Senin, 25 Agustus 2008

KEKERASAN - TIDAK SESUAI AJARAN iSLAM


Bismillahirrahmanirrahiim

ME-LEGITIMASI TINDAKAN KEKERASAN TERHADAP ORANG YANG MENGAKU NABI, ini TIDAK SESUAI DENGAN AJARAN ISLAM, ALQUR-AAN DAN SUNNAH NABI MUHAMMAD saw.

Kekeliruan dari Amin Djamaluddin.

Di dalam Bukunya Amin Djamaluddin, Ketua LPPI berjudul “Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an” (April 2003) halaman V ditulis: Karena Musailamah mengaku dirinya sebagai Nabi, maka dia dijuluki dengan Musailamah Al-Kazzab (Musailamah si Pendusta). Dan Musailamah tersebut langsung diperangi oleh Khalifah Abu Bakar, sehingga si pendusta tersebut mati terbunuh”. Pernyataan sedemikian diucapkan juga oleh Pengacara TPM dalam Debat di TiviOne sekitar tanggal 11 Juni 2008 sore hari.

Ini tidak sesuai dengan kenyataan sejarahnya, seperti yang ditulis oleh Haekal. Banyak orang-orang yang karena hasutan ulama / mullah yang tidak mengerti fakta sejarah dan sunnah Nabi saw., melakukan kekerasan terhadap Nabi dan para pengikut Nabi yang disangkanya Nabi palsu atau dusta. Mereka itu termasuk TPM-nya melakukan kekeliruan dengan melegitimasi perbuatan kekerasan tersebut karena membaca dalam sejarah bahwa Hadhrat Abu Bakar Siddiq r.a. yang sebagai Khalifah telah melakukan gerakan militernya menghadapi perbuatan makarnya Musailamah dan para pengikutnya di Yamama. Padahal tindakan Hadhrat Abu Bakar dan Jama’at Islam ini bukanlah karena pendakwaan kenabiannya Musailamah, tetapi karena Musailamah dan para pengikutnya bersekutu dengan Banu Hanifah yang bertujuan makar untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan dan persatuan Jama’at Muslim. (Bacalah buku: Sejarah Hidup Muhammad, oleh Muhammad Husain Haekal).

Ketika Yang Mulia Nabi Muhammad saw. masih hidup, Musailamah pada masa yang sama juga mendakwakan diri sebagai Nabi di Nejd, Jazirah Arabia. Atas pendakwaan Musailamah itu, dan juga terhadap dua orang lainnya yang mendakwakan diri sebagi Nabi, Tulaiha dan Aswad Al-Ansi, Nabi Muhammad saw. itu tidak menghiraukannya.

Ketika Musailamah mengirimkan dua orang utusannya dengan membawa surat kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengatakan bahwa dia, Musailamah Nabi, dan “Separuh bumi ini buat kami dan yang separuh lagi buat Quraisy; tetapi Quraisy adalah golongan yang tidak suka berbuat adil.” Maka Nabi Muhammad saw. membalas dengan surat yang isinya mengatakan bahwa: … “beliau saw. sudah membaca isi suratnya dengan segala kebohongannya itu, dan bahwa bumi ini kepunyaan Allah yang akan diwarisi oleh hamba-hamba yang berbuat kebaikan. Dan selamat dan sejahtera bagi orang yang mengikuti bimbingan yang benar.” (Baca: Haekal).

Sampai wafatnya Nabi Muhammad saw., Musailamah masih tetap hidup dan masih mengaku sebagai Nabi. Jadi tidak ada contoh sunnah dari Nabi Muhammad saw. untuk mengambil tindakan dan kekerasan fisik terhadap seorang pendakwa kenabian dan para pengikutnya, walau pun beliau saw. mengetahui bahwa Musailamah itu adalah seorang pendusta belaka.

Bilamana para ulama/mullah itu cenderung pada tindakan kekerasan terhadap orang dan golongan yang dianggap bahwa akidahnya tidak sesuai dengan akidah orang kebanyakan, hal itu disebabkan karena mereka itu tidak mengerti atau tidak mau mengerti akan hakikat dari firman Tuhan yang ada di dalam Kitab Suci Alqur-aan; tidak seperti pengertian dari Y.M. Nabi Muhammad saw., wujud yang menerima wahyu dari Allah itu sendiri, yaitu:

Surat Al An’aam -6- ayat 118:
Inna rabbaka huwa a’lamu may yadhillu ‘an sabiilihi wa huwa a’lamu bil muhtadiin.
Sesungguhnya Tuhan engkau adalah Dia Yang maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan dalam Surah An Nahl -16- ayat 125

رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾

Inna rabbka huwa ‘alamu bi man dhalla ‘an sabiilihii wa huwa a’lamu bil muhtadiin.
Sesungguhnya, Tuhan engkau Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalan-Nya; dan Dia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Bahwa, dalam hal keimanan itu bukanlah mayoritas atau minoritas yang berlaku sebagai hakim untuk menetapkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Dia-lah Tuhan yang memberikan keputusan-Nya dengan menunjukkan Tanda-tada samawi, Tanda-tanda dari Langit berupa bantuan dan dukungan-Nya terhadap golongan yang mengikuti jalan kebenaran.

Jadi, tidak seperti yang dikerjakan oleh para Ulama/Mullah yang sebenarnya salah dan keliru serta tidak sesuai ajaran Islam, maka dalam hal keimanan, kepercayaan dan akidah ini, pegangan dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. itu adalah seperti Firman Tuhan yang ada di dalam Kitab Suci Alqur-aan:

1. Surat Al Baqarah ayat 256:

Laa ikraaha fid diini = Tidak ada paksaan dalam agama.

لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ


2. Surat Al Kaafiruun -109- ayat 6:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾

Lakum diinukum wa liya diin = Bagi kama agama kamu dan bagiku agamaku.

Jadi sebenarnya pegangan seperti inilah yang juga harus digunakan oleh para Ulama dan Mullah serta umat Muslimin itu, yang dengan mengikuti ajaran Alqur-aan dan Sunnah Nabi Muhammad saw. ini, maka dengan demikian insya Allah akan tercapai rasa tenteram dan kedamaian serta saling pengertian di dalam masyarakat dan bangsa NKRI yang penuh dengan ke-Bhineka-an ini. Aamiin.


وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Wa aakhiru da’wahum anil hamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin”
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 10:10)


Selasa, 26 Agustus 2008

Tidak ada komentar: