Sabtu, 24 April 2010

KHUTBAH JUM'AT

KHUTBAH JUM'AT TANGGAL 26-3-2010
ANUGERAH ILAHI TANPA HITUNGAN - ALLAH SANG PENGHISAB:

KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 26 Maret 2010 dari Baitul Futuh London U.K.
TENTANG: ANUGERAH ILAHI TANPA PERHITUNGAN
DAN HISAB TUHAN SANGAT CEPAT
Sebagaimana Allah swt telah berfirman (Ath-Thalaaq, 65: 3-4) bahwa barang siapa yang bertaqwa dan tawakkal kepada-Nya, maka Allah cukuplah baginya dan Dia menyediakan barang-barang keperluan baginya di luar perkiraannya. Pemandangan pertolongan Allah swt yang diberikan kepada hamba-Nya tanpa perkiraan itu dipertunjukkan kepada orang-orang beriman di setiap zaman. Beberapa contoh diantaranya akan saya kemukakan pada kesempatan khutbah hari ini. Seiring dengan itu beberapa peristiwa juga yang menunjukkan ghairat-Nya akan saya ceritakan juga.
Di dalam tarikh Jema’at terdapat banyak sekali kisah-kisah Hazrat Khalifatul Masih I r.a. mengenai peristiwa seperti itu yang telah disusun dengan sangat cermat dan rinci sekali. Choudhry Ghulam Muhammad Sahib menceritakan katanya, saya mendengar tentang Hazrat Khalifatul Masih I r.a. pada suatu hari beliau sedang dalam perjalanan kembali dari Kashmir melalui Rawalpindi dan uang pun sudah habis. Untuk itu beliau mau menjual kuda penarik tangga (kereta kuda) yang beliau tunggangi itu dengan harga 4 atau 5 ratus Rupies, dan akan cukuplah dengan uang itu untuk keperluan di perjalanan. Sedangkan kuda itu beliau beli dengan harga 700 Rupies. Namun tidak lama kemudian kuda itu jatuh sakit dan mati setelah sampai di Rawalpindi. Hazrat Khalifatul Masih I r.a. sangat memerlukan uang untuk membayar sewa kepada pemilik tangga (kereta kuda) itu. Dan beliau-pun berjalan-jalan dengan perlahan sambil berdo’a memohon pertolongan kepada Allah swt. Tidak lama kemudian datanglah seorang yang membawa ayahnya untuk berobat kepada beliau. Lalu beliau pun memeriksa orang sakit itu dan kemudian beliau membuatkan beberapa macam ramuan obat untuk orang sakit itu. Dikatakan bahwa orang itu sangat gembira sekali setelah menerima obat-obatan dari beliau dan orang itu memberi uang kepada Hazrat Khalifatul Masih I r.a. yang cukup banyak sehingga mencukupi biaya perjalanan beliau. Itulah yang dikatakan taqwa, jika secara tidak disengaja berbuat salah terlalu bertumpu kepada materi dunia, tiba-tiba terjadi musibah atau kehilangan benda yang sangat diperlukan itu manusia tidak perlu menangis. Namun beliau segera rujuk dengan penuh tawakkal kepada Allah swt secara sempurna dan sibuk memanjatkan do’a ke hadirat Allah swt. Maka dengan begitu cepat Allah swt telah menyediakan sarana lain tanpa diduga berkat taqwa dan tawakkal beliau kepada Tuhan. Sudah saya katakan bahwa kehidupan beliau penuh dengan peristiwa-peristiwa menarik dan berkesan seperti itu sehingga jika diceritakan semua akan menambah keimanan kita.
Satu lagi riwayat dari Mirza Salimullah Sahib Mistri, katanya pada suatu hari raya Haji (Idul Adha) Hazrat Khalifatul Masih I r.a. bertanya kepada isteri beliau, adakah baju yang sudah dicuci untuk dipakai hari ini? Isteri beliau jawab, hanya ada satu dan itupun sudah tua dan robek-robek. Maka beliau r.a. ambil baju itu kemudian mulai menjahitnya dengan tangan beliau. Dari mesjid orang telah mengirim pesan kepada beliau bahwa waktu sembahyang sudah tiba, orang-orang menunggu Huzur, dan setelah salat Ied akan diadakan penyembelihan beberapa ekor kurban juga. Beliau jawab: Katakan, tunggu sebentar lagi! Sementara itu ada orang yang mengetuk pintu ingin berjumpa dengan beliau. Setelah diizinkan masuk tamu itu langsung berkata: “Huzur! Saya datang dari Wazir Abad membawa baju untuk Huzur, untuk Amma Ji dan untuk putra-putri Huzur juga.” Maka Hazrat Khalifatul Masih I r.a. bersabda: “ Tengoklah bagaimana Allah swt telah menyediakan rizki itu tanpa diduga sebelumnya oleh siapa pun”.
Soofi Ata Muhammad Sahib juga meriwayatkan, katanya pada suatu pagi hari Ied ul Adha, Hazrat Khalifatul Masih I r.a. membagi-bagikan pakaian kepada orang-orang miskin sehingga baju yang akan beliau pakai untuk sembahyang Ied-pun dihadiahkan kepada fakir miskin. Hazrat Amma Ji berkata kepada beliau; “Huzur semua baju-baju sudah diberikan kepada orang-orang, sekarang untuk salat Ied, tidak ada lagi baju untuk dipakai, waktu tinggal 6-7 menit lagi akan dimulai sembahyang Ied.” Dengan tenang beliau menjawab: “Allah swt akan menyediakan baju untuk saya!” Tiba-tiba datang seorang tamu sambil membawa baju-baju baru untuk beliau. Lalu bersabda kepada Hazrat Amma Ji: “Tengoklah bagaimana Allah swt telah membawakan baju ini tepat pada waktunya untuk salat Ied!!” Allah swt telah menyempurnakan setiap keperluan beliau tepat pada waktunya. Allah swt sendiri menjadi pemasok (suplier) bagi setiap keperluan beliau r.a.
Hazrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki r.a. menceritakan kisah beliau sendiri katanya, ketika anak saya Mian Iqbal Ahmad masih kecil, saya bermimpi bahwa saya, isteri saya beserta anak saya ini bermukim di rumah Hazrat Masih Mau’ud a.s. Dan pada waktu itu saya merasa bahwa isteri saya itu adalah puteri Hazrat Masih Mau’ud a.s. dan anakku Mian Iqbal adalah cucu beliau a.s. Dan dalam mimpi itu saya beserta anak saya Mian Iqbal ini sedang memijit-mijit kaki Hazrat Masih Mau’ud a.s. Setelah mendo’akan saya beliau a.s. bersabda kepada saya: “Sekarang pergilah engkau, apa yang engkau perlukan, Allah swt akan memenuhinya dan tidak ada lagi yang anda perlukan semuanya sudah terpenuhi.” Maulvi Ghulam Rajiki mengatakan bahwa setelah mimpi itu sampai sekarang Allah swt betul-betul selalu memenuhi setiap keperluan saya, dan di luar perkiraan saya. Keluarga saya dan orang-orang yang tinggal berdekatan dengan saya-pun sering menyaksikan keadaan demikian. Banyak sekali kisah-kisah seperti itu dalam kehidupan Maulvi Ghulam Rajiki Sahib dan semuanya tercatat di dalam buku riwayat hidup beliau.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Raziq atau Pemberi rizki yang sesungguhnya adalah Allah swt. Orang yang percaya penuh kepada-Nya tidak pernah luput dari pada rizki-Nya. Di mana saja dan bagaimana pun juga demi hamba-Nya yang tawakkal Allah swt menurunkan rizqi-Nya”. Allah swt sendiri befirman: “Bagi orang yang percaya dan tawakkal sepenuhnya kepada-Ku, dari langit Aku turunkan dan dari bawah telapak kaki-pun Aku keluarkan rizqi baginya. Maka setiap orang harus bertawakkal kepada Allah swt.”
Allah swt memiliki berbagai macam sifat. Para Ambiya fana dalam sifat-sifat-Nya. Dan Rasulullah saw adalah contoh yang paling istimewa dalam menampilkan sifat-sifat Allah swt, beliau penuh diwarnai dengan sifat-sifat Allah swt lebih dari pada para Ambiya lainnya. Berkenaan dengan ini terdapat beberapa buah hadits Rasulullah saw. Hazrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan katanya, Hazrat Rasulullah saw bersabda: “Jika saya memiliki sebongkah mas sebesar bukit Uhud, saya akan lebih merasa gembira jika setelah tiga hari sedikit pun tiada mas lagi tersisa pada-ku, kecuali sebagian disisakan untuk membayar hutang. Berapa pun banyak nya kekayaan saya tidak ingin menyimpan harta itu untuk waktu yang lama. Saya akan terus bagi-bagikan harta itu kepada fakir miskin.”
Sebuah riwayat lagi yang diceritakan oleh Hazrat Musa r.a. dari ayah beliau katanya, apa saja yang diminta dari Rasulullah saw atas nama agama, beliau segera memberinya. Katanya pada suatu hari seorang datang kepada Rasulullah saw meminta bantuan, lalu beliau menyerahkan sekumpulan kambing-kambing yang tersebar dilembah antara dua buah bukit. Ketika ia kembali kepada kaumnya, ia berkata kepada kaumnya itu: “Wahai kaumku, masuklah agama Islam, sebab Muhammad saw begitu pemurahnya, apapun yang diminta pasti diberinya. Beliau sedikit pun tidak takut kekurangan”.
Ibnu Sahab Jauhari r.a. mengatakan bahwa setelah peristiwa Fatah Mekkah, Hazrat Muhammad saw keluar beserta para sahabah yang ada pada waktu itu untuk berperang di Hunain. Setelah peristiwa itu Hazrat Rasulullah saw memberi seratus ekor unta kepada Sofyan Bin Umayyah, lalu memberi seratus ekor lagi, setelah itu seratus ekor lagi diberikan kepadanya sehingga jumlahnya menjadi tiga ratus ekor unta dihadiahkan kepada Sofyan Bin Umayyah. Ibnu Musayyib mengatakan bahwa Sofyan Bin Umayyah selalu menceritakan mengenai dirinya, bahwa “Hazrat Rasulullah saw memberi hadiah begitu luar biasa besarnya kepada saya, padahal sebelum itu Hazrat Rasulullah saw adalah wujud yang paling saya benci di dunia ini. Namun setelah beliau selalu memberi hadiah-hadiah kepada saya, kecintaan saya terhadap beliau semakin meningkat terus, sehingga beliau menjadi wujud yang paling saya cintai.” Sering kali terjadi, kekayaan dunia juga membawa manusia tertarik kepada agama dan memberi peluang untuk memperoleh kebenaran. Ketika Hazrat Rasulullah saw menjadi kekasih Hazrat Sofyan r.a maka jelaslah bahwa perkara yang paling besar bagi Hazrat Sofyan adalah kecintaan terhadap Rasulullah saw.
Di dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ketika Sofyan Bin Umayyah beserta Rasulullah saw melewati sebuah lembah di mana terdapat sekumpulan binatang ternak sedang merumput. Sofyan menyaksikan kumpulan binatang itu dengan keinginan memilikinya. Hazrat Rasulullah saw bertanya kepadanya: “Hai Sofyan apakah engkau suka binatang-binatang ternak ini, dari tadi engkau menyaksikan ternak-ternak ini dengan serius sekali? Sekarang ambillah binatang-bintang ternak ini semuanya!!” Dengan adab sekali Sofyan Bin Umayyah langsung membungkuk dan mencium kedua kaki beliau, kemudian beliau masuk Islam. Sofyan berkata, bahwa pemberian hadiah begitu besar, hanya seorang Nabi Allah yang bisa melakukannya. Sofyan dahulunya seorang musuh Rasulullah saw yang paling kejam dan biadab. Oleh sebab itu ketika terjadi Fatah Makkah Sofyan melarikan diri karena beliau fikir tidak mungkin dapat pengampunan dari Rasulullah saw mengingat dosa dan kekejamannya yang sangat luar biasa terhadap orang-orang Islam. Namun Hazrat Rasulullah saw bukan saja hanya mema’afkan dosa-dosa dan kekejamannya melainkan beliau memberi hadiah-hadiah juga yang tidak terhitung banyaknya kepada Sofyan Bin Umayyah itu. Hazrat Rasulullah saw memberi nasihat kepada para sahabah beliau agar jangan berlaku kedekut (kikir) untuk membelanjakan harta di jalan Agama. Dan beliau menasihatkan agar menaruh perhatian serius terhadap kewajiban memenuhi hak-hak sesama manusia.
Hazrat Asma Binti Abu Bakar r.a. menceritakan bahwa pada suatu hari Hazrat Rasulullah saw ketika menyampaikan sebuah nasihat bersabda: “Janganlah merasa berat membelanjakan harta di jalan Allah swt jika tidak, Allah swt juga akan merasa berat untuk memberi rizki kepada kalian. Yakni jangan kalian tinggal di rumah sambil menutup pundi-pundi kalian karena merasa berat untuk membelanjakan harta kalian. Jangan-jangan mulut pundi-pundi kalian akan tertutup selama-lamanya.” Maksudnya jika pundi-pundi itu selalu tertutup dan uang tidak dikeluarkan dari padanya untuk dibelanjakan, maka bagaimana uang akan masuk ke dalam pundi-pundi kalian itu. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda: ”Belanjakanlah harta kalian dengan hati terbuka sesuai dengan kemampuan kalian!” Orang-orang mukmin senantiasa membelanjakan harta mereka dengan penuh ikhlas sesuai dengan keperluan agama.
Taqwa dan tawakkal yang Rasulullah saw ingin ciptakan di kalangan para sahabah beliau betul-betul telah terbukti kenyataannya pada diri para sahabah itu. Mereka yang dikatakan buta huruf dan juga jahil telah menjadi orang-orang milik Tuhan dan menjadi contoh yang sangat agung bagi ummat manusia. Hazrat Rasulullah saw setiap sa’at bukan memikirkan harta untuk ummat beliau, akan tetapi beliau selalu memikirkan bagaimana ummat beliau menjadi orang-orang yang ber-Tuhan dan mencintai-Nya, mencintai Tuhan. Untuk itu beliau selalu memberi nasihat kepada para sahabah.
Ada sebuah riwayat dari Hazrat Amar Bin Auf Ansari r.a., katanya Hazrat Rasulullah saw mengutus Hazrat Abu Ubaidah ke Bahrain untuk mengambil jizyah, yang sebelumnya Rasulullah saw telah mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan kerajaan Bahrain. Ketika Hazrat Abu Ubaidah kembali sambil membawa harta jizyah dari sana dan berita ini telah tersebar kepada orang-orang Anshar, maka ramai sekali para sahabah yang hadir di waktu sembahyang Fajar. Setelah salat Fajar tatkala Hazrat Rasulullah saw akan kembali kerumah, orang-orang Anshar itu berkerumun di hadapan beliau. Melihat keadaan mereka itu Hazrat Rasulullah saw bersabda kepada mereka sambil tersenyum: “Barangkali anda semua mendengar Abu Ubaidah telah kembali dengan membawa barang-barang?” Mereka serempak menjawab: Betul Ya Rasulullah saw! Rasulullah bersabda lagi: “Bergembiralah kalian dengan harapan penuh! Sebab saya tidak khawatir melihat keadaan kalian miskin. Aku khawatirkan apabila harta sudah melimpah dimiliki kalian, seperti telah diberikan kepada Kaum-kaum sebelum kalian, sehingga kalian saling berlomba mencari harta itu, akhirnya harta dunia itu menghancurkan kalian seperti telah terjadi di masa lampau”. Itulah yang selalu dikhawatirkan oleh Hazrat Rasulullah saw. Akan tetapi sangat disesalkan, sekali pun kerasnya pernyataan beliau dan sekali pun telah diberikan peringatan keras namun kebanyakan ummat Islam telah berlomba mengejar kekayaan dunia. Akan tetapi setiap orang Ahmady sambil mengingat kepada janji bai’at harus memperhatikan kepada janji-nya bahwa akan mendahulukan kepentingan agama dari pada kepentingan urusan dunia. Kita sekarang menyaksikan bagaimana Hazrat Masih Mau’ud a.s. dalam mengikuti langkah-langkah Hazrat Rasulullah saw telah memberi nasihat-nasihat kepada para sahabah beliau.
Doctor Basharat Ahmad Sahib telah menulis dalam kitab beliau bahwa Sayid Ghulam Husein Sahib seorang pemuda berumur 15-16 tahun ketika berada di Qadian sangat mengharapkan tugas apa pun untuk berkhidmat kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. dengan gembira beliau akan melaksanakannya. Akhirnya ketika beliau sedang melihat-lihat sebuah kitab, Hazrat Masih Mau’ud a.s. sambil melirik kepada beliau bersabda: “Ini ada sebuah bill untuk mengambil kiriman parcel dari Batala.” Dan untuk biaya perjalanan dan pengambilan parcel itu diberikan kepada beliau Rps 5,- Maka beliau pergilah jalan kaki ke Batala karena tidak ada alat angkutan pada waktu itu. Sampai di Batala parcelpun telah dikeluarkan yang sebelumnya sudah dibayar penuh, sehingga tidak perlu membayar apa-apa lagi. Dalam perjalanan kembali ke Qadian pengemudi delman (kereta kuda) meminta upah sangat banyak. Maka beliau minta supaya parcel itu dibawa naik di atas delman sedangkan beliau sendiri berjalan kaki dari belakangnya sampai ke Qadian. Sampai di Qadian keranjang parcelpun diambil dari delman sambil memberi upah 4 anna (senilai seperempat Rupies) terus berjalan kaki menuju Mesjid Mubarak, dari situ dikhabarkan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. bahwa parcel sudah sampai. Hazrat Masih Mau’ud a.s. segera keluar sambil tersenyum bersabda kepada Sayed Ghulam Husein: “Anda sudah datang?” Keranjang parcel diserahkan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. kemudian dibuka bahagian atas parcel itu dengan menggunakan sebuah pisau. Ketika dilihat ternyata keranjang parcel itu berisi anggur jenis yang sangat baik sekali. Hazrat Masih Mau’ud a.s. mengambil anggur itu dengan kedua belah tangan beliau lalu diberikan kepada Sayed Sahib sambil bersabda: Ini sebagian untuk engkau! Maka Sayed Sahib segera menyimpannya ke dalam kantung kurtah (baju panjang) beliau dan sisa uang Rps 4.75 dikembalikan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. sambil berkata: Huzur ini sisa uang Rps 4,75 hanya empat anna (25 cents) dibelanjakan. Namun Huzur a.s. dengan kasih sayang bersabda: “Kami tidak mengambil perhitungan dengan sahabat.” Huzur a.s. tidak mau mengambil uang kembalian itu dari Sayed Ghulam Husein. Lalu Sayed Ghulam Husein menyimpan uang itu kembali ke dalam kocek (kantong) baju beliau. Pada waktu itu uang Rupees cukup tinggi nilainya. Dari kisah ini juga dapat dipahami bahwa Allah swt sangat pemurah terhadap hamba-Nya yang bertaqwa dan tawakkal kepada-Nya. Memberi rizki terhadap hamba-Nya tanpa diduga.
Terdapat kisah Hakim Abdur Rahman Sahib dari Gujran Wala yang diceritakan oleh putera beliau Abdul Qadir meriwayatkan katanya, ayah saya sering bercerita, katanya pada suatu waktu saya pergi ke Qadian, setelah tinggal beberapa hari saya minta izin kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. untuk pulang kampung. Huzur bersabda: Jangan dulu pulang tinggallah beberapa hari lagi. Setelah beberapa hari kemudian saya menghadap lagi memohon izin untuk pulang. Namun Huzur a.s. memberi jawaban yang sama, tinggallah beberapa hari lagi. Dua tiga kali selalu beliau memberi jawaban yang sama sehingga waktu berlalu sampai tiga bulan. Lalu saya memohon izin lagi: Huzur sekarang izinkanlah saya pulang! Baru beliau jawab, baiklah sekarang boleh pulang. Pada waktu itu saya memohon buku Izalah e Auham kepada Huzur a.s. Lalu Huzur a.s. menulis sebuah nota untuk mengambil buku itu dari Book Store (Gudang Buku). Tetapi Mir Sahib penjaga gudang kurang senang ketika menerima nota itu dan berkata: “Banyak orang-orang datang meminta buku secara percuma, padahal tidak ada uang untuk mencetak dan sekarang beberapa buah buku-buku sedang menunggu biaya untuk dicetak. Saya berkata kepada penjaga gudang itu: Kalau begitu kembalikanlah nota itu kepada saya. Lalu dikembalikannya kepada saya dan saya pun pergi kepada Huzur a.s. untuk pamitan pulang. Huzur a.s. bertanya kepada saya, apakah buku itu sudah dapat? Saya jawab, Huzur, penjaga gudang itu berkata begini-begitu! Mendengar jawaban itu Huzur a.s. tanpa memakai alas kaki segera pergi dengan saya dan bersabda kepada Mir Sahib: “Mengapa anda bersusah hati? Siapa yang mendapat tugas, ia harus melaksanakan tugasnya itu. Setelah menerima nota dari saya seharusnya anda segera memberi buku itu kepada orang ini. Anda sudah ketakutan? Tidak lama lagi akan banyak manusia datang kesini dan kita akan membagi-bagikan khazanah kepada mereka”. Setelah mendengar nasihat Huzur a.s., Mir Sahib memberi buku itu kepada saya dan saya pun pergi pulang.
Sekarang banyak orang-orang yang mempunyai kecintaan terhadap Islam mengurbankan harta mereka untuk menyebar-luaskan amanat Hazrat Masih Mau’ud a.s. Kepada mereka-pun Allah swt memperlihatkan pertolongan-Nya yang khas. Saya sudah biasa menceritakan pengalaman-pengalaman orang-orang Ahmady lama. Sekarang saya ingin menceritakan pengalaman orang-orang Ahmady yang baru baiat masuk ke dalam Jema’at. Seorang Ahmady baru dari Ivory Coast bernama Yaqoub Ali Sahib telah diberi penjelasan oleh Muallim setempat tentang peraturan membayar Chandah dan pengurbanan lainnya dalam Jema’at. Pada ujung bulan beliau datang sendiri untuk membayar chanda Am, chanda Tahrik Jadid dan chanda Waqaf Jadid, yang kira-kira jumlahnya 50 Pound dan untuk beliau jumlah uang ini cukup besar. Ketika Muallim Jema’at sedang membuatkan resit pembayaran itu, tiba-tiba Yaqoub Ali Sahib menerima panggilan telephon dari teman beliau, katanya: “Utang yang pernah saya ambil dari anda, ambillah besok dari saya.” Setelah menerima panggilan telephon itu Yaqoub Ali Sahib berkata: Sudah lama saya beri uang kepada orang itu sebagai utang dan saya sedikitpun tidak punya harapan untuk mendapatkannya kembali dari padanya. Dan sekarang ini telah terjadi semata-mata karena saya membayar chandah ini. Bukan hanya itu, beberapa hari kemudian setelah membayar chanda beliau menerima sepucuk surat dari Kerajaan (Pemerintah) menjelaskan bahwa beliau bukan hanya dinaikkan pangkat namun gaji beliaupun dinaikkan 50%. Maka ketika menerima gaji pertama setelah kenaikan itu beliau pun segera membayar chanda dua kali lipat besarnya. Beliau bukan hanya membayar chanda wajib saja bahkan untuk perbaikan dan perlengkapan mesjid juga beliau selalu memberikan sumbangan. Hal itu merupakan hujan rahmat dan karunia dari Allah swt disebabkan pengurbanan yang beliau serahkan kepada Jema’at. Tengoklah Allah swt bukan hanya memperlihatkan firman-Nya: Wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib - Dan Dia memberi rezki kepadanya di luar perkiraannya, bahkan Dia sungguh-sungguh telah menyempurnakan janji-Nya: Fa yudhoifahu lahu adh’aafan katsiran - Dia melipat gandakannya berkali lipat ganda banyakny (Al-Baqarah 246).
Amir Jema’at di Benin ketika sedang memberitahukan pentingnya serta berkat-berkat pengurbanan Tahrik Jadid di sebuah kampung Jema’at Yapinggo, seorang perempuan ghair Ahmadi bernama Haleem dari Benin menyerahkan chandah Tahrik Jadid sebanyak 500 Pound (l.k. Rp. 8 juta). Setahun kemudian dia menghubungi Jema’at lagi untuk membayar chandah Tahrik Jadid itu. Tahun yang lalu dia membayar empat kali ganda. Waktu itu ia mengatakan bahwa disebabkan pembayaran tahun lalu perniagaan saya mendapat kemajuan luar biasa, sungguh di luar perkiraan saya, sedikitpun saya tidak membayangkan akan mendapat keuntungan yang luar biasa banyaknya. Maka dari itu saya sekarang membayar lebih banyak lagi dan saya sekarang ingin masuk dan menjadi anggauta Jema’at ini.
Pada umumnya kita tidak menerima chandah dari ghair Ahmadi. Akan tetapi di Afrika hal seperti itu sudah biasa terjadi demi menjalin hubungan lebih erat lagi dengan Jema’at dan mereka-pun mendesak agar sumbangan atau pengurbanan mereka bisa diterima. Sebab mereka betul-betul ingin memberi dan mereka yakin bahwa Jema’at Ahmadiyah membelanjakan uang ini dengan cara yang betul. Ketika saya bertugas di Ghana orang-orang kampung bukan Jema’at membawa uang zakat kepada Jema’at. Mereka bertanya dan kita pun memberi jawaban kepada mereka tentang zakat itu. Mereka berkata: Jema’at Ahmadiyah menggunakan uang zakat dengan cara yang betul, namun jika kami berikan kepada maulvi kami, mereka akan masukkan uang itu ke dalam kantung mereka dan memakannya sendiri.
Bagaimana Allah swt telah menganugerahkan banyak karunia kepada perempuan baik dan mukhlis itu, bukan hanya Allah swt menganugerahkan kelapangan rezki kepadanya bahkan Dia telah memberi taufiq kepadanya untuk mendapatkan hidangan ruhani hakiki yang telah dibawa oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. di zaman ini.
Hazrat Ya'kub Ali Irfani Sahib meriwayatkan katanya, Hafiz Nur Ahmad Sahib Saudagar dari Ludhiana salah seorang murid Hazrat Masih Mau’ud a.s. yang sangat mukhlis mendapat banyak kerugian di dalam perniagaan beliau. Bahkan perniagaan beliau sudah hampir bankrupt (bangkrut). Beliau ingin pergi ke tempat lain untuk menjalankan perniagaan lain lagi supaya keadaan ekonomi beliau menjadi baik. Di masa kehidupan Hazrat Masih Mau’ud a.s. Hafiz Sahib sering berkirim surat kepada beliau a.s. Dan Hafiz Sahib banyak berkurban harta terhadap Jema’at melebihi taufiq dan kekuatan beliau. Dan beliau tinggal di Qadian. Beliau mengenang bagaimana pemurahnya Hazrat Masih Mau’ud a.s. dalam segi keuangan, saya katakan bahwa beliau tidak tahu memberi sedikit, selalu memberi banyak. Hafiz Sahib menceritakan pengalamannya sendiri katanya, ketika saya telah berniat untuk bepergian ke luar daerah, saya memohon beberapa Rupies dari Hazrat Masih Mau’ud a.s. Dari dalam rumah Huzur membawa sebuah kotak berisi penuh dengan uang dan meletakkannya di hadapan saya. Beliau bersabda kepada saya: Berapapun yang anda perlukan ambillah uang ini! Huzur nampak sangat senang sekali. Lalu saya mengambil sesuai keperluan saya, sedangkan Huzur selalu mendesak saya untuk mengambil semuanya. Sebagaimana firman Allah swt bahwa Dia memberi tanpa perhitungan.
Tuhan kadang-kadang membuat atau mengambil juga perhitungan dari hamba-Nya. Dan di dunia ini juga Dia mengambil perhitungan dari hamba-Nya. Sehubungan dengan itu telah banyak terjadi peristiwa. Hazrat Ghulam Rasul Rajiki meriwayatkan katanya, setelah membacakan khutbah nikah putera Mian Bira Bakhs Sahib seorang Sahabah Hazrat Masih Mau’ud a.s. saya pergi bersama rombongan Baraat (rombongan keluarga pengantin lelaki kerumah pengantin perempuan), setelah kembali dari sana baru saya tahu bahwa selain dari lelaki yang baru nikah itu semua anak lelaki Mian Bira Bakhs Sahib tuli dan bisu (tidak bisa bercakap). Saya pikir musibah ini tidak mungkin terjadi tanpa sebab. Sungguh menakutkan. Maka saya tanyakan kepada Mian Mira Bakhs, mengapa telah terjadi demikian. Mian Bakhs menjelaskan katanya, adik ipar saya perempuan mempunyai seorang anak bisu dan tuli. Maka sambil mencemooh saya berkata kepada adik ipar itu: Jika melahirkan anak hendaknya anak yang pandai bicara dan bisa mendengar juga. Kamu ini telah melahirkan anak yang tuli dan bisu lagi. Adik ipar itu sangat tersinggung atas perkataan saya itu. Ketika perbincangan sudah semakin keras, adik ipar itu berkata kepada saya: “Takutlah kepada Tuhan, jangan-jangan engkau juga mendapat musibah seperti ini!!” Sayapun tidak berhenti bercakap: “Lihatlah anak-anak saya betul-betul baik dan sehat.” Namun apa yang terjadi, anak-anak yang lahir kemudian telah menjadi sarana kemarahan Tuhan, anak-anak yang lahir kemudian keadaan mereka betul-betul tuli dan bisu. Atas musibah ini saya banyak membaca istighfar dan saya sangat menyesal sekali atas perbuatan seperti ini dan saya berkali-kali memohon do’a kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. Allah swt telah mengabulkan permohonan do’a saya sehingga anak terakhir yang baru nikah ini dalam keadaan sehat dan tidak cacat. Jadi, dalam perbuatan senda gurau yang dianggap main-main, namun bagi pihak yang lainnya menjadi sebab kemarahan dan sakit hati, sehingga menggoyang Arasy Ilahi. Dan di dunia ini juga perhitungan Tuhan kepadanya mulai berjalan. Semoga Allah swt mengasihaninya dan semoga Dia menanamkan taqwa hakiki di dalam kalbu-nya.
Satu peristiwa lagi diceritakan oleh Maulana Ghulam Rajiki Sahib yang terjadi pada tahun 1929. Katanya di daerah pemilihan kami untuk anggauta Punjab Legislative Councel ada dua orang calon. Satu orang bernama Chouhdry Riasat Ali Sahib dan seorang lagi Bhaksha Bhatty Sahib. Kedua calon ini memohon bantuan kepada para anggauta Jema’at di daerah itu supaya memilih mereka. Akan tetapi Mian Safdar Sahib r.a. berkata kepada mereka: Selama kami belum menerima keputusan dari Huzur ayyadahullahu ta’ala kepada siapa kami harus memilih, kami tidak bisa berjanji kepada siapa pun untuk memberi suara. Dikatakan bahwa Hazrat Khalifatul Masih II r.a. pergi ke sebuah mesjid besar di sebuah kampung dan di sana selain orang-orang Ahmady banyak lagi non Ahmady yang hadir disana. Disitu Huzur r.a. memberi saran agar memberi suara kepada Chouhfry Riasat Ali Sahib. Setelah mendengar keputusan itu selain orang-orang Ahmady, semua orang-orang non Ahmady yang hadir disana menentang Chouhdry Riasat Ali Sahib. Dan mereka semua menentang bahkan mereka langsung menyerang orang-orang Ahmady. Kami dengan sabar dan tabah menghadapi serangan orang-orang ghair Ahmady itu. Pada waktu itu seorang pembesar kampung bernama Khatam Ali melakukan serangan kelewat batas sambil memaki dengan kata-kata sangat kotor terhadap Jema’at dan terhadap Maulvi Ghulam Rajiki, terhadap Hazrat Khalifatul Masih II r.a. dan kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. juga. Ketika penghinaannya itu sudah melampaui batas maka Maulvi Ghulam Rajiki memperingatkan Khatam Ali Sahib dihadapan orang-orang ramai dengan kata-kata Hai Khatam Ali perbuatan engkau ini tidak baik! Allah swt tidak memberi umur panjang terhadap orang seperti engkau. Ingatlah, jika tidak bertaubat, engkau akan cepat ditangkap oleh Allah swt! Maulvi Ghulam Rajiki Sahib setelah mengancam Khatam Ali dan memberi nasihat kepada orang-orang Ahmadi harus membaca do’a “Allahumma inna naj’aluka fi nuhurihm wa na’uzubika min syururihim, beliau kembali ke Qadian. Setelah beliau pergi, Khatam Ali tiba-tiba jatuh sakit dan segera diusahakan berobat dan dirawat di rumah sakit besar, namun setelah ia menderita sakit selama empat bulan akhirnya ia meninggal dunia.
Hazrat Maulvi Ghulam Rajiki Sahib menceritakan lagi sebuah peristiwa di kampung Kasur Distrik Sialkot, disana tinggal seorang Hakim (Ahli pengobatan tradisinal) Ahmady. Dikampung itu ada seorang Maulvi yang sangat teguh pendiriannya bahwa Nabi Isa masih hidup dilangit sampai sekarang. Ketika ayat berikut ini dikemukakan kepadanya:
Idz qaalallaahu yaa ‘iisaa innii mutawafiika wa raafi’uka ilayya wa muthahhiruka minal ladziina kafaruu wa jaa’ilul ladziinat taba’uuka fauqal ladziina kafaruu ilaa yaumil qiyaamati …
اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰىۤ اِنِّىْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَىَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ‌‌ۚ ثُمَّ اِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Artinya: Ingatlah ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mematikan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat engkau disisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang yang ingkar dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas orang-orang yang ingkar hingga Hari Qiamat. Kemudian kepada Akulah kamu kembali, lalu Aku akan menghakimi diantara kamu tentang apa yang kamu perselisihkan. (Ali Imran : 56)
Di dalam ayat ini susunannya adalah inni mutawffika wa rafi’uka. Maulvi itu dengan emosi sekali menukar susunan ayat itu demikian yakni, setelahnya … wa ja’ilul laziinat taba’uuka fauqol ladziina kafaru ilaa yaumil qiyamah baru ayat ini: inni mutawaffika warafi’uka ilayya wa mutahhiruka minal lazina kafaru. Dia tukar balikkan susunan ayat itu tanpa merasa takut sedikitpun kepada Allah swt. Lalu dalam tempo beberapa lama dia mengulang-ulang membaca ayat yang sudah dia robah itu. Dan dalam emosi keras seperti itu dia mulai musyawarah dengan beberapa orang ulama untuk merobah susunan ayat tersebut. Para ulama mengatakan bahwa susunan ayat ini sudah demikian, maka apabila susunannya ditukar yang dimuka disimpan dibelakang sebaliknya yang dibelakang disimpan dimuka tentu orang-orang akan ribut dan dengan keras mengajukan keberatan. Maulvi itu berkata, apapun yang akan terjadi akan saya kerjakan sendiri. Setelah mengumpulkan uang banyak ia pergi ke beberapa buah percetakan di kota Amritsar meminta untuk mencetak perubahan ayat itu. Namun semua percetakan menolak permintannya itu, karena mereka takut akibatnya. Lalu ia pergi kepercetakan orang Sikh dengan memberi imbalan yang cukup banyak untuk mencetak perobahan ayat itu. Namun orang Sikh itu pun tidak berani dan menolaknya sebab ia takut kepada orang-orang Islam jika berbuat demikian. Benak Mauvli itu sudah dirasuk penyakit gila sehingga akhirnya ia membeli sebuah alat pencetak untuk mencetak sendiri perobahan ayat Alqur’an itu di kampungya. Namun setelah sampai kembali ke rumahnya ia mendapat musibah yang aneh dan sangat dahsyat sekali. Maulvi dan seluruh anggauta keluarganya tiba-tiba diserang penyakit ta’un atau pest sehingga dalam tempo hanya satu malam saja semuanya meninggal dunia. Jadi, orang-orang begitu kerasnya menentang Hazrat Masih Mau’ud a.s. sehingga orang yang menamakan dirinya ‘alim ini namun kosong dari taqwa telah berusaha keras untuk merobah ayat-ayat suci Alqur’an. Namun akhirnya tengoklah, bagaimana Allah swt telah mengambil perhitungan yang sangat menakjubkan dan cepat sekali. Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Jika manusia sedikit saja ingat kepada keagungan Allah swt dan yakin ia akan menghadapi kematian maka semua kemalasan dan kelalaian akan hilang.” Oleh sebab itu keagungan Allah swt harus selalu tertanam di dalam hati dan harus selalu takut kepada-Nya. Cengkeraman tangan Tuhan sangat berbahaya dan menakutkan sekali. Sekalipun Dia acapkali menutupi kelemahan hamba-Nya dan mema’afkan-nya juga, akan tetapi apabila ia telah menangkap seseorang Dia tidak akan melepaskannya lagi. Sehingga firman-Nya وَ لاَ يَخَافُ عُقبَاهَا artinya: Dan Dia (Tuhan) tidak memperdulikan apa yang akan terjadi akibat-akibat-nya. Sebaliknya orang-orang yang takut kepada Allah swt dan hatinya penuh dengan puji keagungan-Nya, maka Allah swt menaruh hormat kepadanya. Dan dengan sendirinya Dia menjadi perisai untuk melindunginya.
Semoga Allah swt menaruh belas-kasih kepada kita semua dan semoga Dia selalu melindungi kita dari kemarahan-Nya dan dari hukuman-Nya walaupun sedikit. Dan semoga Dia menurunkan nikmat-nikmat-Nya kepada kita dan semoga Dia selalu memperlihatkan karunia-karunia-Nya di luar perkiraan kita. Semoga rasa takut kepada-Nya selalu ditanamkan di dalam kalbu kita sedalam-dalamnya. Semoga Dia menjadi Pelindung kita setiap sa’at sesuai dengan janji-janji-Nya. Amin !!!
Insya Allah saya akan pergi menempuh suatu perjalanan jauh, beberapa Jum’at yang akan datang insha Allah di Baitul Futuh ini akan disaksikan Khutbah Jum’ah seperti disaksikan di MTA oleh negara-negara lainnya di dunia. Do’akanlah semoga Allah swt memberkati perjalanan ini. Aamiiin !!

Alihbahasa dari audio Urdu oleh Hasan Basri
31-03-2010

Tidak ada komentar: