Sabtu, 09 Februari 2008

KHUTBAH JUM'AT 1-2-2008; NABI ALLAH MENSUCIKAN ORANG-ORANG (2)

KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba
Tanggal 1-2-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London, United Kingdom
Nabi Allah mensucikan Orang-orang (2)

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. menilawatkan ayat-ayat dari Kitab Suci Al-Qur’an:


Surah Al-Baqarah ayat 130:
“Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka dan yang mengajarkan himah kepada mereka dan akan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”

Surah Al-Baqarah ayat 152:
Sebagaimana telah Kami utus kepadamu seorang Rasul dari antara kamu dan mensucikan kamu dan mengajar kamu Kitab dan Hikmah, dan mengajar kamu apa yang belum kamu ketahui.

Kedua ayat yang baru saya bacakan ini, di dalam ayat yang pertama merupakan doa dari Hadhrat Ibrahim a.s., yang pokok pembahasannya sudah diterangkan di dalam dua khutbah yang lalu dan ayat yang kedua adalah pengumuman dari Allah Taala bahwa Kami sudah mengirim Nabi tersebut yang merupakan perwujudan dari dikabulkannya doa ini. Nabi tersebut adalah yang dari keturunannya Hadhrat Ismail a.s. yang ditakdirkan untuk membawakan satu revolusi yang besar di dunia dan yang telah beliau lakukan. Dalam doa ini keempat perkara yang dimintakan oleh Hadhrat Ibrahim a.s. itu beberapa butir mengenai hal ini sudah saya terangkan sebelum ini. Ketika memulai pokok bahasan ini beberapa Jum’at yang lalu, secara singkat saya telah terangkan bahwa pada kata-kata dari kalimat doa ini yang dimintakan kepada Allah Taala dan dalam kata-kata di dalam pengumuman yang dibuat oleh Allah Taala berkenaan dengan pengabulan-Nya dari doa ini, di sana terdapat sedikit perbedaan di dalam urutannya. Ada satu kebijaksanaan yang besar di balik ini dan tidak ada perbuatan dari Tuhan Maha Bijaksana, Allah Yang Hakiim, yang tanpa sesuatu alasan. Jadi, di sini bukannya hanya urutannya saja yang dirubah dengan tanpa alasan, ataukah tanpa ada penyebabnya untuk itu. Ke-4 sifat dari Nabi yang agung ini, yang sudah saya terangkan, di sini ada satu keistimewaan yang besar, yang tak ada tara bandingannya yang dapat dilihat dari sana dan inilah kualitas yang sangat istimewa dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. . Sebagaimana yang sudah saya katakan sebelumnya ketika saya memulai pokok bahasan ini, bahwa saya akan menerangkan perbedaannya yang ada di sana dan itulah butir perkara yang saya akan ambil pada hari ini.
Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, di sana ada 2 tempat di mana subyek yang sama ini telah disebutkan, yang pertama di dalam Surah Aali Imraan ayat 165:

Sesungguhnya, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika membangkitkan kepada mereka seorang Rasul dari antara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah; dan, walaupun sebelum itu mereka sesungguhnya ada di dalam kesesatan yang nyata.

Bahwa Allah Taala telah memberi satu karunia nikmat yang besar kepada orang-orang mukminin, yaitu bahwa Dia telah membangkitkan seorang Nabi dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur’an dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, padahal sebelumnya mereka itu jelas-jelas ada di dalam kesesatan yang nyata.
Di tempat lainnya, yaitu dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3, di mana Allah Taala berfirman:
Dialah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Dia-lah Yang telah membangkitkan di antara orang-orang yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka itu berada di dalam kesesatan yang nyata. Bahkan di 3 buah tempat lainnya, sebagaimana yang saya sudah katakan sebelumnya, bahwa urutannya pada saat doa itu dipanjatkan dan urutannya ketika doa ini dikabulkan, di sana ada sedikit perbedaan di dalam urutannya.
Di dalam doanya Hadhrat Ibrahim a.s. itu tentang pensucian ini disebutkan di belakang; sedangkan ketika Allah Taala mengatakan bahwa Aku telah menerima doa tersebut dan Nabi yang dimintakan dalam doanya Hadhrat Ibrahim a.s. itu adalah bahwa Nabi ini akan mengerjakan semua perkara ini, yang semuanya ini disebutkan setelahnya pen-sucian. Atas butir ini beberapa orang ahli tafsir juga telah memberikan beberapa penjelasan, tetapi Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. telah menerangkan butir perkara ini dalam rincian yang detail sekali; sebagaimana yang saya katakan para ahli tafsir lainnya itu, mereka tidak masuk sampai sebegitu rincinya. Sebagai contohnya Allama Wulusi menulis bahwa pen-sucian ini dibawa di antara kedua peran dengan maksud bahwa untuk mengatakan tentang 4 perkara itu yang jangan diambil menjadi satu, melainkan semuanya itu merupakan 4 perkara yang terpisah. Setiap perkara ini merupakan satu anugrah kebaikan dan kebajikan dari Allah dan butir yang kedua adalah bahwa tilawati-ayat pembacaan dari ayat-ayat itu disebutkan pada pertama kalinya karena untuk pensucian itu adalah perlu untuk mempersiapkan orang-orang ini dan setelahnya itu baru disebutkan pen-sucian di sana. Inilah kualitas pertama yang orang-orang mukmin itu harus menjalankan yang satu ini, karena untuk menjalani perkara-perkara yang baik itu, maka orang itu perlu untuk meninggalkan hal-hal yang buruk. Setelahnya itu, taklim yakni memberi pelajaran ada disebutkan di sana dan tazkiyah ada disebutkan sebelumnya itu sehingga hal itu menjadi jelas bahwa dengan menjalaninya itu akan menjadi lebih mudah. Beberapa ahli tafsir lainnya, mereka juga masuk dalam diskusi secara singkat mengenai ke-4 urutan perkara yang disebutkan di sana itu.
Untuk menjelaskan perkara ini, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. telah masuk pada yang lebih rinci lagi dan saya memanfaatkannya dari sana di mana saya akan menerangkannya hari ini. Di dalam doanya dari Hadhrat Ibrahim a.s. yang didasarkan atas butir ini bahwa Nabi ini dibangkitkan yang kemudian ia harus menyajikan wahyu yang diturunkan kepadanya dan kemudian beliau membacakan Tanda-tanda yang diberikan kepadanya dengan kebajikan, kebaikan dan mukjijat-mukjizatnya. Setelah itu sebagaimana yang ada dalam perintah yang diturunkan beliau selanjutnya menerangkan tentang hikmahnya dari itu dan akhirnya orang-orang yang mendengarkan pada ayat-ayat tersebut dan mukjizat-mukjizatnya, ketika sudah melihatnya dan mengerti akan perintah-perintah tersebut maka kepada Jamaah yang diciptakan oleh Allah Taala itu mensucikan Jamaah ini. Jadi inilah Jamaah dari orang-orang yang disucikan yang kepadanya pesan amanah ini ada di sana dan mereka itu akhirnya menjadi sukses dan berjaya. Jadi inilah alasan mengapa tazkiyah, pensucian itu diletakkan pada akhir dari doa Hadhrat Ibrahim a.s. Susunan konstelasi ini diambil terhadap orang-orang yang lemah dalam keimanannya, namun susunan urutan yang difirmankan oleh Allah Taala itu bahwa pensuciannya itu diletakkan sebelumnya perihal kemajuan ilmu. Aspek lainnya tentang ilmu dan pengertian mereka menyebutkannya di akhirnya. Perkara penting yang disebutkan di sini adalah peningkatan mereka dan pensucian dan pengertian spiritual mereka, yang adalah sangat penting bahwa mereka itu harus memiliki kepercayaan penuh atas wahyu dari Allah Taala itu. Bilamana iman kepada yang ghaib ini ada di sana maka dalam dalam hal demikian itu kepada mereka akan diberikan kekuatan dalam hatinya yang akan dapat melihat Tanda hiburan yang diberikan kepada mereka itu. Ketika Tanda-tanda dan mukjizat ini terlihat oleh orang-orang itu dan mereka akan meningkat di dalam pensucian jiwa dan dirinya maka bersamaan dengan ini dan dengan kemajuannya itu mereka akan berusaha untuk mendapatkan kualitas dari Allah di dalam perjalanan mereka itu. Dengan menjalani kualitas-kualitas tersebut maka kemudian mereka akan terus meningkat maju di dalam keimanannya. Segala keserakahan pribadinya akan sama sekali hilang sirna. Jadi, inilah alasannya mengapa tazkiyah itu disebutkan sebelumnya Kitaab dan hikmah. Karena membaca Kitab dan untuk menemukan kebijaksaannya dari itu adalah merupakan ilmu pengetahuan secara umum dan prosedur yang normal dalam mencari ilmu pengetahuan itu. Itulah sebabnya mengapa perkara ini disebutkannya di belakang.
Allah Taala telah memberi petunjuk bahwa tujuan dari hidup sesorang itu bukanlah untuk mencari hikmah dari semua perintah ini, tentang shalat dan naik haji dan zakat yang telah ditetapkan itu. Tujuan hakikinya adalah pensucian. Jika ada seseorang yang terus menerus melakukan shalat yang lama sekali dan hatinya tidak menjadi bersih maka ia itu tidak melakukan reformasi dirinya sendiri; jika ia memberikan zakat tetapi dari perolehan yang tidak halal atau jika ia pergi naik haji tetapi yang tujuannya itu adalah agar orang-orang itu tahu bahwa ia itu naik haji atau jika datangnya ke Mekkah itu untuk mendapatkan manfaat bagi bisnisnya, karena ada orang-orang yang kadang-kadang melakukan perjalanan haji itu untuk keperluan ini. Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. mengatakan bahwa saya pergi ke Mekkah ketika saya masih seorang anak kecil yang juga melakukan haji, saya bertanya kepadanya yang tidak melakukan shalat di mana ia itu hanya menghabiskan waktunya saja di sana. Saya katakan kepadanya apakah Tuan datang untuk haji? Ia mengatakan ya; saya punya bisnis, punya toko di sini dan untuk keperluan inilah saya itu pergi haji. Orang lainnya yang pergi haji dan ketika datang ia memperoleh banyak kemajuan dan bisnisnya pun menjadi bagus, jadi saya itu datang ke sini adalah untuk tujuan ini bahwa bisnis saya ini akan berkembang dan jauh lebih maju lagi. Jadi demikianlah keadaan dari orang-orang tersebut, yang kadang-kadang pergi haji itu. Jika jamaah haji ini adalah orang yang semacam ini maka akan menjadi sia-sialah bagi mereka itu, bagaimana ia akan dapat bekerja mengikuti ajaran dari Kitab ini.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menyebutkan tentang orang yang melakukan ziarah haji ini bahwa ia berlaku kikir bagi orang lainnya dan orang ini sepulangnya dari haji itu ia menjadi orang yang sangat kaya-raya; kemudian ia meminta kepada pembantu perempuannya bahwa engkau bawalah barang-barang yang saya bawa pulang dari haji itu, kemudian ia mengatakan letakkanlah barang-barang ini di atas nampan itu dan bawalah ke sini barang yang saya bawa dari haji itu. Kemudian ia pun terus melakukannya seperti yang ia bawa dari perjalanan hajinya yang pertama kemudian untuk yang kedua kalinya dan untuk haji yang ketiga kalinya. Jadi tujuannya adalah untuk mengatakan kepada orang-orang bahwa ia itu sudah melakukan perjalanan haji. Orang-orang mengatakannya bahwa keadaanmu itu sangat menyedihkan dan tercela; engkau sesungguhnya telah menghancurkan semua sawab dan ganjaran dari perjalanan hajimu itu.
Jadi perkara untuk mengerti itu di sini adalah tentang tujuan untuk bekerja dan melakukan ajaran dan semua perintah dan Kitab ini adalah utamanya untuk pensucian jiwa seseorang. Apa pun yang orang itu kerjakan tujuan akhirnya adalah harus seperti itu. Oleh karena itu, tazkiyah pensucian itu dipraktekkan di atas semua perkara tadi. Inilah sebabnya bahwa orang-orang yang pengikut Nabi yang agung saw. ini mereka mensucikan hatinya. Ajaran yang diturunkan melalui wahyu hari demi hari di mana standard dari ke-shalehannya pun menjadi meningkat, tetapi pensucian dari hati itu sudah ada di sana. Tentu saja ini pun akan terus meningkat tetapi hati mereka itu sudah dibersihkan dari segala macam keburukan dan dosa. Pada hari pertama kali mereka memperoleh pensucian dari hati ini, itulah sebabnya mengapa mereka memecahkan guci-cuci yang berisi minuman dan anggur itu. Jadi, perkara yang hakiki itu adalah pensucian dari hati, pensucian dari jiwa seseorang itu dikerjakan oleh Nabi Allah Taala yang agung ini. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., sosok pribadinya dan setiap tindakan yang dilakukan oleh beliau, semua pekerjaan yang ia lakukan adalah merupakan semacam petunjuk bagi orang lainnya. Semua orang-orang yang berada di sekeliling beliau saw., seperti Hadhrat Khadijah, Hadhrat Abu Bakar dan lain-lainnya, mereka itu segera mengikut pada beliau begitu mereka itu tahu bahwa wahyu itu diturunkan di sana di mana mereka itu terus meningkatkan perbaikannya dalam pensucian dan keyakinannya. Mereka itu tidak mencari alasan untuk mengatakan tidak atau memberikan argumentasi. Hadhrat Abu Bakar Siddiq r.a. waktu itu berada jauh dari Mekkah dan ketika kembali ke Mekkah maka ada orang yang mengatakan kepadanya bahwa temanmu itu sudah membuat pernyataan begini begitu. Beliau langsung datang menemui Nabi Muhammad dan menanyakan apakah benar engkau membuat pernyataan semacam itu? Y.M. Nabi Muhammad saw. berusaha untuk menerangkan alasannya dari penyataan itu. Hadhrat Abu Bakar mengatakan saya tidak ingin mendapatkan penjelasan tentang ajaran atau hikmah dari pernyataanmu itu, saya sudah tahu engkau sejak kecil dan orang yang sebersih itu tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Oleh karena itu ayat-ayat ini sebenarnya semuanya menerangkan kepada kita kualitas itu menampak pada setiap dan semua perbuatan dari orang tersebut yang akan mensucikan hati mereka itu. Ada orang-orang lainnya yang sama sekali mahrum atau mereka ini tidak mendapatkan petunjuk walaupun sudah melihat semua wahyu-wahyu dan alasan dari wahyu ini. Kata Kitab ditaruh sebelum kata hikmah karena orang yang dengan keimanan yang baik, dengan keimanan yang teguh ia itu dapat melihat apa perintah dari Allah Taala itu dari orang-Nya yang tercinta. Jadi, ia itu dengan mudah saja setuju dengan apa yang sudah saya dengar dari perintah tersebut dan saya menyerahkan diri saya sepenuhnya pada perintah ini dengan sepenuh hati dan jiwa saya. Dengan bekerja mengikuti setiap dan semua perintah tersebut maka hati itu akan disucikan. Apa pun juga yang diwahyukan kepada engkau kami percaya bahwa disana itu pasti ada kebijaksanaan di dalamnya, apakah saya sudah dapat mengerti ataupun tidak. Tujuan kami hanyalah untuk mendapatkan ridha dari Wujud Tunggal yang kecintaan kami yaitu Allah Taala. Syaratnya ini adalah dengan mengikuti setiap dan semua apa yang dikatakan oleh Nabi Allah yang agung ini; apa pun tentang instruksi ini, kami akan memperoleh rincian penjelasannya kemudian nanti. Tetapi sejauh mengenai ketaatan itulah yang kami segera laksanakan. Mereka orang-orang yang pikirannya banyak berfalsafah atau orang yang lemah dalam keimanannya, mereka ingin tahu apa alasannya sejak dari semula.
Tetapi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah mengatakan tentang diin-ul-ajaiz yang untuk alasan inilah bahwa seseorang itu jika terlibat dalam diskusi secara filsafat atau mencari-cari alasan-alasannya dan apa kebijaksanaannya, maka ia itu tidak akan mendapatkan keimanan dan tidak dapat dikatakan bahwa ia itu ada sesuatu kemajuan dalam keimanannya. Sebagai kenyataannya, jika kesombongan ini ada di sana maka orang itu akan mahrum dari keberkahan-keberkahan dalam beriman pada realitas-realitas yang pasti ini. Untuk mendapatkan hikmah, seseorang itu tidak perlu beriman. Orang yang keimanannya terkungkung pada dalil-dalil argumentasi dan alasan-alasan maka sebenarnya ini adalah satu tanda dari lemahnya iman. Jadi pensucian di tangan Nabi itu di mana perintahnya untuk mengikutinya serta untuk mendengarkan akan apa yang Nabi katakan serta berusaha untuk mensucikan diri kalian, maka demikianlah sebenarnya bagaimana orang-orang yang kokoh di dalam keimanannya, di mana mereka akan selalu melakukannya seperti demikian.
Orang-orang yang lemah dalam keimanannya, dalam mencari kebijaksanaan itu mereka berusaha mencari tahu apa alasan-alasannya. Oleh karena itu, Allah Taala menurunkan ajaran ini melalui wahyu kepada Nabi di mana hikmah itu dengan secara pasti ada disebutkan di sana. Tetapi ini adalah merupakan sifat fitur yang amat menonjol dan istimewa dari ajaran yang dibawa oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. ini yang merupakan sebuah ajaran yang sangat paripurna bagi semua macam orang-orang dan di sana ada peluang bagi seseorang untuk lari menjauh dari itu. Sebagaimana yang saya katakan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyebutkan tentang diin-ul-ajaaiz bahwa keimanan yang sederhana itu harus sudah ada di sana. Inilah sebenarnya jalan di mana orang-orang yang dengan keimanan yang sempurna mereka itu selalu mengambil jalan ini. Kami itu harus selalu berusaha untuk memperkokoh keimanan kami dan yang setelahnya itu segera kami juga akan mampu untuk dapat mengerti akan hikmahnya dari itu.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa kata dari Allah Taala itu mengajarkan kepada kami pertama-tamanya engkau itu harus beriman dan percaya di mana engkau akan mendapatkan keselamatan sebagai hasilnya dari itu. Ini bukanlah perintah yang diberikan kepada kami bahwa doktrin apa pun atau butir kepercayaan yang engkau temukan, argumentasi, dalil-dalil filsafat dan dengan dalil yang amat kuat yang harus dipegang olehmu seperti halnya dengan angka-angka satu ditambah satu menjadi dua; maka dalil secara matematika seperti yang demikian itu tidak akan diberikan. Jika mereka itu tidak percaya maka hal itu tidaklah benar di mana ajaran ini harus dimengerti dan masuk di dalam hati dan tidak dengan macam dalil yang secara teknikal ini. Tetapi setiap kebenaran itu, bilamana dibuat dengan jelas dan dimanifestasikan maka dengan sendirinya orang itu akan mempercayainya, apakah hal itu dikatakan oleh seorang Nabi atau oleh seseorang yang bukan Nabi. Dapat dikatakan bahwa jika engkau itu menginginkan sesuatu hal yang dibuat jelas kepadamu maka siapa pun orang yang mengatakannya pada umumnya orang itu akan mempercayainya. Sehingga bukanlah benar-benar iman yang dibungkus sampai mereka itu percaya pada yang ghaib, jadi, seorang yang non-Nabi, atau bukan Nabi pun jika ia mengatakan hal tersebut orang akan mempercayainya. Bahkan orang yang punya karakter buruk pun jika ia mengatakan tentang sesuatu maka pada umumnya orang akan percaya. Bilamana kita itu menerima sesuatu yang dikatakan oleh seorang Nabi bahwa seuatu harus seperti ini bahwa walaupun hal itu haruslah sesuatu seperti ini yang berkaitan dengan kebenaran. Tetapi barangkali ada orang yang terdorong pada pikiran ini bahwa barangkali ada sesuatu yang salah di sana. Dengan secara jelasnya banyak sekali kebenaran yang ada di sana, tetapi bagi orang-orang yang lemah di dalam pengertiannya dan orang-orang yang tidak merenungkannya dengan baik maka mereka itu akan sampai pada sesuatu yang tidak benar dan yang palsu.
Orang-orang yang mengikuti kebenaran dan mereka yang beranggapan bahwa Nabi itu adalah benar, dikarenakan oleh pendapatnya yang baik dan pemikirannya yang baik maka mereka itu akan mendapatkan pahalanya untuk itu. Inilah intisari pokok dari ajaran yang disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Sedangkan ahli filsafat itu tidak berjalan pada jalan ini di mana mereka itu selalu mengikut pada ajaran sedemikian yang dengan mengikutinya itu ingin dibuat sedemikian jelasnya dari dalil-dalil dan argumentasi duniawi. Tetapi haruslah diingat bahwa Allah Taala itu telah meminta kepada kami bahwa orang itu harus beriman dan percaya kepada yang ghaib. Allah Taala telah memberikan kepada mereka untuk beriman kepada yang ghaib. Dengan tanpa mengikuti jalan ini dan dengan tanpa naik ke atas pada tangga ini maka mereka itu tidak akan memperoleh keimanan yang sejati. Orang-orang yang benar-benar berusaha naik pada tangga ini maka mereka itu akan mampu melihat perwujudan manifestasi yang amat jelas akan sifat-sifat Ilahi itu. Hal tersebut akan meng-anugerahkan kepada mereka kepuasan yang sempurna pada hati mereka. Orang-orang ini kemudian akan mempercayai pada perintah dari Allah Taala di jalan ini yaitu yang diberikan kepada mereka melalui seseorang yang adalah pembawa pesan hakiki di mana kemudian mereka itu akan benar-benar memiliki keimanan yang sejati yang untuk itu mereka akan mendapatkan ganjaran-Nya. Inilah sebabnya mengapa seorang beriman yang sejati itu yang kemudian perintah-perintah ini datang kepadanya dengan melalui Nabi atau melalui wahyu yang datang kepada mereka atau kabar yang diberikan kepada mereka atas kehendak-Nya. Jadi, jika ia itu menerima semua hal ini bahwa ini semuanya itu datang dari padanya dari seorang orang yang benar yang telah menyampaikan pesan amanah ini dari Allah Taala. Nabi menerima pesan amanah ini dan ia pun menyampaikan pesan yang sama kepada kita. Setelahnya itu akan diberikan pengertian dan persepsi yang sempurna dan lengkap dari perintah tersebut dan itulah sebabnya mengapa Allah Taala itu telah membuat aturan seperti ini kepada orang-orang-Nya bahwa pertama-tama mereka itu harus beriman, harus percaya pada yang ghaib, di mana mereka itu harus termasuk orang-orang yang berserah diri dan setelahnya itu baru mereka itu akan memperoleh derajat tertinggi dengan pengertian dan pembelajaran yang lebih dan lebih mendalam lagi di mana tingkatan ini akan datang kemudian nanti. Pertama-tama dari penyerahan diri ini adalah sami’na wa atto’naa inilah yang amat penting dan esensial bahwa kami mendengar dan kami taat. Setelahnya itu ia akan menemukan kebijaksanaan dan hikmahnya serta alasannya dari itu. Tetapi sayangnya orang itu bersifat tergesa-gesa dan tidak mengikuti jalan ini. Allah Taala memberikan janji ini di dalam Kitab Suci Al-Qur’an bahwa setiap orang yang mengikuti keimanannya, yang mempercayai pada pesan amanah yang diberikan oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. dengan melalui usahanya jika ia ingin menemukan lebih banyak realitas kebenaran maka pintu wahyu akan dibuka bagi orang ini. Pertama-tamanya adalah perlu, essensial untuk beriman dan percaya dan kemudian dengan usahanya itu Allah Taala akan mewahyukan lebih banyak lagi hikmah kebijaksanaan yang lebih banyak lagi kepada orang ini. Kemudian derajat dia akan ditingkatkan selangkah demi selangkah sampai pada pengertian akhir yang sepenuhnya dari perkara tersebut. Jadi, inilah jalan yang harus diikuti oleh orang-orang yang ingin menyempurnakan keimanannya.
Ada satu perbedaan dalam doanya Hadhrat Ibrahim a.s. dan caranya Allah Taala mengabulkan doa tersebut di dalam kata-katanya itu, jadi ada lagi satu perbedaannya. Hadhrat Ibrahim a.s. di akhir doanya menyebutkan innaka antal azizul hakiim bahwa sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana; yang kemudian Allah Taala menerima hal ini yang kemudian di akhirnya Dia berfirman bahwa Allah Taala mengajarkan kepada engkau apa yang belum engkau ketahui.
Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. memberikan jawaban dari itu bahwa Hadhrat Ibrahim a.s. itu meminta dari Allah Taala sesuai dengan pengertiannya seperti apa saat itu, di mana Nabi ini ditakdirkan untuk dibangkitkan dan yang kemudian ajarannya itu akan terus berlangsung sampai hari Kiamat dan terus mensucikan orang-orang dan mengajar kepada mereka hikmah kebijaksanaan juga. Di zaman itu dan apa yang diperlukan di zaman itu saudara-saudara pun mengetahuinya, oleh karena itu doanya itu adalah Ya Allah saya berdoa kepada Engkau bahwa di bawah sifat Engkau ‘Aziiz’ dan ‘Hakeem’, yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana, Engkau memenuhi keperluan untuk saat itu. Allah Taala mengabulkan doa ini, yang dengan jalan ini maka Nabi itu akan mengerjakan: wa yu’allimukum maa lam takuunuu ta’lamuun, dan mengajarkan kepada kamu apa-apa yang belum kamu ketahui (2:152) yang juga ditambahkan di sana pada ujungnya, bahwa Nabi itu akan mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui. Jadi, oleh karena itu ajaran yang diberikan kepada Nabi Allah yang agung ini di dalamnya diberikan ajaran yang engkau belum ketahui sebelumnya. Di dalam ajaran ini ada beberapa perkara yang berada di atas apa yang sudah termasuk di dalam Kitab-kitab sebelumnya; ada beberapa hal yang orang akan mengetahuinya dengan berjalannya waktu di mana ia hanya menyandarkan perkara itu pada saatnya nanti. Beberapa perkara ini sudah saya sebutkan di dalam khutbah saya yang lalu. Allah Taala di dalam Kitab Suci Al-Qur’an telah menyebutkan tentang mukhtamat dan muthasbihat. Sebagaimana Allah Taala berfirman:
Surah Aali ‘Imraan ayat 8:
Dia-lah Yang menurunkan Kitab kepada engkau, di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, yang jelas artinya dan pasti keterangannya, itulah dasar-dasar Kitab, dan yang lain adalah ayat-ayat mutasyabihat, yang memungkinkan adanya penafsiran yang berbeda ……….

Itulah Allah Taala Yang telah mewahyukan Kitab ini kepadamu; beberapa dari ayat ini adalah muhkamat yang merupakan akar atau pokok dari Kitab ini dan ada ayat-ayat yang lainnya yaitu mutashaabihaat. Jadi ayat-ayat yang muhkamat itu sangat pasti dan jelas artinya di mana Allah Taala membuat pengumuman bahwa Aku juga mewahyukan ajaran-ajaran yang demikian juga, yang belum engkau ketahui sebelumnya. Menurut kamus ayat yang sama sekali terjaga keselamatannya terhadap kemungkinan sesuatu perubahan atau interpolasi, maka ajaran yang sedemikian itu dinamakan muhkamat. Yang keduanya di mana di sana terdapat sesuatu unsur yang bisa meragukan, yang dikarenakan oleh keluasan artinya dan kebesarannya maka suatu keputusan harus diambil, itulah mutashaabihaat yang ayat ini dapat di-interpretasikan dalam beberapa jalan, atau ada bagiannya yang serupa dengan itu. Sekarang orang yang tidak memperoleh pensucian, bagaimana orang-orang ini bisa mengerti akan ayat-ayat ini. Arti dari ayat-ayat tersebut tidak boleh bertentangan dengan ayat-ayat muhkamat. Pada mutashaabihaat terdapat beberapa kata-kata ajaran tertentu yang kadang-kadang membuat orang-orang menjadi ragu, tetapi artinya yang hakiki – artinya yang benar – adalah apa yang sudah disebut di dalam muhkamat yang merupakan akarnya. Jika arti tersebut adalah melawan atau bertentangan dengan itu maka mereka itu harus berusaha mencari alasannya dari itu serta berusaha untuk mengertikannya dengan sebagai mana mestinya. Jadi untuk yang mutashaabihaat ini, kami itu haruslah mengerti akan ayat-ayat ini dengan jalan sedemikian rupa bahwa artinya itu adalah sesuai dengan arti dan pesan amanah dari muhkamat. Artinya itu ada di sana dan hanya dengan banyak-banyak merenungkannya barulah kalian dapat mengerti akan ayat-ayat tersebut dan tidak dengan tanpa itu.
Ajaran ini mengendalikan segala sesuatunya, ia membukakan hati dari orang-orang dan memberikan kepada mereka denyut kebijaksanaan yang mereka itu tidak mampu untuk memungutnya. Jadi, Nabi yang besar ini, yang dibangkitkan untuk segala waktu yang akan datang, Allah Taala pun telah membuat pengaturannya akan keamanan dari pesan amanah Kitab Suci Al-Qur’an ini sebagaimana yang tentang subyek ini saya sudah menceriterakannya dalam salah satu khutbah saya yang lalu. Ada usaha-usaha untuk merubah pesan amanah ini tetapi mereka itu tidak pernah berhasil dan tidak akan pernah berhasil sampai kapan pun. Nabi yang agung ini, yang di sana untuk mensucikan orang-orang dan mereka para Mujaddid di akhir dari setiap abad dan dengan melalui ayat-ayat ini maka mereka pun melakukan pekerjaan yang sama yaitu mensucikan orang-orang, di mana orang-orang para cedekiawan agama, kiyai-kiyai fukaha dan student itulah mereka yang mentafsirkan ajaran dari Islam; bukannya seperti yang dinamakan Ulama di zaman sekarang ini, para Mullah yang hanya bisa ngomong dan berbicara saja.
Pada tahun 1974 di Faisalabad saya ingat bahwa seorang Kiyai Mullah memberikan khutbah dan setelah membaca Surah Al-Ikhlas ia memberikan tafsirnya untuk ayat itu di mana ia mengatakan bahwa dari Kitab Suci Al-Qur’an dibuktikan bahwa Ahmadi itu salah dan mereka adalah pembohong di mana kita dapat membuktikannya dari bahwa orang-orang yang mengambil seorang anak dari Tuhan mereka itu bisa jadi benar di mana ini dapat di-balikkan dari ayat ini. Tetapi orang-orang yang menyembah kuburan mereka itu tidak benar dan mereka yang menyembah wali-wali atau pir mereka itu yang dianggapnya sebagai Dewa. Tetapi bagaimanakah dengan orang-orang yang adalah pengikut dari pencinta besar kepada sang pensuci dari seluruh zaman ini dan yang telah mensucikan semua orang-orang yang beriman. Apakah orang-orang ini tidak dapat dinamakan sebagai orang mukmin sejati? Pesan amanah ini diberikan kepada Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s.: Hai anak-anak orang Parisi, kalian berpegang teguhlah pada pesan Tauhid Ke-Esaan Tuhan; jadi pendusta itu adalah mereka dan bukannya kami. Berkenaan dengan ajaran ini Allah Taala telah membuat pengaturan untuk keselamatan dan keamanannya sebagaimana yang sudah saya terangkan sebelumnya.
Semua janji-janji diberikan kepada Nabi yang agung ini saw. dan sebagai hasilnya dari itu maka Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan dan Masih Mau’ud a.s. telah di utus yang adalah Khulafa yang terakhir. Di dalam Surah Jumu’ah Allah Taala telah menyebutkan hal ini:
Surah Al-Jumu’ah ayat-ayat:
3. Dia-lah yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.
4. Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Bahwa Dia adalah yang telah mengutus di antara orang-orang yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah – Kebijaksanaan walaupun sebelumnya itu mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan juga mengutus kepada kaum lainnya dari antara mereka yang belum pernah ikut dengan mereka. Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Di dalam ayat-ayat ini pada ayat yang pertama dari kedua ayat tersebut Allah Taala telah menyebutkan bahwa di antara orang-orang yang buta huruf itu seorang Nabi telah dibangkitkan. Di sini yang juga adalah sekali lagi pengumuman tentang dikabulkannya doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Ibrahim a.s. itu di mana deklarasi menyebutkan pada akhir kalimatnya bahwa sebelumnya ini mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata. Kata-kata ini adalah yang ada pada Surah Al-Imraan juga di mana kata-kata yang sama sudah digunakan di sana, dengan menyebutkan kualitas dari Nabi yang agung ini, kata-kata fii dhalaalim mubiin (Ayat 3:165) disebutkan di sana sebelumnya Allah Taala berfirman la qad mannallaahu ‘alal mu’miniina idz ba’atsa fiihim rasuulam (3:165). Sesungguhnya Allah Taala telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin bahwa Dia telah mengutus seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Jadi, pada zaman itu, ketika kekacauan sedang terjadi di mana-mana yang melanda seluruh dunia, maka ini adalah suatu keberkahan besar dari Allah Taala; kebaikan dan kedermawanan dari Allah Taala bahwa Allah Taala itu telah membangkitkan seorang Nabi dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat dan Tanda dari Allah serta mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah-Kebijaksanaan, itulah orang-orang Arab yang sebelumnya dinyatakan sebagai orang-orang jahiliyah tetapi mereka sudah memperoleh satu revolusi besar.
Di dalam Surah Al-Jumu’ah Allah sekali lagi mengatakan bahwa Allah Taala Yang dengan kebaikan dan kedermawanan-Nya itu telah mengutus Nabi-Nya di antara kaum yang buta huruf dan kemudian Dia dengan mengirimkan Nabi di sana di zaman itu, apakah selesai sampai sekian saja? Bahwa setelahnya selesai masa tersebut maka untuk ribuan tahun yang kemudiannya itu masa kegelapan akan terus berlangsung kembali? Setelah beberapa ratus tahun kemudiannya itu, masa kegelapan itu datang kembali kecuali bagi sekelompok kecil dan terbatas pada lingkungan kelompok ini, orang-orang lain itu tidak dapat melihat nur cahaya ini di mana pun juga. Maka demikianlah berlalu masa yang seribu tahun itu, Allah Taala Yang senantiasa memperlihatkan rahmat karunia-Nya, Dia telah memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang musyrik di zaman dahulu kala, kepada orang-orang yang dari kalangan umatnya Y.M. Nabi Muhammad saw., kepada mereka yang selalu berdoa betapa Allah Taala itu jika tidak memperlihatkan kebaikan, kedermawanan dan rahmat-Nya kepada orang-orang ini. Ini bukanlah sesuatu hal yang tidak berjalan bersama dengan pemenuhan dari janji sampai pada Hari Kiamat. Jika ada orang yang tidak mau mengerti akan cara ini maka orang ini memperlihatkan ke-salah-pengertiannya mengenai Tuhan itu.
Allah Taala adalah Satu Wujud Yang apa pun yang ada di Langit mensucikan semuanya dan meng-agungkan Allah Taala. Dialah Yang ‘Aziiz’ Yang Maha Perkasa dan Dia-lah Yang ‘Hakiim’ Yang Maha Bijaksana. Apakah engkau berharap bahwa Allah Taala itu akan membiarkan orang-orang-Nya berada dalam kesesatan? Adakah sesuatu dari kebijaksanaan di dalamnya bahwa ajaran tersebut tidak akan terjaga dengan amannya dan yang adalah petunjuk bagi mereka? Jadi, pemikiran tentang Tuhan Yang Maha Kuasa seperti itu adalah sangat buruk dan cacatnya; ini adalah pengertian yang buruk tentang Tuhan. Oleh karena itu: Hai orang-orang yang mengkaitkan dirimu kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., jadi jika kalian itu mengkaitkan dirimu kepada Nabi tersebut yang ajaran itu ada di sana sebagai sarana untuk mensucikan orang-orang untuk setiap zaman yang akan mendatang. Cahaya dari ajaran tersebut yang bukan hanya diperlihatkan kepada satu tingkatan yang terbatas, tetapi ditakdirkan berada di sana untuk mensucikan orang-orang dalam jumlah yang amat banyak. Orang-orang duniawi dan orang-orang yang sangat senang ber-filsafat dan untuk memasukkan lautan petunjuk ke dalam hati mereka, ajaran inilah yang untuk keperluan itu dan Nabi inilah yang akan dibangkitkan di kemudian hari untuk maksud dan tujuan ini. Ia itu akan dibangkitkan untuk kedua kalinya, bukannya dengan tubuh fisiknya tetapi sebagai bayangan refleksi itulah ia itu akan datang kembali. Inilah keputusan dari Tuhan Yang ‘Aziiz ‘ dan ‘Hakiim’. Jadi janganlah punya anggapan bahwa kekuatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa itu terbatas, dan janganlah beranggapan bahwa keputusan-Nya itu adalah tanpa kebijaksanaan. Sebagai seorang Nabi-Nya yang besar membawa satu revolusi besar di antara orang-orang. Kemudian, di zaman yang rusak dan corrupt ini, seorang khadim dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw., yang adalah pengikut setia dari Y.M. Rasulullah saw., juga akan menciptakan satu revolusi yang besar. Ketika ayat ini diturunkan, kemudian para sahabat bertanya, siapakah orang yang dari antara umat ini yang akan datang untuk kedua kalinya itu? Kemudian Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. menaruhkan tangan beliau pada pundaknya Hadhrat Salman Parsi dan mengatakan bahwa walau pun iman itu sudah terbang jauh ke bintang Tsuraya, maka kemudian dari antara orang-orang ini akan dibangkitkan seseorang yang akan membawa kembali iman tersebut. Juga ada sebuah hadits dari Y.M. Nabi Muhammad saw., bahwa satu saat akan datang dimana Al-Qur’an itu hanyalah merupakan sebuah Buku dengan huruf-hurufnya saja dan Islam hanyalah tinggal namanya.
Jadi, bagi setiap orang yang mampu berpikir, dan memiliki mata yang dapat melihat dan menyaksikan kebenaran, bahwa di sana itu ada kebenaran di dalamnya dan inilah tepatnya situasi yang ada sekarang ini. Jadi, Allah Taala telah mengutus Nabi yang agung itu dan dengan melalui beliaulah Tuhan itu mendirikan Islam ini, yang akan tetap berada sampai pada Hari Kiamat. Maka agar supaya untuk dapat mengabadikan kejayaan dari Islam ini kemudian Dia mengirimkan seorang pencinta besar kepada Y.M. Nabi Muhammad saw. di zaman ini. Jadi, kita orang-orang Ahmadi ini mempunyai dua tanggung-jawab ganda yaitu bahwa, yang pertama adalah semua kita itu harus memelihara kesucian dari diri kami sendiri, bahwa kami itu harus menaruh perhatian pada pensucian diri kami dan mengikuti Kitab ini dan yang keduanya bahwa kita itu harus menyampaikan pesan amanah sama kepada orang-orang lainnya, di mana kita itu harus melakukan pekerjaan ini dengan secara sungguh-sungguh dan dengan penuh dedikasi. Jangan sampai ada orang yang mengatakan bahwa pesan amanah ini tidak sampai kepada mereka.
Jadi, sekarang ini tidak ada orang lainnya, kecuali orang-orang Ahmadi yang kepadanya diberikan tugas dan tanggung-jawab ini. Memang ada banyak orang-orang lainnya yang menamakan diri mereka sebagai pahlawan, dan yang mereka menamakan dirinya sebagai pahlawan dari Islam, yang menganggap diri mereka itu sebagai orang yang besar. Juga ada begitu banyak kelompok dan nominasi lainnya di mana semua mereka itu memberikan pernyataan yang seperti itu. Tetapi dikarenakan mereka itu tanpa iman yang sempurna maka di sana terjadi teriakan dan tangisan bahwa harus ada orang dan sesuatu harus dikerjakan untuk melindungi dan menyelamatkan orang-orang Muslimin. Tetapi karena pada kenyataannya itu bahwa mereka tersebut menolak dan mengingkari sosok orang ini yang telah dikirim oleh Allah Taala, maka kesucian hati mereka itu tidak terdapat lagi di sana. Hati mereka itu mahrum dari petunjuk Ilahi dan mereka itu sedang tercengkeram dan berada di dalam genggaman dari musuh. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang itu meneriakkan suara mereka bahwa harus diadakan Khilafat di sana. Tetapi mereka itu sama sekali tidak mau mempertimbangkan alasan dan sarananya untuk itu. Semoga Allah Taala memberikan kepada mereka kebijaksanaan dan pengertiannya dalam hal ini.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. menjelaskan butir ini dimana beliau bersabda bahwa intisari dari ayat-ayat ini bahwa Allah Taala adalah Satu Wujud Tunggal Yang mengirimkan Nabi pada saat di mana orang-orang sedang berada sama sekali tanpa ilmu dan tanpa kebijaksanaan. Semua cabang-cabang dari ilmu keduniawian dan ilmu keagamaan yang dapat mensucikan hati mereka dan mensucikan orang-orang itu sama sekali tidak ada di sana; tidak ada di antara orang-orang pada saat itu. Orang-orang waktu itu semuanya sibuk asyik di dalam kesesatan di mana mereka itu sudah sangat jauh dari jalan yang lurus. Pada saat itulah Allah Yang Maha Kuasa, Dia mengirimkan Nabi yang buta huruf ini kepada orang-orang tersebut; di mana sosok tersebut yang adalah Y.M. Nabi Muhammad saw. telah mensucikan orang-orang ini dan memberikan kepada mereka ilmu dan hikmah kebijaksanaan dan melalui Tanda-tanda dari Allah beliau membawa orang-orang tersebut pada kedudukan keimanan yang kokoh, kemudian memberikan pencerahan akan pengertiannya terhadap Tuhan. Kemudian untuk yang kedua kalinya akan ada yang datang lagi pada saat orang-orang ini berada dalam kegelapan dan jauh dari ilmu kebenaran. Pada saat itulah Allah Taala akan membawa kembali orang-orang ini seperti yang dahulu terjadi pada para sahabat Nabi saw., yang sedemikian rupa bahwa keimanan dan keyakinannya yang sebegitu jauh adalah serupa dengan yang ada pada para sahabat. Pada saat memberikan komentar atas ayat ini, Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. menaruh tangan beliau pada pundaknya Hadhrat Salman dan mengatakan bahwa jika iman itu sudah terbang jauh ke Bintang Tsuraya maka seseorang dari antara orang ini akan membawanya kembali iman itu ke bumi. Itulah salah seorang dari keturunannya Hadhrat Salman Parsi yang ada di sana dan ini adalah berkenaan dengan keadaan di zaman ini, di mana Kitab Suci Al-Qur’an itu akan diangkat ke Langit dan itulah saat diturunkannya Hadhrat Imam Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan a.s. Keunggulannya salibnya agama Kristiani maka yang akan memecahkannya adalah orang yang sama yaitu Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. yang harus datang. Semua Tanda-tanda yang sudah terlihat dengan serangannya terhadap Islam seperti yang kita lihat dewasa ini dari Anti-Christ dari Dajjal, yang dengan adanya serangan dari Dajjal ini maka harus ada satu tokoh yang dibangkitkan yang akan memberikan jawaban dan balasan yang hebat. Tugas terbesar dari Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. adalah untuk menghidupkan lagi iman dan orang-orang itu harus mendapatkan manfaatnya dari sabda Y.M. Nabi Muhammad saw. di mana seseorang yang dari keturunannya Hadhrat Salman harus dibangkitkan untuk menghidupkan kembali iman dan menegakkannya kembali. Sekarang coba pikirkan bahwa apakah bisa ditemukan yang seperti ini selama kurun waktu 1300 tahun terakhir ini? Inilah saatnya di mana Jamaat kami yang sudah didirikan ini dan di dalam banyak caranya serupa atau mirip dengan Jamaatnya para sahabat dari Y.M. Rasulullah saw. Orang-orang ini sudah melihat Tanda-tanda seperti yang terlihat oleh para sahabat dahulu dan wahyu yang segar pun ada di sana dengan petunjuk yang mencerahkankan ada tersedia bagi mereka. Walaupun mereka ini menjadi sasaran banyak olok-olokan dan cacimakian di tangan para musuh tetapi dengan pertolongan dari Allah Taala dan dengan Tanda-tanda dari Allah Taala mereka terus mendapatkan pensucian dalam kehidupannya sebagai pengikut Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Ada banyak di antara mereka yang sibuk tenggelam dalam tangisan doanya sebagaimana halnya para sahabat Nabi saw. yang biasa banyak menangis dalam doa-doanya. Banyak di antara mereka yang memperoleh mimpi yang benar dan mendapatkan berkah-berkah dari wahyu-wahyu sebagaimana yang diberikan kepada para sahabat Nabi saw.
Ada banyak orang-orang yang harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan, tetapi mereka pun membelanjakan di jalan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat. Banyak orang-orang yang teringat di masa kegelapan, mereka itu terus berjalan dijalan ketakwaan sebagaimana yang kami lihat pada para sahabat Nabi Muhammad saw. Allah Taala men-sucikan hati mereka dari hari ke hari. Hati mereka dipenuhi dengan ilmu, mereka itu tertarik dengan Tanda Ilahi ini sebagaimana mereka tertarik oleh para sahabat Nabi saw.
Singkatnya semua keadaan ini sekarang ditemukan kembali di antara para sahabatnya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. dan inilah pemenuhan janji dari Allah Taala. Sudah ditakdirkan untuk membawakan revolusi ini yang dibawa oleh Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud a.s. Dan inilah tanggung-jawab dari setiap anggota Jamaat untuk meneruskan revolusi ini; karena jika tidak demikian maka kita akan dianggap sebagai orang yang berdosa seperti halnya orang-orang sebelum kita yang sudah kehilangan imannya. Jadi akan lebih banyak lagi orang-orang yang dilahirkan yang akan mengaplikasikan ajaran ini. Jadi setiap orang di antara kita itu haruslah berusaha agar janganlah sampai kita itu menyimpang dari ajaran ini; janganlah sampai kita merusakkan kesucian hati kita. Semoga Allah Taala memberikan taufik dan kemampuan kepada kita untuk dapat melaksanakannya. Insya Allah Taala. Aamiiin.


Sin Jose, USA, February 02, 2008 / Mersela, 9 Pebruari 2008

Tidak ada komentar: