dan perselisihan itu terjadi karena:
1.       Orang-orang itu mendakwakan Kenabian baru, yaitu menukar segala peraturan-peraturan dan syari’at yang dibawa oleh Nabi  Muhammad Rasulullah saw. Disamping itu dia tidak mengakui kebenaran Nabi Muhammad saw.
2.      Mereka itu mau menjadi Raja Dunia.
3.      Mereka itu mau harta benda.
4.      Mereka itu membunuh orang-orang Islam dan menganiaya perempuan-perempuan.

Inilah dasar-dasar peperangan yang dijalankan, alasan para sahabah Rasulullah saw 

Minggu, 15 Juni 2014

DO'A MOHON PERLINDUNGAN ALLAH SWT UNTUK 4 PERKARA

Do'a  Mohon  Perlindungan  ALLAH SWT.  untuk Empat  Perkara:

Salah satu diantara ihsan-ihsan Hadhrat Rasulullah saw yang besar adalah beliau mengajar kita cara untuk memanjatkan do’a kepada Allah swt. Sebuah do’a telah diriwayatkan dalam sebuah Hadits dan do’a ini sebenarnya untuk kita semua dan setiap orang harus memanjatkan do’a ini. Hadhrat Rasulullah saw senantiasa memanjatkan do’a ini yaitu: ‘ Allahumma inni a’udzubika min qolbin laa yakhsya’u wa min du’ain laa yusma’u wa min nafsin laa tasybau wa min ‘ilmin laa yanfa’u. Wa’audzubika min haaulail arba’u. Artinya: Ya Allah ! Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari hati yang tidak khusyu’ dan dari do’a yang tidak didengar, dan dari nafs yang tidak pernah puas dan dari ‘ilmu yang tidak memberi faedah. Aku berlindung kepada Engkau dari keempat perkara itu. Semoga Allah swt memberi taufiq kepada kita untuk memahami do’a tersebut. Aamiin !  Dari Khutbah Jum’at 3-8-2012:

Jangan Berebut Jabatan/Pangkat Duniawi

Bismillahirrahmanirrahiim

JANGAN  BEREBUT  JABATAN/PANGKAT  DUNIAWI

Alqur-an Surat Al Qashash  - 28 - ayat  84:


Tilkad daarul aakhiratu naj’aluhaa lil ladziina laa yuriiduuna ‘uluwwan fil ardhi wa laa fasaadaw wal ‘aqibatu lil muttaqiin.

Inilah Rumah Akhirat. Kami sediakan itu bagi orang-orang yang tidak berebut kedudukan di dunia, dan tidak pula berbuat kekacauan.  Dan kesudahannya yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
This is the home of the Hereafter. We give it to those who seek not self-exaltation in the earth nor corruption.  And the good end is for the righteous.

Hadits  (Riadhus Shalihin I Cetakan ke-20, hal. 502) :   
Abu Said (Abdurrahman) bin Samurah r.a. berkata: Y.M. Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: Ya Abdurrahman bin Samurah, janganlah menuntut kedudukan dalam pemerintahan,  karena jika kau diserahi jabatan tanpa memintanya, maka kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri.  Dan apabila kau telah bersumpah untuk sesuatu (seperti umpamanya semacam berjanji dalam ‘kontrak politik”) yang kemudian ternyata jika kau lakukan yang lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakanlah yang lebih baik.


Mersela, 5 Juli 2009 – Kawalu,  16 Juni 2014.

Tiada Suatu Jiwa dapat Memikul Beban Jiwa Lain

Tiada suatu jiwa dapat memikul beban / dosa jiwa lain


Wa laa taziru waaziratuw wizra ukhra.  Wa in tad’u mutsqalatun  ilaa himlihaa laa yuhmal minhu syai-uw wa lau kaana dzaa qurbaa ......  Dan tiada jiwa/orang berbeban  dapat memikul beban/dosa orang lain; dan jika jiwa berbeban berat berseru kepada orang lain untuk memikul beban dosanya, tidak akan dipikul sedikit pun  darinya, meskipun ia kerabatnya sendiri .....  (Alqur’an 35:18)  juga 6:164, 39:7 dan 53:38.

DO'A untuk Kesembuhan Orang yang Sakit

DO'A  untuk Kesembuhan Orang yang Sakit

Robbunalladzii taqquddasa ismuka amruka fis-samaa-i  wadz-al rahmataka fil ardzi.  Robbanaaghfirlanaa dzunuubaanaa wa ahtayannaa wa anta rabbuth-thayyibiin. Andzil rahmatan wa rahmatika wa syifaa-an alaa syifaa’uka ala hadhal wadzii; ya syafii - ya syafii - ya syafii,  ya lathiif - ya lathiif - ya lathiif, aamiin – aamiin – aamiin ya rabbal 'alaamiin.

اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ فَأَنْتَ الشَّافيِ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً

 ALLAHUMMA ROBBANNAS ADZHIBILBA' SA ISYFI ANTASYSYAFI LA SYIFAUKA SYIFA' AN LA YUGHODIRU SAQOMAA