KHUTBAH JUM’AT HADHRAT AMIRUL MUKMININ KHALIFATUL MASIH V aba.
Tanggal 18-1-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London, United Kingdom
Nabi yang mengajarkan Hikmah (Kebijaksanaan & Keadilan) (2)
Tanggal 18-1-2008 dari Mesjid Bait-ul-Futuh, London, United Kingdom
Nabi yang mengajarkan Hikmah (Kebijaksanaan & Keadilan) (2)
Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. menilawatkan ayat dari Kitab Suci Al-Qur’an:
Surah Al-Baqarah ayat 130:
“Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka dan yang mengajarkan hikmah kepada mereka dan akan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Ayat yang baru saya baca ini, berkenaan dengan pokok bahasan yang sama dalam khutbah yang lalu di mana ini yang yang saya akan bahas hari ini adalah untuk ketiga kalinya mengenai doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Ibrahim a.s. bahwa mengenai kebijaksanaan bahwa Nabi yang kepadanya Kitab yang akan menyampaikan pesan amanat Engkau ke seluruh dunia dan beliau juga akan mengajarkan kepada mereka kebijaksanaan. Ada bermacam-macam arti dari kata hikmah; saya sudah menerangkan di dalam khutbah sebelumnya bahwa satu arti dari kata hikmah adalah adil, satu arti yang lainnya dari hikmah adalah ilmu pengetahuan dan arti-arti lainnya adalah pengertian, persepsi kebijaksanaan. Juga arti dari hikmah adalah untuk menggunakan sesuatu hal itu harus pada tempat dan saatnya nya yang tepat, menggunakannya dengan tepat dan sesuai. Kata hikmah yang digunakan di sini adalah berkaitan dengan Nabi yang besar dan Kitab serta ajaran yang akan tetap kekal abadi. Berkenaan dengan itu sekarang saya akan mengambil kata hikmah ini.
Sebagaimana yang pernah saya katakan bahwa salah satu arti dari hikmah adalah keadilan. Doa tadi adalah bahwa agar seorang Nabi didatangkan untuk mengajarkan kepada orang-orang tentang kebijaksanaan dan hikmah, jadi artinya adalah bahwa Nabi itu akan datang untuk menegakkan keadilan dan ia pun akan mengajarkan kepada orang-orang untuk berlaku adil dan berbuat keadilan. Bilamana Allah Taala itu menyebutkan Yu’allimuhumul kitaaba walhikmata bahwa ia itu akan mengajarkan kepada kalian Kitab dan hikmah kebijaksanaan. Jadi, kemudian jika pernyataan dari kenyataan ini adalah sebagai hasil dari dikabulkannya dari doa tersebut, sehingga seorang Nabi sudah dibangkitkan dan sebuah Kitab sudah diwahyukan kepada beliau, maka inilah Kitab yang sedemikian itu, yang penuh dengan ajaran yang di dasarkan atas kebijaksanaan dan keadilan. Beliau mengajarkan kepada kalian kebijaksanaan sampai pada Hari Kiamat demikianlah Dia akan mengajarkan kebijaksanaan ini sampai pada Hari Kiamat, inilah sebuah kawenangan untuk mengajarkan keadilan.
Bukan hanya Nabi besar ini yang ajarannya tidak luput dari keadilan dan juga perbuatannya yang tidak berlaku adil, tetapi Nabi yang besar ini, contoh dari Nabi ini adalah hal yang kadarnya tidak dapat diraih oleh orang-orang. Tetapi Allah Taala telah membuatnya jelas bagi kami dengan jalan-jalan yang jika saudara-saudara itu menggunakan seluruh kemampuan saudara dan berusaha untuk mengikuti jalan ini, maka kemudian dikarenakan oleh usaha tersebut maka saudara-saudara akan dapat meraih standard tersebut, yaitu oleh orang-orang yang menjadi anggota Jamaat-Nya dan yang adalah satu bagian dari umatnya yang besar ini. Kebijaksanaan dari Y.M. Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai macam aspeknya dari hikmah itu ada di sana.
Dengan merujuk pada kata nasihat tersebut dan lain-lainnya yang sudah saya sebutkan di dalam khutbah saya yang lalu, hari ini saya akan mengemukakan kata hikmah ini dalam arti sebagai keadilan dan saya akan kemukakan beberapa contoh mulia dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. dan kemudian saya akan menerangkan ajaran dari Kitab Suci Al-Qur’an pada aspek ini. Ini sehubungan dengan setelahnya peperangan Hunain ketika harta rampasan perang sedang dibagikan di mana kepada beberapa orang pemimpin Arab diberikan keistimewaan bila dibandingkan dengan orang-orang yang lainnya. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. memberikan kepada mereka bagian yang sedikit lebih banyak. Ada orang yang mengatakan bahwa keadilan di sini tidak dipertahankan. Atas hal tersebut Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa jika Nabi Allah itu tidak menegakkan keadilan lalu siapa lagi yang dapat menegakkan keadilan?
Harta yang diberikan kepada mereka itu sebenarnya diberikan kepada mereka sebagai hiburan pelipur lara dan untuk memberikan semangat kepada mereka sehingga para pemimpin Arab itu akan datang lebih dekat lagi pada Islam dan para pengikut serta keluarga mereka akan ikut masuk ke dalam Islam. Jadi untuk memberikan semangat kepada mereka itu hal ini telah dikerjakan untuk menghibur mereka, dan hal ini bukannya dengan mengurangi bagian hak dari orang-orang lainnya, tetapi Allah Taala telah menetapkan bahwa 1/5 dari harta yang diperoleh sebagai rampasan perang itu adalah untuk bagiannya Nabi Muhammad SAW., dan dari bagian yang itu Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. punya hak untuk membagikannya kepada siapa yang beliau kehendaki. Jadi beliau mengatakan bahwa saya memberikan sedikit extra lebih kepada orang-orang di maksud karena mereka itu ada sedikit lemah di dalam keimanannya, sehingga mengharapkan bagiannya yang lebih banyak. Orang-orang yang sudah sangat kuat di dalam keimanannya bahkan di dalam beberapa kejadian saya berikan kepada mereka bagiannya yang lebih sedikit. Orang-orang yang sangat kuat di dalam keimanannya sebenarnya mereka itu lebih dekat kepada-ku dan aku pun lebih mencintai mereka ini. Jadi perkara ini di mana kepada orang lain itu diberikan bagian yang lebih banyak adalah atas perintah dari Allah Taala dan ada di bawah instruksi Dia. Yang keduanya adalah dikarenakan hikmah ini dan inilah perbuatan yang penuh dengan hikmah dan keadilan, bahwa itulah sebuah cara untuk menegakkan keadilan itu yang hasilnya adalah menciptakan standard keimanan yang lebih tinggi.
Contoh dari adl - keadilan – yang juga ceriteranya sudah banyak diketahui oleh orang adalah berkenaan dengan seseorang yang pernah terkena pukulan, di mana Y.M. Nabi Muhammad SAW. telah mengizinkan orang tersebut untuk melakukan pembalasan. Diriwayatkan bahwa Y.M. Rasulullah SAW. menyampaikan khutbah di mana karena dibacakan Surah An-Nashr maka sahabat mengerti bahwa saat kewafatan beliau itu sudah mendekat. Ketika mereka mendengar khutbah tersebut maka para sahabat menangis dengan kerasnya. Setelahnya khutbah Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa aku demi Allah, bahwa jika ada seseorang yang merasa berhak untuk memberikan pembalasan kepadaku maka ia harus menggunakan haknya sebelum datangnya Hari Kiamat. Dalam peristiwa ini seorang sahabat yang namanya Ukasha berdiri dan mengatakan bahwa saya mengorbankan orang tua saya demi untuk Tuan, sekarang Tuan meminta kepada kami atas nama Allah bahwa jika ada orang yang menghendakinya maka ia berhak untuk melakukan pembalasan itu. Jadi, saya ingin mengatakan bahwa pada satu peperangan unta saya berada sangat dekat pada untanya Nabi Muhammad, dan ketika saya hendak turun, pada saat itu tongkat Tuan memukul saya, saya tidak tahu apakah itu disengaja untuk memukuli saya atau untuk memukul unta, tetapi saya sungguh-sungguh merasa sakit atas pukulan tongkat tersebut.
Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa demi Allah, demi kemuliaan Allah, maka Nabi Allah itu tentu saja tidak akan berbuat dengan sengaja untuk menyakitimu; tetapi Y.M. Rasulullah SAW. meminta kepada Hadhrat Bilal r.a. untuk mengambil tongkat tersebut yang saat itu disimpan di rumahnya Hadhrat Fatimah, maka ia mengambil tongkat tersebut kemudian kepada Hadhrat Ukasha diberikan tongkat itu dan diminta kepadanya sekarang engkau dapat melakukan pembalasan tersebut sebagaimana yang engkau kehendaki.
Pada saat itu Hadhrat Abu Bakar berdiri, Hadhrat Umar berdiri dan Hadhrat Ali pun berdiri dan mengatakan engkau boleh melakukan pembalasannya melalui aku dan jangan melakukan balasan kepada Y.M. Rasulullah. Ukasha mengatakan tidak, saya ingin melakukan pembalasannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Hadhrat Hassan dan Husein keduanya berdiri, mereka mengatakan kami-lah yang cucunya dari Nabi Muhammad SAW., maka engkau berhak memberikan balasannya kepada kami. Tetapi Ukasha masih saja mengatakan tidak! Saya harus memberikan balasannya kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. sendiri kemudian mengatakan kepada semua orang-orang untuk duduk sambil bersabda, saya sudah siap untuk menerima pembalasan ini. Saat itu Hadhrat Ukasha mengatakan bahwa waktu saya kena pukul oleh Tuan, waktu itu saya tidak mengenakan apa-apa pada tubuh saya. Y.M. Nabi Rasulullah SAW. pun menggulungkan kemejanya dan mengatakan, engkau sekarang boleh memukulku sebagaimana aku dulu memukul kamu. Ketika para sahabat melihat hal ini mereka mulai berteriak dan menangis, betapa mereka dapat mentolerir sesuatu hal yang tidak enak untuk dikenakan kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., tetapi saat itu, yang dapat mereka kerjakan hanyalah menahan diri mereka saja. Namun beberapa saat kemudian, apa yang mereka lihat itu adalah sesuatu ekpresi dari cinta seseorang terhadap orang yang sangat dicintainya. Hadhrat Ukasha maju ke depan dan mulai menciumi tubuh dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., sambil mengatakan, bahwa saya dapat mengorbankan orang tuaku demi untuk kemuliaan Tuan, maka betapa saya akan dapat berpikiran untuk melakukan pembalasan kepada Tuan, Y.M. Nabi Muhammad SAW. Tuan telah mengajarkan kepada kami standard yang tinggi dalam keadilan; kami itu tidak pernah punya pikiran bahwa Tuan dapat berlaku tidak adil kepada seseorang. Jadi inilah satu kesempatan di mana saya dapat meng-ekspresikan kecintaan saya, yang saya tidak akan melepaskan kesempatan ini. Tetapi lihatlah apa jawaban dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., Sang Pangeran dari Keadilan ini, beliau mengatakan, apakah engkau akan melakukan pembalasan atau akan memaafkanku, dan umumkanlah di hadapan semua orang-orang ini. Hadhrat Ukasha mengatakan: Ya Rasulullah, saya memaafkan Tuan, semoga dengan ini saya berharap bahwa pada Hari Kiamat nanti, Allah Taala pun akan memaafkan kami. Selanjutnya, Y.M. Rasulullah SAW. mengatakan kepada semua orang-orang yang sedang duduk hadir di sana, bahwa jika ada orang yang ingin melihat sahabatku di Syurga nanti maka lihatkah kepada orang ini; kemudian orang-orang yang tadinya sangat marah kepada Hadhrat Ukasha ini, mereka pada berdiri dan menciuminya di mana mereka betapa sangat merasakan irinya pada tongkat cemeti tersebut. Inilah satu contoh dari keadilan seorang Nabi yang besar, Nabi yang agung, yang telah ditegakkan oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW.
Ada banyak contoh-contoh lainnya di mana beliau saw. senantiasa menganjurkan dan meminta kepada para sahabat beliau, menasihati mereka hal yang sama. Dikarenakan pada Kitab Suci Al-Qur’an itu kualitas adl – keadilan- itu ada berulang-ulang kali disebutkan, maka penelitian dan perhatian yang besar ada dilakukan pada perkara keadilan ini. Sekarang akan saya sajikan ajaran tentang keadilan – menegakkan keadilan di dunia -, di mana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Nahl (16) ayat 91:
Sesungguhnya, Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat; dan melarang dari perbuatan keji, dan hal yang tidak disenangi, dan memberontak. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran.
Sesungguhnya Allah Taala memberikan perintah kepadamu untuk berlaku adil dan jujur serta berbuat baik kepada orang-orang serta menasihatimu untuk menghindarkan diri dari perbuatan buruk dan perilaku yang keji serta menasihatimu agar mengambil pelajaran dan kebijaksanaan dari hal tersebut. Inilah satu ajaran yang jika kalian mengamalkannya maka segala masalah yang terjadi dalam masyarakat itu akan dapat terselesaikan, juga masalah nasional pun akan dapat diselesaikan.
Macam keadilan ini yang dilakukan atas kualitas keadilan yang sedemikian rupa di mana yang standardnya akan terus meningkat naik dan kecintaan satu sama lainnya itu akan terus meningkat. Orang-orang itu haruslah berusaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk dari ahlak yang tidak baik. Bilamana mereka itu dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk maka sebagai akibatnya dari itu tingkatan keadilan yang tinggi dapat ditegakkan di mana akan banyak diingatkan agar melaksanakan tugas dan kewajiban mereka terhadap orang-orang lainnya. Keadilan itu bukannya saja dengan melakukan pembalasan serupa, tetapi dalam beberapa keadaan tertentu adalah dengan melalui ihsan dengan pemberian maaf, dengan suatu perbuatan yang indah, juga dengan melalui perbuatan yang baik dan perasaan cinta kasih sayang. Juga dikarenakan oleh perasaan takut kepada Allah Taala maka sebagai hasilnya dari itu adalah yang akan membuat engkau itu mahrum dari jalan-jalan yang tidak baik dan akan meneguhkan dengan akar yang kuat dalam kebaikan. Tipe adl yang secara duniawi, itulah yang dengan cara melakukan pembalasan dan pemberian hukuman kepada orang-orang atas kesalahannya itu. Tetapi sesuai dengan ajaran dari Allah Taala yang dimaksudkan dengan adl itu bukan semuanya demikian. Karena, sebagai hasilnya dari tipe keadilan yang biasa itu, di sana tidak terjadi adanya suatu reformasi tetapi bahkan bisa timbul lebih banyak kebencian di sana. Di mana orang-orang itu akan menjadi merasa sangat tertekan dan membela diri yang kadang-kadang timbul rasa kebencian dan permusuhan dalam hati orang-orang.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. , Semoga Tuhan menurunkan Selamat dan Salaam atas beliau mengatakan bahwa Allah Taala berfirman agar engkau membalas kebaikan dengan kebaikan lagi. Jika kalian mendapatkan kesempatan untuk memberi maaf kepada seseorang dan melakukan sesuatu kebaikan kepada orang, bahkan jika dengan lebih baik lagi dari itu, jika kalian dapat melakukan sesuatu kebaikan dengan cara spontan atas perasaan kasih sayang, maka inilah yang paling baik; Allah Taala menghalangi engkau dari perbuatan pelanggaran yang melewati batas. Berkenaan dengan ihsaan, perbuatan baik kepada orang itu, maka selanjutnya engkau supaya lupakanlah hal itu; dan jika engkau melakukan perbuatan baik ini tidak pada saatnya yang tepat, atau jika kesempatan itu datang tetapi engkau menghindarkan diri dari itu, atau engkau memperlakukannya sebagaimana terhadap kerabat dekatmu. Perbuatan pada saatnya yang tepat, itulah yang seharusnya dilakukan. Jika kalian mengabaikan kesempatan yang baik itu maka yang demikian itu tidaklah benar, yaitu jika kesempatan itu datang dan engkau dapat melakukan kebaikan ini kepada orang lain kemudian engkau tidak melakukannya maka engkau itu telah kehilangan sesuatu kebaikan. Sebagaimana engkau itu akan memberi kepada keluarga dan kerabatmu serta kepada yang kamu sayangi, sebagaimana seorang ibu yang mengasihi anak kecilnya, maka standard kasih sayang semacam demikianlah yang harus diperlihatkan kepada orang-orang itu. Jika engkau memperlihatkan suatu kelalaian dalam hal tersebut atau satu kelemahan dalam hal ini, maka ini tidaklah benar.
Ada terdapat 3 tahapan kebaikan yang disebutkan di sini. Tahap pertama adalah bahwa engkau itu harus melakukan satu kebaikan sebagai balasan atas kebaikan yang diberikan kepadamu; inilah tahapan awal dari kebaikan itu. Ini adalah yang paling biasa bagi banyak orang-orang, bahwa jika ada kebaikan yang dilakukan kepada mereka, maka mereka pun akan memberikan balasan dengan kebaikan juga. Yang kedua adalah untuk melakukan sesuatu kebaikan kepada orang lain untuk berbuat baik kepada orang lain. Inilah tingkat tertinggi dari kebaikan. Banyak orang-orang yang berbuat kebaikan kepada orang miskin, yang secara kasarnya diartikan oleh orang-orang bahwa saya sudah melakukan satu kebaikan; yang sebagai hasil dari ihsan dan kebaikan ini ia mengharapkan sesuatu kebaikan duniawi. Jika dalam contohnya itu tidak seperti ini maka orang itu digambarkan sebagai orang yang lupa akan kebaikan. Kadang-kadang sebagai hasil dari kebaikan ini, mereka membebani orang yang di luar kemampuannya, atau ada orang yang melakukan kebaikan itu dengan beban tanggung-jawab sangat berat yang di luar kemampuan mereka, inilah yang tidak benar. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa saya sudah berbuat sesuatu kebaikan kepadamu pada waktu itu dan kapan serta sudah melakukan sekian banyaknya. Di mana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Baqarah ayat 265:
…………. , janganlah kamu menjadikan sedekah-sedekahmu sia-sia dengan menyebut-nyebut jasa baik dan menyakiti ………..
Bahwa hai orang-orang yang sudah berbuat kebaikan dengan memberikan sedekah kepada orang lain, janganlah engkau itu membuat orang-orang itu sebagai hinaan atau celaan kepada mereka. Kata sedekah itu adalah berasal dari kata sidq yang berarti kebenaran dan kebaikan. Jika cemoohan itu dilakukan setelahnya memberikan sedekah maka perbuatan itu tidak akan menjadi sebuah sadaqah. Walaupun kesimpulannya, inilah kelemahan dari beberapa orang itu, yang setelahnya melakukan kebaikan itu mereka berkali-kali mengatakannya dan mengingatkan kepada orang tentang kebaikannya itu. Tingkatan ketiga dari perbuatan baik kepada orang lain itu adalah bahwa di sana itu tidak ada pikiran tentang sesuatu perbuatan ihsan, tetapi engkau itu melakukan perbuatan baik kepada orang yang lin itu dengan perasaan sebagai orang itu adalah orang yang sangat dekatnya kepadamu, sama seperti halnya dari seorang ibu yang berbuat kebaikan kepada anaknya. Inilah poin tertinggi dari salih atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Allah Taala telah menyebutkan semua tingkatan ini yang dikaitkan dengan situasi dan keadaannya yang tepat. Dikatakan di sana bahwa semua ketiga kebajikan yang mereka lakukan ini, jika tidak dikerjakan pada saatnya yang tepat maka perbuatan itu akan menjadi sia-sia dan merupakan dosa bagimu. Jadi dalam hal yang sedemikian itu maka perbuatan tersebut tidak akan dianggap baik tetapi bahkan akan menjadi sesuatu yang buruk.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa dari kebaikan itu jika etiket baiknya tidak diikuti maka hal itu akan menjadi amalan yang tidak benar. Demikian pula halnya ihsan dan itaizil-qurba jika mereka melakukannya dengan tidak tepat maka akhirnya akan menjadi sesuatu yang buruk bagi orang-orang tersebut. Sebenarnya, penyerangan atau agresi ini, pelanggaran dan kesombongan yang disebutkan di sini adalah jika seseorang itu tidak melaksanakan tanggung-jawabnya dengan sebagaimana mestinya, apakah suatu perbuatan yang berlebihan atau pun yang tidak dikerjakan maka yang demikian itu dapat dinamakan agresi dan pelanggaran. Itu bisa disebabkan karena hal yang baik tetapi dikerjakan pada saat dan tempatnya yang tidak tepat. Jadi ada bermacam kondisi pada manusia itu dan kadang-kadang ada kebiasaan pada anak-anak pun di mana untuk ahlak dan intellectual yang adalah sangat penting, bahwa setiap hal baik itu harus dilakukan pada saatnya yang tepat. Semuanya ini yang di mana Allah Taala telah memberikan kemampuan keadilan untuk melakukan kebajikan dan perbuatan baik kepada orang-orang lain, semuanya ini jika mereka menggunakannya dengan tanpa intelektual dan pengertian dan tidak dikerjakan pada saatnya yang tepat maka hal tersebut bisa menjadi tidk benar. Jadi, inilah ajaran dari Kitab Suci Al-Qur’an yang penuh dengan kebijaksanaan yang hakikatnya menegakkan keadilan, nilai keadilan di dalam masyarakat. Jika ada orang yang kebisaan mencuri, orang yang kerap kali melakukan pencurian, kemudian jika orang ini dibebaskan tanpa dikenakan peringatan dan hukuman, maka yang demikian itu bukanlah keadilan. Jika ada orang yang mencuri roti karena lapar, maka pengaturan harus dikerjakan agar kepada orang ini dapat diberikan makanan yang cukup; disitulah keadilan dengan tidak menghukum orang tersebut. Dengan melakukannya demikian, dengan berbuat ihsan maka keadilan itu telah ditegakkan sebagaimana mestinya. Jika orang ini, yang mencuri roti itu adalah karena sudah menjadi kebiasaan dari orang tersebut, maka tentu saja hukuman harus dijatuhkan kepada orang tersebut. Jadi apa pun yang paling sesuai dan memadai sesuai dengan waktu dan kesempatannya, maka itulah keadilan yang hakiki. Jadi singkatnya, ajaran Islam itu adalah ajaran yang menegakkan keadilan dan untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya terhadap orang-orang lain. Untuk keperluan ini, maka unsur keadilan itu harus diciptakan di dalam pikiran manusia. Untuk menanamkan poin ini di dalam hati manusia, Allah Taala berfirman di satu tempat:
Surah Al-Maa’idah ayat 9:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian kepada sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat pada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Hai orang-orang yang beriman, jagalah keteguhanmu untuk menjadi saksi yang memegang teguh keadilan. Kebencian terhadap seseorang itu janganlah sampai membuat kamu untuk bertindak melawan keadilan. Tegakkanlah selalu keadilan dan ini adalah lebih dekat pada takwa. Allah Taala itu Maha Tahu apa-apa saja yang kamu kerjakan.
Inilah satu ajaran yang indah, betapa sebuah ajaran yang amat agungnya yang diberikan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Hal pertama yang disebut di sini adalah bahwa jika engkau menyatakan dirimu sebagai orang yang beriman, orang mukmin, maka seorang mukmin itu harus selalu mendukung dalam penegakkan keadilan. Dari ajaran Al-Qur’an, engkau itu haruslah menegakkan keadilan. Jika engkau itu memiliki pemikiran seperti ini maka engkau itu adalah seorang mukmin sejati di dalam pandangan dari Tuhan. Karena tanpa itu, maka keimananmu itu adalah menyimpang. Jika pemikiran ini ada di sana, keyakinan ini ada di sana, maka engkau itu sesungguhnya akan dibawa ke arah keadilan, kemudian engkau akan menjadi seseorang yang bekerja dengan mengikuti ajaran dari Allah. Hal kedua ialah bahwa tidak ada kebencian yang akan membawa orang itu mengabaikan akan nilai keadilan. Keindahan dari orang beriman itu adalah bahwa ia itu harus mengikuti jalan ketakwaan dan harus senantiasa memenuhi persyaratan keadilan. Allah Taala berfirman bahwa jika engkau itu tidak melakukan yang seperti itu, maka ingatlah bahwa tak ada seseuatu pun yang tersembunyi dari Allah Taala. Orang semacam itu yang walaupun memiliki sebuah ajaran yang besar dan agung, namun jika ia itu tidak mengikuti ajaran tersebut maka ia tidak dapat dinamakan sebagai seorang mukmin sejati. Jadi inilah ajaran yang menegakkan keadilan yang merupakan satu kualitas istimewa dari ajaran Kitab Suci Al-Qur’an.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. bersabda bahwa Allah Taala berkenaan dengan keadilan ini telah berfirman bahwa tanpa keshalehan dan ketakwaan maka engkau itu tidak akan dapat meraih ini. Dia berfirman: wa laa yajrimannakum syanaa aanu qaumin ‘alaa allaa ta’diluu i’diluu huwa aqrabu lit taqwaa (5:9)
Bahwa kebencian itu adalah musuh-musuhmu dan janganlah kebencian itu membuat kamu meninggalkan standard keadilan; jalankanlah selalu keadilan, karena itulah yang diperlukan. Orang yang mengganggu kamu, yang merugikan kamu dan yang melukaimu dan yang menumpahkan darahmu, yang membunuh kalian, yang membunuh perempuan-perempuan dan anak-anak seperti yang dilakukan oleh orang-orang Mekkah, orang-orang Mekkah yang belum beriman melakukannya; yang setelahnya itu mereka tidak juga menghentikan dari peperangan; maka adalah sangat sulit untuk menjadi orang yang sangat jujur dan berpegang teguh pada keadilan jika berhadapan dengan orang-orang ini, jika memperlakukan orang-orang ini. Tetapi Allah Taala tidak menghapuskan nilai keadilan ini, Allah Taala menasihati orang-orang beriman ini. Aku katakan dengan sesungguhnya, bahwa adalah mudah saja untuk berlaku baik kepada musuh, namun adalah sangat sulit untuk menjaga hak-hak dari orang yang memusuhi ini; ini hanyalah dapat dikerjakan oleh orang yang sangat-sangat kuat di dalam keimanannya, dan orang-orang yang sangat kritis saja. Keberanian seperti inilah yang Allah Taala ingin ciptakan di antara orang-orang mukminin. Allah Taala berfirman bahwa perlakuan baik engkau itu akan merubah musuh-musuhmu menjadi sahabatmu. Jadi satu arti dari kata hikmah itu adalah untuk menyebarkan ilmu. Nabi itu datang untuk menyempurnakan ilmu dan ia akan melakukannya atas dasar wahyu yang diturunkannya kepada beliau. Demikianlah pernyataan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.:
Surah Al-Maa’idah ayat 4:
……… Ku-sempurnakan agama-mu bagimu, dan telah Ku-lengkapkan nikmat-Ku atasmu, …….
Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu bagimu dan Aku telah menurunkan nikmat-Ku yang sampai pada puncaknya yang tertinggi. Arti dari ini sudah saya sebutkan sebelumnya. Jadi demikianlah pada Nabi yang besar ini, ketika ajaran yang penuh kebijaksanaan itu dibawa sampai pada puncaknya. Adapun Nubuatan tentang zaman ini, yang berkaitan dengan pokok pembicaraan ini, akan saya sebutkan beberapa dari antaranya. Allah Taala dengan ilmunya yang sempurna telah memberikan nubuatan ini kepada Nabi yang agung ini dan yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Beberapa di antaranya adalah bukan saja orang yang setelahnya 1400 tahun, bahkan orang-orang yang hidup di dekat pada zaman itu, mereka pun tidak dapat mengertinya. Dalam Surah Rahmaan ada disebutkan dan saya akan membacakan satu sebagai contohnya:
Surah Al-Rahmaan (55) ayat 20:
Dia telah membuat kedua lautan mengalir. Keduanya akan bertemu.
Bahwa dua lautan itu akan dihubungkan menjadi satu.
Surah Al-Rahmaan ayat-ayat:
20.
21. Di antara keduanya ada pembatas, keduanya tidak saling melampaui.
22. Maka, yang manakah di antara nikmat-nikmat Tuhan yang kamu berdua dustakan?
Ada pembatas di antara kedua lautan tersebut dan kedua lautan itu tidak bisa menyeberang satu sama lainnya; dan bahwa yang manakah di antara nikmat-nikmat Allah yang kalian dustakan? Ada banyak khazanah yang ke luar dari lautan-lautan tersebut di mana di sana terdapat zamrud dan intan permata yang keluar dari sana, Laut Merah dan Laut Tengah digabungkan dengan Kanal Suez dan Terusan Panama pun dibangun yang menghubungkan dua buah lautan yang besar dengan cara ini. Jadi, inilah ilmu yang diberikan kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. pada saat di mana tidak ada orang yang tahu tentang hal ini, bukan saja ilmu ini, namun bahkan pada saat tersebut orang-orang Arab itu tidak terpikir di mana lautan-lautan ini berada dan bagaimana lautan ini akan digabungkan seperti ini.
Baru setelahnya 1300 tahun maka Allah Taala membuat hal-hal ini terjadi dan nubuatan khabar ghaib ini telah terpenuhi dengan demikian agungnya. Jadi, Allah Maha Tahu, yang mengetahui hal-hal yang ghaib yang telah Dia singkapkan kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. dan kemudian ilmu mengenai Kosmos dan alam semesta yang diberikan kepada Nabi SAW. tentang bagaimana alam itu menjadi terwujud, Allah Taala berfirman:
Surah Al-Anbiya (21) ayat 31:
Tidakkah orang-orang yang ingkar melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menggumpal, lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Apakah mereka tidak mau beriman.
Apakah mereka yang orang-orang ingkar itu tidak melihatnya bahwa seluruh langit dan bumi itu tadinya bergumpal erat bersatu padu seperti halnya sebuah bola dan kemudian Kami pisahkan kedua langit dan bumi itu di mana dari airlah Kami menciptakan segala sesuatu yang hidup itu. Apakah mereka itu masih tidak mau percaya?
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an mengatakannya kepada kami dan penemuan ilmu modern pun mendukung hal yang sama bahwa seluruh Kosmos dan Alam semesta itu digumpalkan menjadi satu bundelan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala dalam ayat yang baru saya baca tadi, bahwa apakah orang-orang yang ingkar itu tidak melihatnya bahwa Alam semesta ini di-pak menjadi semacam bundelan dan kemudian Kami melepaskan dan membukanya? Jadi, ilmu pengetahuan ini yang terdapat di dalam Kitab Suci Al-Qur’an untuk selama 1400 tahun. Ilmu pengetahuan ini dibukakan kembali di zamannya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. Para ahli ilmu pengetahuan menyajikan teori ‘big-ban’; sebelumnya ada sebuah ‘big-ban’ dan yang kemudian segala Alam semesta ini diciptakan sebagai hasilnya dari itu; ini adalah sebuah perkara yang amat luas. Perkara ini yang telah di-informasikan oleh Kitab Suci Al-Qur’an pada sekitar 1400 tahun yang lalu, di mana pada saat sekarang inilah para ahli scientist telah membuktikan hal tersebut. Ada banyak nubuatan khabar baik yang bersifat demikian itu:
Surah Al-Dhaariyaat (51) 48:
Dan Kami menjadikan langit dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kamilah yang terus memperluasnya.
Dan Kami telah ciptakan langit ini dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami akan terus mengembangkannya. Saaat ini sudah ada tersedia berbagai terjemahan dari ayat ini, sebagaimana ilmu itu pun sudah tersedia yang sesuai dengan ilmu ini maka terjemahannya juga diperbaiki dan sesuai dengan perkembangan ilmu scientific maka perkara ini telah dibuat dengan lebih jelas dan tambah jelas lagi.
Hadhrat Khalifatul Rabbe r.h. telah menyebutkannya bahwa langit itu telah diciptakan dengan satu kekuatan istimewa di mana Allah Taala akan terus memperkembangkannya. Tentang konsep dari pengembangannya ini seorang scientist Edwin Hubble menyebutkan bahwa ia telah membuat beberapa percobaan di bidang ini di mana untuk pertama kalinya ia berbicara tentang pengembangan dari Alam semesta ini. Sekarang penemuan baru, beberapa bulan yang lalu ada sebuah article dalam sebuah majalah yang mengatakan bahwa kecepatan dari pengembangan ini, seperti apa yang mereka ketahui dipercepat dan bertambah lebih cepat lagi. Barangkali sudah bertambah naik tetapi mereka itu tidak mengetahuinya. Karena dengan keadaan yang barunya dan situasi dari pengembangannya itu sudah terselenggara dengan mantapnya dan menjadi lebih jelas sekarang ini. Betapa pun juga apa yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an bahwa Kami telah menciptakan langit dengan kekuatan yang khusus bahwa itu pun merupakan satu terjemahan dari ayat ini bahwa dengan kekuatan yang khusus Kami telah menciptakan langit ini; Kami telah menaruh beberapa sifat-sifat di dalamnya. Penciptaan dari langit dan bumi ini dengan menempatkan beberapa kualitas tertentu di dalamnya. Pengembangan dari langit dan pembelahan menjadi beberapa pecahan dan pergerakannya itu serta kepatuhannya sebenarnya di sana ada berperan sifat-sifat dari Tuhan. Sehubungannya dengan perkara ini ada beberapa di antaranya yang dapat dimengerti oleh orang-orang, tetapi ilmu yang selengkapnya tidaklah mungkin dapat diketahui. Bilamana mereka menyebutkannya bahkan orang-orang intellectnya jika mereka itu menemukan sesuatu yang baru maka sebagai hasilnya dari itu mereka menjadi bertambah terheran-heran akan hal yang selama ini menjadi teka-teki bagi mereka. Ada orang-orang di masa kini, satu kelompok orang-orang yang tidak mau menerimanya bahwa di sana itu ada sesuatu yang seperti ‘big-ban’. Betapa pun juga Allah Taala berfirman bahwa kami itu telah beriman kepada yang ghaib dan kepada Kitab Suci Al-Qur’an; apa pun yang disebutkan di sana di mana para scientist itu meng-copynya sehingga mereka dapat membuktikannya bagaimana benda ini telah diciptakan dan bagaimana dikembangkannya. Benda-benda ini seluruhnya bergerak pada satu jurusan; bagaimana pun juga kualitas dari pengembangan Alam semesta ini tidak diketahui oleh orang sampai pada saat 100 tahun yang lalu. Inilah keindahannya dari Kitab ini bahwa segala sesuatunya itu dapat diketahui dan datang kepada seorang yang terpelajar atau seorang scientist yang akan menemukannya dan menyajikannya pada hari ini, yang konsepnya itu sudah ada di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Bukan hanya konsepnya saja tetapi rinciannya pun ada disebutkan di sana. Sekarang orang ini membuat sebuah buku, maka bagaimana ia dapat menandinginya. Jadi, Allah Taala mengatakan bahwa engkau itu tidak dapat membuat sebuah buku yang seperti Kitab ini dan engkau pun tidak akan dapat membawa ilmu pengetahuan itu.
Jadi, inilah Kitab final yang terakhir, yang diberikan kepada Nabi yang besar ini dan yang diwahyukan kepada beliau yang jangkauannya akan berlangsung sampai pada Hari Kiamat. Jika ada seorang scientist Muslim atau jika ada seorang scientist Ahmadi agar tidak mengaplikasikan setelahnya penemuan baru itu, tetapi mereka harus mendasarkan penemuannya itu atas ilmu yang sudah disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an ini. Inilah yang harus selalu dikerjakan oleh orang-orang Ahmadi seperti yang biasa dikatakan oleh Abdul Salaam Sahib, kami itu biasa mendasarkan penemuannya atas apa yang sudah tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Penemuan baru apa saja yang dihasilkan oleh scientist di zaman ini semuanya itu dalam berbagai caranya sudah ada tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang menyampaikan pesan-Nya dengan kebijaksanaan yang agung di mana tidak ada Kitab lainnya yang bagaimana pun dapat menandingi ke-istimewaannya dari Kitab Suci Al-Qur’an. Di dalam Kitab yang ini, aturan dan ketentuan tentang Syariah dan tentang perintah Syariah itu ada disebutkan di dalamnya. Semuanya ini ada disebutkan di sana, seperti contohnya mengenai Shalat itu Allah Taala telah menyebutkan apa manfaatnya dari Shalat ini:
Surah Al-Ankabuut (29) ayat 46:
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepada engkau dari Kitab Al-Qur’an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat mencegah dari kekejian dan kemungkaran. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah pekerjaan yang lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Bahwa engkau bacakanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu dan engkau dirikanlah ibadah Shalat di mana Shalat itu dapat mencegah orang dari kekejian dan hal-hal yang buruk, dan Allah Taala Maha Tahu apa yang engkau kerjakan.
Jadi demikianlah perintah ini yang bukan saja perintah kepada Nabi Muhammad SAW., tetapi sesungguhnya perintah itu adalah untuk seluruh umat beliau. Semua orang-orang yang percaya kepadanya dan yang menjadi pengikut beliau, Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. yang sudah berada pada posisi yang sedemikian tingginya itu, Allah Taala meminta kepada beliau untuk men-deklarasikan sebelumnya bahwa semua ibadahku dan pengorbananku, hidupku dan kematianku semuanya itu adalah demi untuk Allah; jadi engkau itu sudah meraih posisi yang tinggi ini. Jadi di sini, di dalam ayat ini, perintah ini adalah satu ajaran yang sangat elementer yang berkenaan dengan hal itu. Ini sebenarnya yang berkaitan dengan orang-orang yang beriman, agar orang-orang mukminin ini, mereka dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala di mana jalan menuju kepada-Nya itu sudah dibuat jelas bagi mereka.
Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. diminta agar engkau sampaikanlah ajaran yang agung ini kepada para pengikut engkau untuk menyembuhkan semua penyakit zaman dan agar engkau itu dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala dan untuk dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala ini maka engkau perlu melakukan ibadah shalat. Standard dari ibadah shalat ini akan diperoleh pada saat di mana engkau itu akan menjaga shalatmu tepat pada waktunya yang dapat membuatmu menjauhkan diri dari semua dosa-dosa dan Dia akan memperhatikan-mu agar engkau dapat meraih tujuan yang untuk itu umat manusia sudah diciptakan oleh-Nya.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa namaaz atau shalat itu diartikan dengan menjauhkannya dari dosa dan inilah kualitas dari shalat itu yakni akan menjauhkan orang dari hal-hal yang buruk dan dari hal-hal yang salah. Bilamana kalian merenungkan kalimat ini bahwa kalian itu berusaha untuk membuat shalat-shalat kalian itu satu amalan yang merupakan jantung dan jiwanya dari segala sesuatu itu. Semua keberkahan-keberkahan dari Allah Taala itu diterima dengan melalui shalat. Jadi, bilamana engkau itu melakukan shalat maka engkau lakukanlah itu dengan seindah mungkin dan dengan semanis-manisnya agar engkau itu dapat meraih keberkahan dari Allah Taala. Jadi engkau itu harus mencari shalat yang sedemikian rupa yang berarti bahwa kecuali dan sampai hal-hal yang baik itu bisa tertanam di dalam hati dan pikiran engkau. Untuk berpikiran bahwa jika engkau itu terus saja mengerjakan yang begitu dan berpikir bahwa di sana ada sesuatu kekurangan di dalam shalatmu kecuali engkau sampai memiliki mode yang paling ultimate dari keridhaan dari Allah Taala maka engkau itu harus terus menyelidiki poin ini bahwa di sana itu ada sesuatu kekurangan dalam shalatmu itu. Engkau itu janganlah hanya melaksanakan shalat-mu itu sekedar untuk memenuhi kebutuhanmu, tetapi lakukanlah shalat engkau dengan pengertian yang jelas ini, maka kemudian engkau akan dapat meraih keberkahan-keberkahan dari Allah Taala ini. Jika tidak demikian maka di sana tidak akan ada hikmah yang dapat kami lihat dari perintah ini di mana Allah Taala telah memberikan perintah lainnya yang penuh dengan kebijaksanaan, yaitu janganlah engkau berkata dusta:
Surah Al-Hajj (22) ayat 31:
…….. maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta.
dikatakan bahwa engkau jauhilah kenajisan dari patung-patung dan berhala ini, dan jauhilah dari ucapan-ucapan dusta.
Hadhrat Masih Mau’ud STSS mengatakan bahwa jika semuanya ini digabungkan maka menyembah pada patung dan berhala ini berkaitan dengan ucapan dusta. Seperti itu pula jika untuk kepentingan dirinya sendiri itu ia berdusta maka ia membuat kedustaannya itu sebagai patung persembahannya. Itulah sebabnya mengapa Allah Taala itu telah mengkaitkannya bersama-sama ajaran ini dan sudah menyebutkannya dengan cara ini bahwa jika seseorang itu berkata dusta maka ia itu telah membuat patung berhala dari dirinya sendiri di mana ia berpikir bahwa dengan jalan persembahannya yang seperti itu maka ia akan dapat menyelamatkan dirinya. Betapa buruknya keadaan seperti itu, dan jika dikatakan kepadanya mengapa engkau itu menyembah patung berhala, yang seharusnya engkau jauhkan dirimu dari perbuatan itu, maka ia akan mengatakan bahwa kami tidak dapat berbuat dengan tanpa dusta itu. Jadi, inilah puncaknya dari kemalangan itu, saya katakan kepada kalian bahwa pada akhirnya kebenaran itulah yang akan menang dan sukses berjaya. Ingatlah selalu bahwa tidak ada sesuatu yang buruk seperti halnya berkata dusta. Orang-orang duniawi itu mengatakan bahwa orang-orang yang berkata dusta itu akan ditangkap, akan tetapi bagaimana saya akan mempercayainya. Ada 7 buah hasutan tuduhan dugaan terhadap saya tetapi saya tidak diharuskan atau terpaksa untuk mengeluarkan satu kata pun selama instigasi tersebut. Allah Taala selalu memberikan kepada-ku kemenangan; Allah Taala senantiasa mendukung kebenaran dan ketakwaan. Bagaimana mungkin bahwa Dia itu akan menghukum orang yang demikian. Orang yang shaleh dan bertakwa itu akan mati jika Allah Taala bukan penolong mereka, ini adalah perkara penting untuk didegnar. Kenyataannya dari perkara itu adalah bahwa ada orang-orang yang dihukum karena berkata benar, tetapi bukannya dihukum itu dikarenakan mereka itu berkata benar, tetapi hukuman itu adalah dikarenakan adanya beberapa kebijaksanaan yang tersembunyi dari pandangan mereka. Ada beberapa kebijaksanaan yang tersembunyi dari pandangan matanya dan barangkali saja hal tersebut merupakan sanksi dan hukuman atas beberapa kesalahan yang pernah dilakukan di masa yang lalu. Ada begitu banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang ini, maka oleh karena itu ber-istighfar – lah untuk mendapatkan ampunan.
Arti lain dari hikmah itu adalah kebijaksanaan dan kepandaian, intellect. Di dalam Kitab ini yang diwahyukan kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. ada bermacam-macam perintah yang penuh dengan kebijaksanaan; sebagaimana yang sudah saya katakan ialah bahwa segala sesuatu harus dikerjakan sesuai dengan waktu dan pada tempatnya. Jika ada seseorang yang berbuat sesuatu kesalahan maka ia itu harus diberitahu; jika ada orang yang menghukum orang lain, maka orang itu sedang ada di bawah pengaruh rasa kemarahan. Bilamana jalan dengan pemberian maaf itu akan menghasilkan reformasi maka ia itu harus dimaafkan. Tetapi bagi seorang yang sudah punya kebiasaan membunuh dan kebiasaan mencuri, jika ia itu diberi maaf maka yang demikian itu akan menciptakan lebih banyak masalah. Dalam hal tersebut maka hukuman itu sangat perlu sekali. Jadi saudara-saudara dalam meletakkan setiap ajaran Kitab Suci Al-Qur’an itu di sana ada banyak rinciannya yang disebutkan. Jika orang-orang Mukminin sejati di mana mereka itu selalu menggunakan kebijaksanaan dalam pikirannya dan mereka itu merenungkannya perkara itu, maka ia itu bukan saja akan meningkatkan pengertiannya sendiri, tetapi pada waktu bersamaan mereka itu akan menyebarkan kebijaksanaan di dalam masyarakat. Sebagai hasilnya dari itu maka rasa cinta dan kasih sayang satu sama lainnya akan tercipta dan pikiran mereka itu akan dicerahkan. Jadi inilah yang harus dijadikan usaha dan upaya dari seorang beriman bahwa dia itu harus selalu mencari apa yang penuh dengan kebijaksanaan ini dari ayat Kitab Al-Qur’an sebagaimana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Ahzaab (33) ayat 35:
Dan, ingatlah akan apa yang dibacakan dalam rumah-rumahmu dari Ayat-ayat Allah dan hikmah. Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Memaklumi.
Dan kalian supaya ingatlah ayat-ayat dan kebijaksanaan ini yang ditilawatkan di rumah-rumah saudara serta supaya ingatlah akan ayat-ayat dan kebijaksanaan ini yang kalian baca di rumah-rumah kalian. Sesungguhnya Allah Taala itu memperhatikannya dengan sangat teliti semuanya ini dan Dia Maha Tahu akan segalanya.
Jadi inilah perintah dari Kitab Suci Al-Qur’an itu yang harus diingat, dengan ayat-ayat serta poin mengenai kebijaksanaan ini yang telah disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an, di mana ajaran ini selalu dibaca di rumah-rumah dan yang disimpannya dengan kecintaan, di mana ada pahalanya dari tilawatannya itu yang harus diamalkan. Tetapi tujuan hakiki dari Kitab ini akan dapat diperoleh dari penilawatannya pada saat ketika saudara-saudara akan bekerja dan mengamalkan perintah-perintah tersebut, dan seperti itu pula jika saudara-saudara senantiasa menempatkan contoh-contoh dari Y.M. Nabi Muhammad SAW. di hadapan saudara. Ayat-ayat ini dan keindahan dari mutiara ini harus dijadikan bagian dari kehidupan saudara. Allah Taala itu sangat teliti di dalam memperhatikannya dan Dia memiliki ilmu yang sepenuhnya di mana Dia telah menarik perhatian kami akan poin-poin yang Allah Taala Maha Tahu apa yang ada di dalam di luar diri orang-orang. Tidak ada orang yang dapat menipu Allah Taala, Dia Maha Mengetahui segala apa yang baik yang dilakukan oleh orang-orang dan Tahu akan apa yang buruk yang dikerjakan oleh orang-orang. Jadi, inilah Nabi yang agung dan ajarannya yang agung, tetapi sebelum mengamalkan semua ajaran ini dalam diri kalian dan belum mengusahakan untuk merubah, mentransformasi kehidupan kita sesuai dengan itu maka kami ini belum dapat dikatakan sebagai orang-orang Mukmin yang sejati.
Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada kami untuk dapat mengerti akan ajaran ini dengan penuh kebijaksanaan dan juga untuk beramal sesuai dengan itu. Aamiiin
Pamulang-Banten, January 21, 2008 / Mersela, 27 Januari 2008.
Surah Al-Baqarah ayat 130:
“Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka dan yang mengajarkan hikmah kepada mereka dan akan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Ayat yang baru saya baca ini, berkenaan dengan pokok bahasan yang sama dalam khutbah yang lalu di mana ini yang yang saya akan bahas hari ini adalah untuk ketiga kalinya mengenai doa yang dipanjatkan oleh Hadhrat Ibrahim a.s. bahwa mengenai kebijaksanaan bahwa Nabi yang kepadanya Kitab yang akan menyampaikan pesan amanat Engkau ke seluruh dunia dan beliau juga akan mengajarkan kepada mereka kebijaksanaan. Ada bermacam-macam arti dari kata hikmah; saya sudah menerangkan di dalam khutbah sebelumnya bahwa satu arti dari kata hikmah adalah adil, satu arti yang lainnya dari hikmah adalah ilmu pengetahuan dan arti-arti lainnya adalah pengertian, persepsi kebijaksanaan. Juga arti dari hikmah adalah untuk menggunakan sesuatu hal itu harus pada tempat dan saatnya nya yang tepat, menggunakannya dengan tepat dan sesuai. Kata hikmah yang digunakan di sini adalah berkaitan dengan Nabi yang besar dan Kitab serta ajaran yang akan tetap kekal abadi. Berkenaan dengan itu sekarang saya akan mengambil kata hikmah ini.
Sebagaimana yang pernah saya katakan bahwa salah satu arti dari hikmah adalah keadilan. Doa tadi adalah bahwa agar seorang Nabi didatangkan untuk mengajarkan kepada orang-orang tentang kebijaksanaan dan hikmah, jadi artinya adalah bahwa Nabi itu akan datang untuk menegakkan keadilan dan ia pun akan mengajarkan kepada orang-orang untuk berlaku adil dan berbuat keadilan. Bilamana Allah Taala itu menyebutkan Yu’allimuhumul kitaaba walhikmata bahwa ia itu akan mengajarkan kepada kalian Kitab dan hikmah kebijaksanaan. Jadi, kemudian jika pernyataan dari kenyataan ini adalah sebagai hasil dari dikabulkannya dari doa tersebut, sehingga seorang Nabi sudah dibangkitkan dan sebuah Kitab sudah diwahyukan kepada beliau, maka inilah Kitab yang sedemikian itu, yang penuh dengan ajaran yang di dasarkan atas kebijaksanaan dan keadilan. Beliau mengajarkan kepada kalian kebijaksanaan sampai pada Hari Kiamat demikianlah Dia akan mengajarkan kebijaksanaan ini sampai pada Hari Kiamat, inilah sebuah kawenangan untuk mengajarkan keadilan.
Bukan hanya Nabi besar ini yang ajarannya tidak luput dari keadilan dan juga perbuatannya yang tidak berlaku adil, tetapi Nabi yang besar ini, contoh dari Nabi ini adalah hal yang kadarnya tidak dapat diraih oleh orang-orang. Tetapi Allah Taala telah membuatnya jelas bagi kami dengan jalan-jalan yang jika saudara-saudara itu menggunakan seluruh kemampuan saudara dan berusaha untuk mengikuti jalan ini, maka kemudian dikarenakan oleh usaha tersebut maka saudara-saudara akan dapat meraih standard tersebut, yaitu oleh orang-orang yang menjadi anggota Jamaat-Nya dan yang adalah satu bagian dari umatnya yang besar ini. Kebijaksanaan dari Y.M. Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai macam aspeknya dari hikmah itu ada di sana.
Dengan merujuk pada kata nasihat tersebut dan lain-lainnya yang sudah saya sebutkan di dalam khutbah saya yang lalu, hari ini saya akan mengemukakan kata hikmah ini dalam arti sebagai keadilan dan saya akan kemukakan beberapa contoh mulia dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. dan kemudian saya akan menerangkan ajaran dari Kitab Suci Al-Qur’an pada aspek ini. Ini sehubungan dengan setelahnya peperangan Hunain ketika harta rampasan perang sedang dibagikan di mana kepada beberapa orang pemimpin Arab diberikan keistimewaan bila dibandingkan dengan orang-orang yang lainnya. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. memberikan kepada mereka bagian yang sedikit lebih banyak. Ada orang yang mengatakan bahwa keadilan di sini tidak dipertahankan. Atas hal tersebut Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa jika Nabi Allah itu tidak menegakkan keadilan lalu siapa lagi yang dapat menegakkan keadilan?
Harta yang diberikan kepada mereka itu sebenarnya diberikan kepada mereka sebagai hiburan pelipur lara dan untuk memberikan semangat kepada mereka sehingga para pemimpin Arab itu akan datang lebih dekat lagi pada Islam dan para pengikut serta keluarga mereka akan ikut masuk ke dalam Islam. Jadi untuk memberikan semangat kepada mereka itu hal ini telah dikerjakan untuk menghibur mereka, dan hal ini bukannya dengan mengurangi bagian hak dari orang-orang lainnya, tetapi Allah Taala telah menetapkan bahwa 1/5 dari harta yang diperoleh sebagai rampasan perang itu adalah untuk bagiannya Nabi Muhammad SAW., dan dari bagian yang itu Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. punya hak untuk membagikannya kepada siapa yang beliau kehendaki. Jadi beliau mengatakan bahwa saya memberikan sedikit extra lebih kepada orang-orang di maksud karena mereka itu ada sedikit lemah di dalam keimanannya, sehingga mengharapkan bagiannya yang lebih banyak. Orang-orang yang sudah sangat kuat di dalam keimanannya bahkan di dalam beberapa kejadian saya berikan kepada mereka bagiannya yang lebih sedikit. Orang-orang yang sangat kuat di dalam keimanannya sebenarnya mereka itu lebih dekat kepada-ku dan aku pun lebih mencintai mereka ini. Jadi perkara ini di mana kepada orang lain itu diberikan bagian yang lebih banyak adalah atas perintah dari Allah Taala dan ada di bawah instruksi Dia. Yang keduanya adalah dikarenakan hikmah ini dan inilah perbuatan yang penuh dengan hikmah dan keadilan, bahwa itulah sebuah cara untuk menegakkan keadilan itu yang hasilnya adalah menciptakan standard keimanan yang lebih tinggi.
Contoh dari adl - keadilan – yang juga ceriteranya sudah banyak diketahui oleh orang adalah berkenaan dengan seseorang yang pernah terkena pukulan, di mana Y.M. Nabi Muhammad SAW. telah mengizinkan orang tersebut untuk melakukan pembalasan. Diriwayatkan bahwa Y.M. Rasulullah SAW. menyampaikan khutbah di mana karena dibacakan Surah An-Nashr maka sahabat mengerti bahwa saat kewafatan beliau itu sudah mendekat. Ketika mereka mendengar khutbah tersebut maka para sahabat menangis dengan kerasnya. Setelahnya khutbah Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa aku demi Allah, bahwa jika ada seseorang yang merasa berhak untuk memberikan pembalasan kepadaku maka ia harus menggunakan haknya sebelum datangnya Hari Kiamat. Dalam peristiwa ini seorang sahabat yang namanya Ukasha berdiri dan mengatakan bahwa saya mengorbankan orang tua saya demi untuk Tuan, sekarang Tuan meminta kepada kami atas nama Allah bahwa jika ada orang yang menghendakinya maka ia berhak untuk melakukan pembalasan itu. Jadi, saya ingin mengatakan bahwa pada satu peperangan unta saya berada sangat dekat pada untanya Nabi Muhammad, dan ketika saya hendak turun, pada saat itu tongkat Tuan memukul saya, saya tidak tahu apakah itu disengaja untuk memukuli saya atau untuk memukul unta, tetapi saya sungguh-sungguh merasa sakit atas pukulan tongkat tersebut.
Y.M. Nabi Muhammad SAW. mengatakan bahwa demi Allah, demi kemuliaan Allah, maka Nabi Allah itu tentu saja tidak akan berbuat dengan sengaja untuk menyakitimu; tetapi Y.M. Rasulullah SAW. meminta kepada Hadhrat Bilal r.a. untuk mengambil tongkat tersebut yang saat itu disimpan di rumahnya Hadhrat Fatimah, maka ia mengambil tongkat tersebut kemudian kepada Hadhrat Ukasha diberikan tongkat itu dan diminta kepadanya sekarang engkau dapat melakukan pembalasan tersebut sebagaimana yang engkau kehendaki.
Pada saat itu Hadhrat Abu Bakar berdiri, Hadhrat Umar berdiri dan Hadhrat Ali pun berdiri dan mengatakan engkau boleh melakukan pembalasannya melalui aku dan jangan melakukan balasan kepada Y.M. Rasulullah. Ukasha mengatakan tidak, saya ingin melakukan pembalasannya kepada Nabi Muhammad. Kemudian Hadhrat Hassan dan Husein keduanya berdiri, mereka mengatakan kami-lah yang cucunya dari Nabi Muhammad SAW., maka engkau berhak memberikan balasannya kepada kami. Tetapi Ukasha masih saja mengatakan tidak! Saya harus memberikan balasannya kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. sendiri kemudian mengatakan kepada semua orang-orang untuk duduk sambil bersabda, saya sudah siap untuk menerima pembalasan ini. Saat itu Hadhrat Ukasha mengatakan bahwa waktu saya kena pukul oleh Tuan, waktu itu saya tidak mengenakan apa-apa pada tubuh saya. Y.M. Nabi Rasulullah SAW. pun menggulungkan kemejanya dan mengatakan, engkau sekarang boleh memukulku sebagaimana aku dulu memukul kamu. Ketika para sahabat melihat hal ini mereka mulai berteriak dan menangis, betapa mereka dapat mentolerir sesuatu hal yang tidak enak untuk dikenakan kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., tetapi saat itu, yang dapat mereka kerjakan hanyalah menahan diri mereka saja. Namun beberapa saat kemudian, apa yang mereka lihat itu adalah sesuatu ekpresi dari cinta seseorang terhadap orang yang sangat dicintainya. Hadhrat Ukasha maju ke depan dan mulai menciumi tubuh dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., sambil mengatakan, bahwa saya dapat mengorbankan orang tuaku demi untuk kemuliaan Tuan, maka betapa saya akan dapat berpikiran untuk melakukan pembalasan kepada Tuan, Y.M. Nabi Muhammad SAW. Tuan telah mengajarkan kepada kami standard yang tinggi dalam keadilan; kami itu tidak pernah punya pikiran bahwa Tuan dapat berlaku tidak adil kepada seseorang. Jadi inilah satu kesempatan di mana saya dapat meng-ekspresikan kecintaan saya, yang saya tidak akan melepaskan kesempatan ini. Tetapi lihatlah apa jawaban dari Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW., Sang Pangeran dari Keadilan ini, beliau mengatakan, apakah engkau akan melakukan pembalasan atau akan memaafkanku, dan umumkanlah di hadapan semua orang-orang ini. Hadhrat Ukasha mengatakan: Ya Rasulullah, saya memaafkan Tuan, semoga dengan ini saya berharap bahwa pada Hari Kiamat nanti, Allah Taala pun akan memaafkan kami. Selanjutnya, Y.M. Rasulullah SAW. mengatakan kepada semua orang-orang yang sedang duduk hadir di sana, bahwa jika ada orang yang ingin melihat sahabatku di Syurga nanti maka lihatkah kepada orang ini; kemudian orang-orang yang tadinya sangat marah kepada Hadhrat Ukasha ini, mereka pada berdiri dan menciuminya di mana mereka betapa sangat merasakan irinya pada tongkat cemeti tersebut. Inilah satu contoh dari keadilan seorang Nabi yang besar, Nabi yang agung, yang telah ditegakkan oleh Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW.
Ada banyak contoh-contoh lainnya di mana beliau saw. senantiasa menganjurkan dan meminta kepada para sahabat beliau, menasihati mereka hal yang sama. Dikarenakan pada Kitab Suci Al-Qur’an itu kualitas adl – keadilan- itu ada berulang-ulang kali disebutkan, maka penelitian dan perhatian yang besar ada dilakukan pada perkara keadilan ini. Sekarang akan saya sajikan ajaran tentang keadilan – menegakkan keadilan di dunia -, di mana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Nahl (16) ayat 91:
Sesungguhnya, Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat; dan melarang dari perbuatan keji, dan hal yang tidak disenangi, dan memberontak. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran.
Sesungguhnya Allah Taala memberikan perintah kepadamu untuk berlaku adil dan jujur serta berbuat baik kepada orang-orang serta menasihatimu untuk menghindarkan diri dari perbuatan buruk dan perilaku yang keji serta menasihatimu agar mengambil pelajaran dan kebijaksanaan dari hal tersebut. Inilah satu ajaran yang jika kalian mengamalkannya maka segala masalah yang terjadi dalam masyarakat itu akan dapat terselesaikan, juga masalah nasional pun akan dapat diselesaikan.
Macam keadilan ini yang dilakukan atas kualitas keadilan yang sedemikian rupa di mana yang standardnya akan terus meningkat naik dan kecintaan satu sama lainnya itu akan terus meningkat. Orang-orang itu haruslah berusaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk dari ahlak yang tidak baik. Bilamana mereka itu dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk maka sebagai akibatnya dari itu tingkatan keadilan yang tinggi dapat ditegakkan di mana akan banyak diingatkan agar melaksanakan tugas dan kewajiban mereka terhadap orang-orang lainnya. Keadilan itu bukannya saja dengan melakukan pembalasan serupa, tetapi dalam beberapa keadaan tertentu adalah dengan melalui ihsan dengan pemberian maaf, dengan suatu perbuatan yang indah, juga dengan melalui perbuatan yang baik dan perasaan cinta kasih sayang. Juga dikarenakan oleh perasaan takut kepada Allah Taala maka sebagai hasilnya dari itu adalah yang akan membuat engkau itu mahrum dari jalan-jalan yang tidak baik dan akan meneguhkan dengan akar yang kuat dalam kebaikan. Tipe adl yang secara duniawi, itulah yang dengan cara melakukan pembalasan dan pemberian hukuman kepada orang-orang atas kesalahannya itu. Tetapi sesuai dengan ajaran dari Allah Taala yang dimaksudkan dengan adl itu bukan semuanya demikian. Karena, sebagai hasilnya dari tipe keadilan yang biasa itu, di sana tidak terjadi adanya suatu reformasi tetapi bahkan bisa timbul lebih banyak kebencian di sana. Di mana orang-orang itu akan menjadi merasa sangat tertekan dan membela diri yang kadang-kadang timbul rasa kebencian dan permusuhan dalam hati orang-orang.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. , Semoga Tuhan menurunkan Selamat dan Salaam atas beliau mengatakan bahwa Allah Taala berfirman agar engkau membalas kebaikan dengan kebaikan lagi. Jika kalian mendapatkan kesempatan untuk memberi maaf kepada seseorang dan melakukan sesuatu kebaikan kepada orang, bahkan jika dengan lebih baik lagi dari itu, jika kalian dapat melakukan sesuatu kebaikan dengan cara spontan atas perasaan kasih sayang, maka inilah yang paling baik; Allah Taala menghalangi engkau dari perbuatan pelanggaran yang melewati batas. Berkenaan dengan ihsaan, perbuatan baik kepada orang itu, maka selanjutnya engkau supaya lupakanlah hal itu; dan jika engkau melakukan perbuatan baik ini tidak pada saatnya yang tepat, atau jika kesempatan itu datang tetapi engkau menghindarkan diri dari itu, atau engkau memperlakukannya sebagaimana terhadap kerabat dekatmu. Perbuatan pada saatnya yang tepat, itulah yang seharusnya dilakukan. Jika kalian mengabaikan kesempatan yang baik itu maka yang demikian itu tidaklah benar, yaitu jika kesempatan itu datang dan engkau dapat melakukan kebaikan ini kepada orang lain kemudian engkau tidak melakukannya maka engkau itu telah kehilangan sesuatu kebaikan. Sebagaimana engkau itu akan memberi kepada keluarga dan kerabatmu serta kepada yang kamu sayangi, sebagaimana seorang ibu yang mengasihi anak kecilnya, maka standard kasih sayang semacam demikianlah yang harus diperlihatkan kepada orang-orang itu. Jika engkau memperlihatkan suatu kelalaian dalam hal tersebut atau satu kelemahan dalam hal ini, maka ini tidaklah benar.
Ada terdapat 3 tahapan kebaikan yang disebutkan di sini. Tahap pertama adalah bahwa engkau itu harus melakukan satu kebaikan sebagai balasan atas kebaikan yang diberikan kepadamu; inilah tahapan awal dari kebaikan itu. Ini adalah yang paling biasa bagi banyak orang-orang, bahwa jika ada kebaikan yang dilakukan kepada mereka, maka mereka pun akan memberikan balasan dengan kebaikan juga. Yang kedua adalah untuk melakukan sesuatu kebaikan kepada orang lain untuk berbuat baik kepada orang lain. Inilah tingkat tertinggi dari kebaikan. Banyak orang-orang yang berbuat kebaikan kepada orang miskin, yang secara kasarnya diartikan oleh orang-orang bahwa saya sudah melakukan satu kebaikan; yang sebagai hasil dari ihsan dan kebaikan ini ia mengharapkan sesuatu kebaikan duniawi. Jika dalam contohnya itu tidak seperti ini maka orang itu digambarkan sebagai orang yang lupa akan kebaikan. Kadang-kadang sebagai hasil dari kebaikan ini, mereka membebani orang yang di luar kemampuannya, atau ada orang yang melakukan kebaikan itu dengan beban tanggung-jawab sangat berat yang di luar kemampuan mereka, inilah yang tidak benar. Kadang-kadang mereka mengatakan bahwa saya sudah berbuat sesuatu kebaikan kepadamu pada waktu itu dan kapan serta sudah melakukan sekian banyaknya. Di mana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Baqarah ayat 265:
…………. , janganlah kamu menjadikan sedekah-sedekahmu sia-sia dengan menyebut-nyebut jasa baik dan menyakiti ………..
Bahwa hai orang-orang yang sudah berbuat kebaikan dengan memberikan sedekah kepada orang lain, janganlah engkau itu membuat orang-orang itu sebagai hinaan atau celaan kepada mereka. Kata sedekah itu adalah berasal dari kata sidq yang berarti kebenaran dan kebaikan. Jika cemoohan itu dilakukan setelahnya memberikan sedekah maka perbuatan itu tidak akan menjadi sebuah sadaqah. Walaupun kesimpulannya, inilah kelemahan dari beberapa orang itu, yang setelahnya melakukan kebaikan itu mereka berkali-kali mengatakannya dan mengingatkan kepada orang tentang kebaikannya itu. Tingkatan ketiga dari perbuatan baik kepada orang lain itu adalah bahwa di sana itu tidak ada pikiran tentang sesuatu perbuatan ihsan, tetapi engkau itu melakukan perbuatan baik kepada orang yang lin itu dengan perasaan sebagai orang itu adalah orang yang sangat dekatnya kepadamu, sama seperti halnya dari seorang ibu yang berbuat kebaikan kepada anaknya. Inilah poin tertinggi dari salih atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Allah Taala telah menyebutkan semua tingkatan ini yang dikaitkan dengan situasi dan keadaannya yang tepat. Dikatakan di sana bahwa semua ketiga kebajikan yang mereka lakukan ini, jika tidak dikerjakan pada saatnya yang tepat maka perbuatan itu akan menjadi sia-sia dan merupakan dosa bagimu. Jadi dalam hal yang sedemikian itu maka perbuatan tersebut tidak akan dianggap baik tetapi bahkan akan menjadi sesuatu yang buruk.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa dari kebaikan itu jika etiket baiknya tidak diikuti maka hal itu akan menjadi amalan yang tidak benar. Demikian pula halnya ihsan dan itaizil-qurba jika mereka melakukannya dengan tidak tepat maka akhirnya akan menjadi sesuatu yang buruk bagi orang-orang tersebut. Sebenarnya, penyerangan atau agresi ini, pelanggaran dan kesombongan yang disebutkan di sini adalah jika seseorang itu tidak melaksanakan tanggung-jawabnya dengan sebagaimana mestinya, apakah suatu perbuatan yang berlebihan atau pun yang tidak dikerjakan maka yang demikian itu dapat dinamakan agresi dan pelanggaran. Itu bisa disebabkan karena hal yang baik tetapi dikerjakan pada saat dan tempatnya yang tidak tepat. Jadi ada bermacam kondisi pada manusia itu dan kadang-kadang ada kebiasaan pada anak-anak pun di mana untuk ahlak dan intellectual yang adalah sangat penting, bahwa setiap hal baik itu harus dilakukan pada saatnya yang tepat. Semuanya ini yang di mana Allah Taala telah memberikan kemampuan keadilan untuk melakukan kebajikan dan perbuatan baik kepada orang-orang lain, semuanya ini jika mereka menggunakannya dengan tanpa intelektual dan pengertian dan tidak dikerjakan pada saatnya yang tepat maka hal tersebut bisa menjadi tidk benar. Jadi, inilah ajaran dari Kitab Suci Al-Qur’an yang penuh dengan kebijaksanaan yang hakikatnya menegakkan keadilan, nilai keadilan di dalam masyarakat. Jika ada orang yang kebisaan mencuri, orang yang kerap kali melakukan pencurian, kemudian jika orang ini dibebaskan tanpa dikenakan peringatan dan hukuman, maka yang demikian itu bukanlah keadilan. Jika ada orang yang mencuri roti karena lapar, maka pengaturan harus dikerjakan agar kepada orang ini dapat diberikan makanan yang cukup; disitulah keadilan dengan tidak menghukum orang tersebut. Dengan melakukannya demikian, dengan berbuat ihsan maka keadilan itu telah ditegakkan sebagaimana mestinya. Jika orang ini, yang mencuri roti itu adalah karena sudah menjadi kebiasaan dari orang tersebut, maka tentu saja hukuman harus dijatuhkan kepada orang tersebut. Jadi apa pun yang paling sesuai dan memadai sesuai dengan waktu dan kesempatannya, maka itulah keadilan yang hakiki. Jadi singkatnya, ajaran Islam itu adalah ajaran yang menegakkan keadilan dan untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya terhadap orang-orang lain. Untuk keperluan ini, maka unsur keadilan itu harus diciptakan di dalam pikiran manusia. Untuk menanamkan poin ini di dalam hati manusia, Allah Taala berfirman di satu tempat:
Surah Al-Maa’idah ayat 9:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian kepada sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat pada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Hai orang-orang yang beriman, jagalah keteguhanmu untuk menjadi saksi yang memegang teguh keadilan. Kebencian terhadap seseorang itu janganlah sampai membuat kamu untuk bertindak melawan keadilan. Tegakkanlah selalu keadilan dan ini adalah lebih dekat pada takwa. Allah Taala itu Maha Tahu apa-apa saja yang kamu kerjakan.
Inilah satu ajaran yang indah, betapa sebuah ajaran yang amat agungnya yang diberikan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Hal pertama yang disebut di sini adalah bahwa jika engkau menyatakan dirimu sebagai orang yang beriman, orang mukmin, maka seorang mukmin itu harus selalu mendukung dalam penegakkan keadilan. Dari ajaran Al-Qur’an, engkau itu haruslah menegakkan keadilan. Jika engkau itu memiliki pemikiran seperti ini maka engkau itu adalah seorang mukmin sejati di dalam pandangan dari Tuhan. Karena tanpa itu, maka keimananmu itu adalah menyimpang. Jika pemikiran ini ada di sana, keyakinan ini ada di sana, maka engkau itu sesungguhnya akan dibawa ke arah keadilan, kemudian engkau akan menjadi seseorang yang bekerja dengan mengikuti ajaran dari Allah. Hal kedua ialah bahwa tidak ada kebencian yang akan membawa orang itu mengabaikan akan nilai keadilan. Keindahan dari orang beriman itu adalah bahwa ia itu harus mengikuti jalan ketakwaan dan harus senantiasa memenuhi persyaratan keadilan. Allah Taala berfirman bahwa jika engkau itu tidak melakukan yang seperti itu, maka ingatlah bahwa tak ada seseuatu pun yang tersembunyi dari Allah Taala. Orang semacam itu yang walaupun memiliki sebuah ajaran yang besar dan agung, namun jika ia itu tidak mengikuti ajaran tersebut maka ia tidak dapat dinamakan sebagai seorang mukmin sejati. Jadi inilah ajaran yang menegakkan keadilan yang merupakan satu kualitas istimewa dari ajaran Kitab Suci Al-Qur’an.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. bersabda bahwa Allah Taala berkenaan dengan keadilan ini telah berfirman bahwa tanpa keshalehan dan ketakwaan maka engkau itu tidak akan dapat meraih ini. Dia berfirman: wa laa yajrimannakum syanaa aanu qaumin ‘alaa allaa ta’diluu i’diluu huwa aqrabu lit taqwaa (5:9)
Bahwa kebencian itu adalah musuh-musuhmu dan janganlah kebencian itu membuat kamu meninggalkan standard keadilan; jalankanlah selalu keadilan, karena itulah yang diperlukan. Orang yang mengganggu kamu, yang merugikan kamu dan yang melukaimu dan yang menumpahkan darahmu, yang membunuh kalian, yang membunuh perempuan-perempuan dan anak-anak seperti yang dilakukan oleh orang-orang Mekkah, orang-orang Mekkah yang belum beriman melakukannya; yang setelahnya itu mereka tidak juga menghentikan dari peperangan; maka adalah sangat sulit untuk menjadi orang yang sangat jujur dan berpegang teguh pada keadilan jika berhadapan dengan orang-orang ini, jika memperlakukan orang-orang ini. Tetapi Allah Taala tidak menghapuskan nilai keadilan ini, Allah Taala menasihati orang-orang beriman ini. Aku katakan dengan sesungguhnya, bahwa adalah mudah saja untuk berlaku baik kepada musuh, namun adalah sangat sulit untuk menjaga hak-hak dari orang yang memusuhi ini; ini hanyalah dapat dikerjakan oleh orang yang sangat-sangat kuat di dalam keimanannya, dan orang-orang yang sangat kritis saja. Keberanian seperti inilah yang Allah Taala ingin ciptakan di antara orang-orang mukminin. Allah Taala berfirman bahwa perlakuan baik engkau itu akan merubah musuh-musuhmu menjadi sahabatmu. Jadi satu arti dari kata hikmah itu adalah untuk menyebarkan ilmu. Nabi itu datang untuk menyempurnakan ilmu dan ia akan melakukannya atas dasar wahyu yang diturunkannya kepada beliau. Demikianlah pernyataan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.:
Surah Al-Maa’idah ayat 4:
……… Ku-sempurnakan agama-mu bagimu, dan telah Ku-lengkapkan nikmat-Ku atasmu, …….
Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu bagimu dan Aku telah menurunkan nikmat-Ku yang sampai pada puncaknya yang tertinggi. Arti dari ini sudah saya sebutkan sebelumnya. Jadi demikianlah pada Nabi yang besar ini, ketika ajaran yang penuh kebijaksanaan itu dibawa sampai pada puncaknya. Adapun Nubuatan tentang zaman ini, yang berkaitan dengan pokok pembicaraan ini, akan saya sebutkan beberapa dari antaranya. Allah Taala dengan ilmunya yang sempurna telah memberikan nubuatan ini kepada Nabi yang agung ini dan yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Beberapa di antaranya adalah bukan saja orang yang setelahnya 1400 tahun, bahkan orang-orang yang hidup di dekat pada zaman itu, mereka pun tidak dapat mengertinya. Dalam Surah Rahmaan ada disebutkan dan saya akan membacakan satu sebagai contohnya:
Surah Al-Rahmaan (55) ayat 20:
Dia telah membuat kedua lautan mengalir. Keduanya akan bertemu.
Bahwa dua lautan itu akan dihubungkan menjadi satu.
Surah Al-Rahmaan ayat-ayat:
20.
21. Di antara keduanya ada pembatas, keduanya tidak saling melampaui.
22. Maka, yang manakah di antara nikmat-nikmat Tuhan yang kamu berdua dustakan?
Ada pembatas di antara kedua lautan tersebut dan kedua lautan itu tidak bisa menyeberang satu sama lainnya; dan bahwa yang manakah di antara nikmat-nikmat Allah yang kalian dustakan? Ada banyak khazanah yang ke luar dari lautan-lautan tersebut di mana di sana terdapat zamrud dan intan permata yang keluar dari sana, Laut Merah dan Laut Tengah digabungkan dengan Kanal Suez dan Terusan Panama pun dibangun yang menghubungkan dua buah lautan yang besar dengan cara ini. Jadi, inilah ilmu yang diberikan kepada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. pada saat di mana tidak ada orang yang tahu tentang hal ini, bukan saja ilmu ini, namun bahkan pada saat tersebut orang-orang Arab itu tidak terpikir di mana lautan-lautan ini berada dan bagaimana lautan ini akan digabungkan seperti ini.
Baru setelahnya 1300 tahun maka Allah Taala membuat hal-hal ini terjadi dan nubuatan khabar ghaib ini telah terpenuhi dengan demikian agungnya. Jadi, Allah Maha Tahu, yang mengetahui hal-hal yang ghaib yang telah Dia singkapkan kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. dan kemudian ilmu mengenai Kosmos dan alam semesta yang diberikan kepada Nabi SAW. tentang bagaimana alam itu menjadi terwujud, Allah Taala berfirman:
Surah Al-Anbiya (21) ayat 31:
Tidakkah orang-orang yang ingkar melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menggumpal, lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Apakah mereka tidak mau beriman.
Apakah mereka yang orang-orang ingkar itu tidak melihatnya bahwa seluruh langit dan bumi itu tadinya bergumpal erat bersatu padu seperti halnya sebuah bola dan kemudian Kami pisahkan kedua langit dan bumi itu di mana dari airlah Kami menciptakan segala sesuatu yang hidup itu. Apakah mereka itu masih tidak mau percaya?
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an mengatakannya kepada kami dan penemuan ilmu modern pun mendukung hal yang sama bahwa seluruh Kosmos dan Alam semesta itu digumpalkan menjadi satu bundelan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala dalam ayat yang baru saya baca tadi, bahwa apakah orang-orang yang ingkar itu tidak melihatnya bahwa Alam semesta ini di-pak menjadi semacam bundelan dan kemudian Kami melepaskan dan membukanya? Jadi, ilmu pengetahuan ini yang terdapat di dalam Kitab Suci Al-Qur’an untuk selama 1400 tahun. Ilmu pengetahuan ini dibukakan kembali di zamannya Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. Para ahli ilmu pengetahuan menyajikan teori ‘big-ban’; sebelumnya ada sebuah ‘big-ban’ dan yang kemudian segala Alam semesta ini diciptakan sebagai hasilnya dari itu; ini adalah sebuah perkara yang amat luas. Perkara ini yang telah di-informasikan oleh Kitab Suci Al-Qur’an pada sekitar 1400 tahun yang lalu, di mana pada saat sekarang inilah para ahli scientist telah membuktikan hal tersebut. Ada banyak nubuatan khabar baik yang bersifat demikian itu:
Surah Al-Dhaariyaat (51) 48:
Dan Kami menjadikan langit dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kamilah yang terus memperluasnya.
Dan Kami telah ciptakan langit ini dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami akan terus mengembangkannya. Saaat ini sudah ada tersedia berbagai terjemahan dari ayat ini, sebagaimana ilmu itu pun sudah tersedia yang sesuai dengan ilmu ini maka terjemahannya juga diperbaiki dan sesuai dengan perkembangan ilmu scientific maka perkara ini telah dibuat dengan lebih jelas dan tambah jelas lagi.
Hadhrat Khalifatul Rabbe r.h. telah menyebutkannya bahwa langit itu telah diciptakan dengan satu kekuatan istimewa di mana Allah Taala akan terus memperkembangkannya. Tentang konsep dari pengembangannya ini seorang scientist Edwin Hubble menyebutkan bahwa ia telah membuat beberapa percobaan di bidang ini di mana untuk pertama kalinya ia berbicara tentang pengembangan dari Alam semesta ini. Sekarang penemuan baru, beberapa bulan yang lalu ada sebuah article dalam sebuah majalah yang mengatakan bahwa kecepatan dari pengembangan ini, seperti apa yang mereka ketahui dipercepat dan bertambah lebih cepat lagi. Barangkali sudah bertambah naik tetapi mereka itu tidak mengetahuinya. Karena dengan keadaan yang barunya dan situasi dari pengembangannya itu sudah terselenggara dengan mantapnya dan menjadi lebih jelas sekarang ini. Betapa pun juga apa yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an bahwa Kami telah menciptakan langit dengan kekuatan yang khusus bahwa itu pun merupakan satu terjemahan dari ayat ini bahwa dengan kekuatan yang khusus Kami telah menciptakan langit ini; Kami telah menaruh beberapa sifat-sifat di dalamnya. Penciptaan dari langit dan bumi ini dengan menempatkan beberapa kualitas tertentu di dalamnya. Pengembangan dari langit dan pembelahan menjadi beberapa pecahan dan pergerakannya itu serta kepatuhannya sebenarnya di sana ada berperan sifat-sifat dari Tuhan. Sehubungannya dengan perkara ini ada beberapa di antaranya yang dapat dimengerti oleh orang-orang, tetapi ilmu yang selengkapnya tidaklah mungkin dapat diketahui. Bilamana mereka menyebutkannya bahkan orang-orang intellectnya jika mereka itu menemukan sesuatu yang baru maka sebagai hasilnya dari itu mereka menjadi bertambah terheran-heran akan hal yang selama ini menjadi teka-teki bagi mereka. Ada orang-orang di masa kini, satu kelompok orang-orang yang tidak mau menerimanya bahwa di sana itu ada sesuatu yang seperti ‘big-ban’. Betapa pun juga Allah Taala berfirman bahwa kami itu telah beriman kepada yang ghaib dan kepada Kitab Suci Al-Qur’an; apa pun yang disebutkan di sana di mana para scientist itu meng-copynya sehingga mereka dapat membuktikannya bagaimana benda ini telah diciptakan dan bagaimana dikembangkannya. Benda-benda ini seluruhnya bergerak pada satu jurusan; bagaimana pun juga kualitas dari pengembangan Alam semesta ini tidak diketahui oleh orang sampai pada saat 100 tahun yang lalu. Inilah keindahannya dari Kitab ini bahwa segala sesuatunya itu dapat diketahui dan datang kepada seorang yang terpelajar atau seorang scientist yang akan menemukannya dan menyajikannya pada hari ini, yang konsepnya itu sudah ada di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Bukan hanya konsepnya saja tetapi rinciannya pun ada disebutkan di sana. Sekarang orang ini membuat sebuah buku, maka bagaimana ia dapat menandinginya. Jadi, Allah Taala mengatakan bahwa engkau itu tidak dapat membuat sebuah buku yang seperti Kitab ini dan engkau pun tidak akan dapat membawa ilmu pengetahuan itu.
Jadi, inilah Kitab final yang terakhir, yang diberikan kepada Nabi yang besar ini dan yang diwahyukan kepada beliau yang jangkauannya akan berlangsung sampai pada Hari Kiamat. Jika ada seorang scientist Muslim atau jika ada seorang scientist Ahmadi agar tidak mengaplikasikan setelahnya penemuan baru itu, tetapi mereka harus mendasarkan penemuannya itu atas ilmu yang sudah disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an ini. Inilah yang harus selalu dikerjakan oleh orang-orang Ahmadi seperti yang biasa dikatakan oleh Abdul Salaam Sahib, kami itu biasa mendasarkan penemuannya atas apa yang sudah tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Penemuan baru apa saja yang dihasilkan oleh scientist di zaman ini semuanya itu dalam berbagai caranya sudah ada tertulis di dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang menyampaikan pesan-Nya dengan kebijaksanaan yang agung di mana tidak ada Kitab lainnya yang bagaimana pun dapat menandingi ke-istimewaannya dari Kitab Suci Al-Qur’an. Di dalam Kitab yang ini, aturan dan ketentuan tentang Syariah dan tentang perintah Syariah itu ada disebutkan di dalamnya. Semuanya ini ada disebutkan di sana, seperti contohnya mengenai Shalat itu Allah Taala telah menyebutkan apa manfaatnya dari Shalat ini:
Surah Al-Ankabuut (29) ayat 46:
Bacakanlah apa yang diwahyukan kepada engkau dari Kitab Al-Qur’an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat mencegah dari kekejian dan kemungkaran. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah pekerjaan yang lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Bahwa engkau bacakanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu dan engkau dirikanlah ibadah Shalat di mana Shalat itu dapat mencegah orang dari kekejian dan hal-hal yang buruk, dan Allah Taala Maha Tahu apa yang engkau kerjakan.
Jadi demikianlah perintah ini yang bukan saja perintah kepada Nabi Muhammad SAW., tetapi sesungguhnya perintah itu adalah untuk seluruh umat beliau. Semua orang-orang yang percaya kepadanya dan yang menjadi pengikut beliau, Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. yang sudah berada pada posisi yang sedemikian tingginya itu, Allah Taala meminta kepada beliau untuk men-deklarasikan sebelumnya bahwa semua ibadahku dan pengorbananku, hidupku dan kematianku semuanya itu adalah demi untuk Allah; jadi engkau itu sudah meraih posisi yang tinggi ini. Jadi di sini, di dalam ayat ini, perintah ini adalah satu ajaran yang sangat elementer yang berkenaan dengan hal itu. Ini sebenarnya yang berkaitan dengan orang-orang yang beriman, agar orang-orang mukminin ini, mereka dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala di mana jalan menuju kepada-Nya itu sudah dibuat jelas bagi mereka.
Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. diminta agar engkau sampaikanlah ajaran yang agung ini kepada para pengikut engkau untuk menyembuhkan semua penyakit zaman dan agar engkau itu dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala dan untuk dapat menjalin hubungan dengan Allah Taala ini maka engkau perlu melakukan ibadah shalat. Standard dari ibadah shalat ini akan diperoleh pada saat di mana engkau itu akan menjaga shalatmu tepat pada waktunya yang dapat membuatmu menjauhkan diri dari semua dosa-dosa dan Dia akan memperhatikan-mu agar engkau dapat meraih tujuan yang untuk itu umat manusia sudah diciptakan oleh-Nya.
Hadhrat Imam Mahdi, Masih Mau’ud STSS. mengatakan bahwa namaaz atau shalat itu diartikan dengan menjauhkannya dari dosa dan inilah kualitas dari shalat itu yakni akan menjauhkan orang dari hal-hal yang buruk dan dari hal-hal yang salah. Bilamana kalian merenungkan kalimat ini bahwa kalian itu berusaha untuk membuat shalat-shalat kalian itu satu amalan yang merupakan jantung dan jiwanya dari segala sesuatu itu. Semua keberkahan-keberkahan dari Allah Taala itu diterima dengan melalui shalat. Jadi, bilamana engkau itu melakukan shalat maka engkau lakukanlah itu dengan seindah mungkin dan dengan semanis-manisnya agar engkau itu dapat meraih keberkahan dari Allah Taala. Jadi engkau itu harus mencari shalat yang sedemikian rupa yang berarti bahwa kecuali dan sampai hal-hal yang baik itu bisa tertanam di dalam hati dan pikiran engkau. Untuk berpikiran bahwa jika engkau itu terus saja mengerjakan yang begitu dan berpikir bahwa di sana ada sesuatu kekurangan di dalam shalatmu kecuali engkau sampai memiliki mode yang paling ultimate dari keridhaan dari Allah Taala maka engkau itu harus terus menyelidiki poin ini bahwa di sana itu ada sesuatu kekurangan dalam shalatmu itu. Engkau itu janganlah hanya melaksanakan shalat-mu itu sekedar untuk memenuhi kebutuhanmu, tetapi lakukanlah shalat engkau dengan pengertian yang jelas ini, maka kemudian engkau akan dapat meraih keberkahan-keberkahan dari Allah Taala ini. Jika tidak demikian maka di sana tidak akan ada hikmah yang dapat kami lihat dari perintah ini di mana Allah Taala telah memberikan perintah lainnya yang penuh dengan kebijaksanaan, yaitu janganlah engkau berkata dusta:
Surah Al-Hajj (22) ayat 31:
…….. maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta.
dikatakan bahwa engkau jauhilah kenajisan dari patung-patung dan berhala ini, dan jauhilah dari ucapan-ucapan dusta.
Hadhrat Masih Mau’ud STSS mengatakan bahwa jika semuanya ini digabungkan maka menyembah pada patung dan berhala ini berkaitan dengan ucapan dusta. Seperti itu pula jika untuk kepentingan dirinya sendiri itu ia berdusta maka ia membuat kedustaannya itu sebagai patung persembahannya. Itulah sebabnya mengapa Allah Taala itu telah mengkaitkannya bersama-sama ajaran ini dan sudah menyebutkannya dengan cara ini bahwa jika seseorang itu berkata dusta maka ia itu telah membuat patung berhala dari dirinya sendiri di mana ia berpikir bahwa dengan jalan persembahannya yang seperti itu maka ia akan dapat menyelamatkan dirinya. Betapa buruknya keadaan seperti itu, dan jika dikatakan kepadanya mengapa engkau itu menyembah patung berhala, yang seharusnya engkau jauhkan dirimu dari perbuatan itu, maka ia akan mengatakan bahwa kami tidak dapat berbuat dengan tanpa dusta itu. Jadi, inilah puncaknya dari kemalangan itu, saya katakan kepada kalian bahwa pada akhirnya kebenaran itulah yang akan menang dan sukses berjaya. Ingatlah selalu bahwa tidak ada sesuatu yang buruk seperti halnya berkata dusta. Orang-orang duniawi itu mengatakan bahwa orang-orang yang berkata dusta itu akan ditangkap, akan tetapi bagaimana saya akan mempercayainya. Ada 7 buah hasutan tuduhan dugaan terhadap saya tetapi saya tidak diharuskan atau terpaksa untuk mengeluarkan satu kata pun selama instigasi tersebut. Allah Taala selalu memberikan kepada-ku kemenangan; Allah Taala senantiasa mendukung kebenaran dan ketakwaan. Bagaimana mungkin bahwa Dia itu akan menghukum orang yang demikian. Orang yang shaleh dan bertakwa itu akan mati jika Allah Taala bukan penolong mereka, ini adalah perkara penting untuk didegnar. Kenyataannya dari perkara itu adalah bahwa ada orang-orang yang dihukum karena berkata benar, tetapi bukannya dihukum itu dikarenakan mereka itu berkata benar, tetapi hukuman itu adalah dikarenakan adanya beberapa kebijaksanaan yang tersembunyi dari pandangan mereka. Ada beberapa kebijaksanaan yang tersembunyi dari pandangan matanya dan barangkali saja hal tersebut merupakan sanksi dan hukuman atas beberapa kesalahan yang pernah dilakukan di masa yang lalu. Ada begitu banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang ini, maka oleh karena itu ber-istighfar – lah untuk mendapatkan ampunan.
Arti lain dari hikmah itu adalah kebijaksanaan dan kepandaian, intellect. Di dalam Kitab ini yang diwahyukan kepada Y.M. Nabi Muhammad SAW. ada bermacam-macam perintah yang penuh dengan kebijaksanaan; sebagaimana yang sudah saya katakan ialah bahwa segala sesuatu harus dikerjakan sesuai dengan waktu dan pada tempatnya. Jika ada seseorang yang berbuat sesuatu kesalahan maka ia itu harus diberitahu; jika ada orang yang menghukum orang lain, maka orang itu sedang ada di bawah pengaruh rasa kemarahan. Bilamana jalan dengan pemberian maaf itu akan menghasilkan reformasi maka ia itu harus dimaafkan. Tetapi bagi seorang yang sudah punya kebiasaan membunuh dan kebiasaan mencuri, jika ia itu diberi maaf maka yang demikian itu akan menciptakan lebih banyak masalah. Dalam hal tersebut maka hukuman itu sangat perlu sekali. Jadi saudara-saudara dalam meletakkan setiap ajaran Kitab Suci Al-Qur’an itu di sana ada banyak rinciannya yang disebutkan. Jika orang-orang Mukminin sejati di mana mereka itu selalu menggunakan kebijaksanaan dalam pikirannya dan mereka itu merenungkannya perkara itu, maka ia itu bukan saja akan meningkatkan pengertiannya sendiri, tetapi pada waktu bersamaan mereka itu akan menyebarkan kebijaksanaan di dalam masyarakat. Sebagai hasilnya dari itu maka rasa cinta dan kasih sayang satu sama lainnya akan tercipta dan pikiran mereka itu akan dicerahkan. Jadi inilah yang harus dijadikan usaha dan upaya dari seorang beriman bahwa dia itu harus selalu mencari apa yang penuh dengan kebijaksanaan ini dari ayat Kitab Al-Qur’an sebagaimana Allah Taala berfirman:
Surah Al-Ahzaab (33) ayat 35:
Dan, ingatlah akan apa yang dibacakan dalam rumah-rumahmu dari Ayat-ayat Allah dan hikmah. Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Memaklumi.
Dan kalian supaya ingatlah ayat-ayat dan kebijaksanaan ini yang ditilawatkan di rumah-rumah saudara serta supaya ingatlah akan ayat-ayat dan kebijaksanaan ini yang kalian baca di rumah-rumah kalian. Sesungguhnya Allah Taala itu memperhatikannya dengan sangat teliti semuanya ini dan Dia Maha Tahu akan segalanya.
Jadi inilah perintah dari Kitab Suci Al-Qur’an itu yang harus diingat, dengan ayat-ayat serta poin mengenai kebijaksanaan ini yang telah disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an, di mana ajaran ini selalu dibaca di rumah-rumah dan yang disimpannya dengan kecintaan, di mana ada pahalanya dari tilawatannya itu yang harus diamalkan. Tetapi tujuan hakiki dari Kitab ini akan dapat diperoleh dari penilawatannya pada saat ketika saudara-saudara akan bekerja dan mengamalkan perintah-perintah tersebut, dan seperti itu pula jika saudara-saudara senantiasa menempatkan contoh-contoh dari Y.M. Nabi Muhammad SAW. di hadapan saudara. Ayat-ayat ini dan keindahan dari mutiara ini harus dijadikan bagian dari kehidupan saudara. Allah Taala itu sangat teliti di dalam memperhatikannya dan Dia memiliki ilmu yang sepenuhnya di mana Dia telah menarik perhatian kami akan poin-poin yang Allah Taala Maha Tahu apa yang ada di dalam di luar diri orang-orang. Tidak ada orang yang dapat menipu Allah Taala, Dia Maha Mengetahui segala apa yang baik yang dilakukan oleh orang-orang dan Tahu akan apa yang buruk yang dikerjakan oleh orang-orang. Jadi, inilah Nabi yang agung dan ajarannya yang agung, tetapi sebelum mengamalkan semua ajaran ini dalam diri kalian dan belum mengusahakan untuk merubah, mentransformasi kehidupan kita sesuai dengan itu maka kami ini belum dapat dikatakan sebagai orang-orang Mukmin yang sejati.
Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada kami untuk dapat mengerti akan ajaran ini dengan penuh kebijaksanaan dan juga untuk beramal sesuai dengan itu. Aamiiin
Pamulang-Banten, January 21, 2008 / Mersela, 27 Januari 2008.