Minggu, 09 Juni 2013

Nabi-nabi Orang Suci pilihan Allah; Pengaruh Malaikat vs Iblis thd Manusia

NABI-NABI,  Orang Suci Utusan ALLAH;  Pengaruh  MALAIKAT vs IBLIS  terhadap manusia
Tadinya,  Ummat  BANI ISRAIL yang mendominasi PALING BANYAK DITURUNKAN NABI.
Walaupun Nabi / Rasul-rasul selalu dikirim dan/ atau diutus Allah SWT. kepada  setiap umat dan  bangsa, dan di setiap masa atau zaman, tetapi dari sejarah ternyata dulu, Nabi / Rasul yang diutus Allah SWT itu lebih didominasi atau kebanyakannya dikirimkan kepada umat Bani Israil yang berada di sekitar Timur Tengah, Palestina, Mesopotamia dan jazirah Arab sekarang, itulah kelebihannya nikmat Allah yang diberikan kepada umat Bani Israil sebagaimana yang  telah difirmankan Allah SWT dalam KS Alqur’an (2:47, 2:122 dan juga 2:40), sehingga ketika ada satu-dua Nabi-nabi  Allah yang diturunkan kepada bangsa-bangsa lain,  tidak dilihat orang atau tidak dianggap orang-orang sebagai Nabi Allah; contohnya Luqman a.s. padahal jelas-jelas ada disebut di dalam Surah Luqmaan (31) dalam Alqur’an, disebabkan Luqman a.s. itu berasal dari Afrika, juga Zoroaster a.s. dari Persia (ada dalam Bijbel), Khong Hu Chu (Cina), Krishna, Buddha (India) dan lain-lainnya.

Namun dikarenakan Bani Israil ini membangkang atas peringatan Allah SWT kepada mereka, maka setelah kedatangannya Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam dan yang diberikan gelar julukan dan pujian tertinggi – Rasul termulia - sebagai Khaataman Nabiyyiin, sebagai Khaatamul Mursaliin, maka untuk selanjutnya dizaman sekarang ini, telah terbukti dalam sejarah selama 1500 tahun yang terakhir ini, orang-orang suci pilihan Allah SWT baik sebagai Khalifatul-Rasul (Pengganti Nabi), dan Khalifatullah, juga Reformer Agama dan Mujaddid itu hanya dikirim dan diutus Allah SWT kepada orang-orang suci dari ummat Nabi Muhammad SAW,  Nabi pembawa Syariat terakhir, yaitu Kitab Suci Alqur’an.  Jadi, tidak ada lagi Nabi atau pun Khalifah pengganti Nabi yang akan datang selain kepada umat Islam dan dari umat Islam, umat atau pengikut Nabi Muhammad SAW., di mana orang-orang suci  ini akan menjalankan Syari’at Islam dalam Alqur’an, serta mengikuti jejak, sirat, hikmah, sunnah  dan meneruskan missi Islam yang sudah dikerjakan oleh YM. Nabi Muhammad SAW. Khaataman Nabiyiin. 

Selanjutnya  ada  orang  yang bertanya  “Mengapa untuk meneruskan missi Islam-nya Nabi Muhammad  S.A.W. di zaman sekarang ini harus Khalifah atau Pengganti Nabi, atau Mujaddid/ Reformer, atau orang suci pilihan Allah SWT yang bahkan diangkat sebagai Nabi juga?”
Memang benarlah bahwa di dalam umat Islam ini sudah beribu-ribu orang atau bahkan lebih, orang yang hafal dan mengerti Kitab Suci Alqur’an dan mengerti Hadits-hadits Nabi Muhammad saw., namun orang-orang pilihan Allah SWT yang memperoleh petunjuk dari Allah SWT itu adalah harus dari antara orang-orang yang suci,  dari antara orang-orang yang sudah terbukti  kesuciannya.  Karena misi Rasul / Utusan Allah  sebagaimana yang ada dalam do’a Nabi Irahim a.s. (2:129) dan dijawab oleh Tuhan Maha Kuasa (2:151),  bahwa Rasul Utusan Allah dalam tugasnya ialah untuk:  membacakan ayat-ayat atau Tanda-tanda  Kami  kepadamu, untuk  mensucikan kamu  dan (baru kemudian) mengajar kamu Kitab (Alqur’an) dan hikmah (sunnah) dan mengajar kamu apa-apa yang belum kamu ketahui

Kesimpulannya adalah pertama-tama Rasul Allah ini mengerti akan Tanda-tanda, ayat   atau Sifat-sifat Allah SWT dan menyampaikannya kepada umat pengikutnya, dan langkah berikutnya  adalah Rasul  yang memang orang suci ini, untuk  berusaha mensucikan orang-orang yang menjadi umatnya, sesudah itu barulah mengajarkan kepada umatnya, Kitab Suci atau Alqur’an dan hikmah kebijaksanaan, yakni berupa Sunnah Nabi saw.;  serta kemudian mengajarkan  apa-apa yang belum kamu ketahui.   Orang Islam yang beriman yakin dan percaya bahwa ilmu yang baru, yang  sebelumnya tidak diketahuinya akan diberitahu oleh Allah SWT., baik melalui naluri isyarat yang dimasukkan ke dalam hati orang / mahluk,  melalui ilham, kasyaf  vision, atau seperti cara  yang Allah SWT. firmankan di dalam Alqur’an.

2:30  Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para Malaikat  “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi” …..;  Khalifah yang juga Nabi bernama Adam.
2: 31  Dan Dia (Tuhan) mengajarkan semua asma-asma …..;  kemudian Dia mengemukakannya kepada para Malaikat, serta minta kepada para Malaikat untuk menjelaskannya. Tapi para Malaikat menjawab:
2:32  Maha Suci Engkau! Kami tidak mempunyai ilmu selain dari yang telah Engkau ajarkan kepada kami!
Mengingat setiap makhluk yang diciptakan mempunyai tugas dan tujuan, maka untuk dapat melaksanakan fungsinya itu dengan sempurna, mereka itu perlu diberi petunjuk dari Allah Maha Kuasa. Petunjuk itu disampaikan melalui bermacam cara yang bentuknya sesuai dengan derajat penerima. Dalam Al-Qur-an disebutkan beberapa contoh makhluk yang diberi pemberitahuan oleh Allah Ta’ala: 
“Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang Utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha-Luhur, Maha-Bijaksana” (QS Asy-Syura, 42:51). Wahyu dimaksudkan pula untuk memberikan kesegaran dalam kehidupan ruhani manusia dan untuk memungkinkan manusia lebih mendekatkan diri kepada Khaliknya dan Rabbnya.
Sebagai contohnya,   wanita terpuji yang ma’sum kesuciannya sekelas nabi adalah Maryam binti Imraan ibunda Isa a.s., Sarah istri Ibrahim a.s.  dan Yukabed ibunda-nya nabi Musa a.s.  Firman Allah SWT.:  Dan Kami wahyukan kepada Ibu Musa, ‘Supaya susuilah dia, dan jika engkau khawatir akan dia, maka letakkanlah dia di sungai dan janganlah engkau khawatir dan jangan pula engkau bersedih; sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan menjadikannya  salah seorang dari para Rasul-rasul” (QS Al-Qashash, 28:7). Demikian juga:
3:45  Kepada Maryam binti Imraan Malaikat berkata:  “Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi engkau kabar suka dengan satu kalimah dari-Nya tentang seorang anak laki-laki yang namanya  Al-Masih Isa ibnu Maryam, …..  Lihat juga pembicaraan antara Malaikat dengan Maryam di  2:19,  2:20, 2:2, 19:17-21 dan 19:24-25. 

Sedangkan kepada mahluk lainnya:  Wahyu Allah Ta’ala kepada lebah: “Dan telah mewahyukan Tuhan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-gunung dan di pohon-pohon dan pada kisi-kisi yang manusia buat; kemudian makanlah dari segala buah-buahan, dan tempuhlah jalan yang ditunjukkan Tuhan engkau yang dimudahkan”. Keluarlah dari perutnya minuman  beraneka  warnanya, di dalamnya ada daya penyembuh bagi manusia. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda bagi orang-orang yang mau merenung!  (An-Nahl, 16:68-69)” . Jadi, Allah Ta’ala menurunkan wahyu melalui naluri alami yang dianugerahkan-Nya kepada semua makhluk. Ayat ini mengandung satu isyarat yang indah sekali, bahwa bekerjanya seluruh alam semesta yang lancar dan berhasil itu, adalah berkat adanya wahyu atau ilham, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Dengan perkataan lain, segala benda dan makhluk itu memenuhi tujuan kejadiannya adalah dengan bekerja menurut naluri-naluri dan kemampuan-kemampuan serta pembawaan-pembawaan sesuai kadar yang ada padanya.  Sedangkan bagi seorang Rasul yang Utusan Allah,  kadar petunjuk. ilham dan wahyu yang diterimanya adalah sesuai dengan keperluan situasi kondisinya dan juga sesuai kesuciannya. 

Tingkat atau kadar kesuciannya inilah yang menunjukkan tingkat atau ketinggian seseorang Muslim yang sudah mengerti Kitab Suci Alqur-an dan mengerti serta sudah mengamalkan Sunnah dan Hadits Nabi SAW.,  atau hikmah;  dimana para sufi atau filusuf itu prediksinya hanya sekedar ramal-ramalan yang belum pasti, atau  babaledogan (Sunda) saja, namun apa yang dikatakan oleh orang suci adalah merupakan kebenaran yang tidak bisa terbantahkan, karena berdasarkan atau datangnya selalu dari petunjuk Ilahi
Contoh wahyu kepada Nabi-nabi lainnya:
3 :39  Malaikat menyerunya ketika ia (Zakaria) sedang berdiri shalat:  “Sesungguhnya Allah memberi engkau kabar suka tentang Yahya …..   (padahal saaat itu usia Zakaria as sudah sangat tua).
21:78-81 Kepada Daud dan Sulaiman, Kami berikan kepada mereka satu keputusan yang baik mengenai sengketa ladang orang-orang, Kami tundukan gunung-gunung dan burung-burung bagi mereka,  Kami mengajar mereka membuat baju besi untuk melindunginya dalam pertempuran dst.
11:36-37  Dan telah diwahyukan kepada Nuh ……  Dan buatlah perahu di hadapan mata Kami dan sesuai wahyu Kami …….. dst.

Malaikat  vs  Iblis
Bilamana kondisi segala macam penyakit dalam masyarakat  sudah sedemikian hebatnya, sehingga orang awam sudah tidak bisa membedakan mana benar mana salah, maka tugas mendidik memberikan ta’lim dan  tarbiyat kepada manusia itu terutamanya diberikan kepada  orang suci pilihan yang ditunjuk Allah, yang dinamakan Rasul  atau Utusan yang ditunjuk Allah, bukanlah sekedar menjadi ustadz penggembira seperti dalam TV yang bisa membuat orang senang dan tertawa, karena tugas Rasul yang orang suci pilihan Tuan ini adalah harus terlebih dahulu membuat dan mendidik orang menjadi suci, wa yuzakkiikum – dan mensucikan kamu- untuk selanjutnya wa yu’allimukumul kitaaba wal hikmata – dan mengajarkan kepada kamu Al-Kitab (Al Qur’an) dan Hikmah (Sunnah) itu. (QS, 2:151 sebagai jawaban atas doa permintaan Nabi Ibrahim a.s. untuk dikirim seorang Rasul dari kalangan mereka (2:129), dari antara anak-cucu  keturunan mereka (2:128).

Manusia bisa mendapat pengaruh baik yang membuat orang taat, patuh dan menjauhi dari dosa ataupun sebaliknya. pengaruh yang buruk, sehingga menjadi orang berbuat dosa dan melakukan kesalahan. Dengan kata lain, manusia itu bisa dapat pengaruh Malaikat dan bisa juga terkena pengaruh iblis yang membujuk orang/ manusia untuk tidak taat, sombong, takabur, durhaka dan menjadi kafir atau musyrik.

Malaikat  atau Malaikah adalah makhluk yang memiliki kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Muhammad saw., Ibrahim as dan Nabi-nabi serta orang-orang suci lainnya. Malaikat tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia lebih tinggi nilainya dan lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. 

Di dalam K.S. Al-qur’an disebutkan betapa Malaikat itu tunduk dan menolong manusia (menolong Adam, Khalifah, Nabi, Utusan Allah):

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: 'Sujud-lah kamu kepada Adam' , maka mereka tunduk, kecuali Iblis. Ia menolak dan takabur, dan memang ia termasuk orang-orang kafir. (2:34)

...... kemudian Kami katakan kepada para Malaikat; "Tunduklah kamu kepada Adam!" Maka tunduklah mereka  kecuali iblis  .... (Al-A’raf, 7: 11) . Tuhan berfirman, “Apa yang menhalangi engkau (iblis) sehingga engkau tidak tunduk  ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (iblis) berkata, “Aku lebih baik darinya,  Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan dia dari tanah.” (7:12)

Dan ingatlah ketika Kami katakan kepada Malaikat: "Ber­sujud-lah kamu bersama Adam!" Maka bersujudlah mereka, kecuali iblis.  Ia (iblis) berkata, “Apakah aku harus sujud bersama orang yang Engkau jadikan dari tanah liat?”   (Al-Israa’, 17: 61)

Dan (ingatlah) ketika kami berkata kepada para Malaikat: "Sujud-lah bersama Adam!"  Maka bersujudlah mereka kecuali iblis. Ia adalah dari golongan jin; maka ia mendurhakai perintah Tuhan-nya  ….. (Al-Kahfi, 18: 50)

Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada para malaikat: "Sujud-lah kamu bersama Adam!" Maka mereka bersujud kecuali iblis. Ia menolak. (Thaha, 20: 116) . Kemudian Kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ia adalah musuh bagi engkau dan istri engkau ….. (20:117)

Tidak ada komentar: