Sabtu, 29 Maret 2014

Bahaya Barang Dalam Alat/Sarana Transportasi

(F Y I)   AWAS  BAHAYA  KERACUNAN  DALAM  ALAT  TRANSPORTASI
Istri pulang dari Bandung (Senin, 24-3-2014); temannya di Cicalengka membeli tape singkong 2 kg;  ternyata dalam mobil terasa pening/ puyeng sehingga AC dimatikan dan jendelanya di buka, untung perjalanan yang terasa melelahkan itu yang melewati daerah Garut udaranya cukup dingin.

Sekitar tahun 2004 sebuah Mercy tua terparkir lama di turunan jalan Ciharendong sekitar 3 KM ke arah Kuningan dari Cirebon;  karena merasa curiga orang melongok ke dalamnya, ternyata ada 4 orang dan semuanya sudah meninggal yang diperkirakan keracunan asap knalpot dan keterangan belakangan penyebab kematian / pingsannya semua ke-empat orang2 tersebut secara bersama-sama adalah karena keracunan gas dari tape peuyeum  singkong yang mereka borong di jalan dan ditaruh dalam jumlah yang banyak di dalam bagasi, padahal AC mobilnya tidak beres. Kiyai-kiyai ini katanya baru pulang dari Jakarta, karena ada masalah pada AC mobil dikabarkan mobil ini masuk ke bengkel di Cirebon sebelum melanjutkan perjalanannya ke Ancaran Kuningan.

Jadi kalau ada pesawat terbang yang membawa barang berbahaya yang bisa mengeluarkan gas beracun seperti battery lithium dalam jumlah yang amat banyak dalam bagasi pesawat yang karena tekanan atau impact yang membuatnya battery lithium itu bocor (karena dibawa tidak sesuai prosedur keselamatan) dan meledak secara berantai, sehingga udara beracun itu masuk ke dalam cabin cockpit dan mungkin juga masuk di cabin penumpang.  Kita tidak tahu, apakah bawaan 3 – 4 ton buah manggis dalam bagasi pesawat bisa memperparah keadaan? Wallahu-alam!

Bilamana dalam kasus Pesawat MH-370 tanggal 8 Maret 2014 hari Sabtu sekitar jam 01.25 pagi itu udara beracun telah membuat seluruh crew di cockpit pingsan secara bersamaan, dan sebelumnya benar-benar pingsan pilot berusaha memutar balik pesawatnya untuk kembali ke KL, inilah salah satu kemungkinannya.  Kemudian kalau manusia sedang mendekati ajalnya, seperti halnya orang yang sedang tenggelam, ia akan berusaha meraih apa saja yang bisa dijangkaunya, termasuk menarik tuas accellerator engine yang ada didepannya, yang membuat membuat pesawat naik ke atas dari ketinggian sekitar 30 ribu kaki sampai pada ketinggian 45.000 kaki; demikian katanya.  Secara bersamaan barangkali, sekali lagi barangkali, semua tombol2 yang ada, mereka coba raih sehingga membuat semua alat sistem komunikasi menjadi terputus.
Setelahnya orang-orang tersebut meninggal,  seperti halnya keempat orang Kiai Ancaran Kuningan yang ada dalam mobil Mercy tua di atas, maka pesawat yang tuas acceleratornya sudah terlepas dari tangan pilot/ copilot maka pesawat akan menurun kembali (pada ketinggian 6000 kaki /22000 kaki?) dan terus melayang-layang seolah-olah dikendalikan secara (pilot) otomatis melewati Lautan Hindia, Andaman dst., sampai bahan bakar Avtur yang dibawa untuk tujuan Beijing (6-7 jam) plus cadangan untuk 2 jam terbang untuk tujuan landasan alternatif itu habis dan barulah pesawat akan nyungsep ke laut.  Dimana pesawat itu jatuh, maka serpihan2 pesawat-nya setelah  3 – 4 minggu pasti akan ada yang mengapung sampai di pantai juga; ini karena luasnya dan jauhnya Samudra Hindia.

Sementara itu para ahli2 dunia sekarang sedang memanfaatkan kesempatan melakukan survei dasar laut Samudra Hindia di koridor Selatan tersebut dan areal lainnya, yang pasti data2nya nanti akan bermanfaat untuk keperluan Teknologi. Untuk diketahui, dalam keadaan normal, di teritorial Kelautan di Indonesia untuk melakukan survey kelautan untuk eksplorasi, pengeboran atau pemasangan anjungan kegiatan minyak itu harus terlebih dahulu mendapat izin khusus dari Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (Biro Susmar / Khusus Maritim), dengan persyaratan lengkap seperti nama dan klasifikasi Kapal atau Pesawat Survey, peralatan survey yang akan digunakan, nama dan paspor tenaga-tenaga ahli, areal wilayah dan jangka waktu survey dsb.  
PPSi - Kawalu / 26-3-2014

Tidak ada komentar: