Senin, 28 Januari 2008

ULAMA vs NABI ALLAH

Bismillahirrahmanirrahiim

ULAMA versus NABI ALLAH, apakah karena “IRI”. Ini perlu dibuktikan!

Sesuai do’a keinginan Nabi Ibrahim a.s. (QS 2:129) agar dari keturunan Nabi Ismail diturunkan seorang Nabi, yang akan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah, serta mensucikan mereka.

Doa tadi adalah bahwa agar seorang Nabi didatangkan untuk mengajarkan kepada orang-orang tentang kebijaksanaan dan hikmah, yang Nabi itu akan datang untuk menegakkan keadilan dan mengajarkan kepada orang-orang untuk berlaku adil dan berbuat keadilan, serta mensucikan diri mereka, rohani dan zahirnya..

Ulama yang pemimpin agama memang bisa dan biasa mengajarkan kepada umat tentang Al-Qur’an dan Hadits, tetapi untuk mengajarkan hikmah, kebijaksanaan untuk berbuat adil dan menegakkan keadilan inilah yang harus dibuktikan oleh amalan mereka, namun yang jelas Allah SWT secara khusus menugaskan ini kepada Nabi yang utusan-Nya, dan tidak menyebutkan ulama secara umum begitu saja untuk tugas membina spiritual dan kesucian rohaniah terutamanya. Orang yang punya sifat iri, dengki suka memusuhi orang, berburuk sangka, akan jauh dari kesucian dirinya sendiri.

Demikian juga di dalam Surah An-Nisaa ayat 69 dengan secara jelas bahwa ada janji Tuhan untuk menunjukkan jalan yang lurus kepada orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad saw. itu dengan hasil ada 4 macam derajat kenikmatan yang dapat diraih oleh orang-orang yang taat ini yaitu: Nabi-nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang yang shaleh. Maka ulama pun, hanya yang dapat masuk ke dalam ke-4 kategori derajat inilah, seperti, setidaknya menjadi orang yang shaleh, maka ia pun akan dianggap mampu bisa membimbing orang-orang ke jalan yang lurus, dengan kualifikasi mampu mengajarkan Al-Qur’an, Hadits, mengikuti Sunnah Nabi saw. dan bisa berbuat adil, bisa mengajarkan keadilan dan punya rasa kebijaksanaan, bisa mengajarkan hikmah, punya kualifikasi untuk bisa mengajak orang-orang pada kesucian dirinya.
Orang berilmu, ulama, ialah orang yang takut, taat kepada Allah (35:28), sehingga dapat masuk kategori 4:69.

ULAMA melawan setiap NABI ALLAH, itu sudah ditakdirkan dalam sejarah, karena “IRI”.
Nabi Isa, Jesus Kristus a.s. yang Utusan Allah pun di-zhalimi oleh ulama-ulama orang Yahudi karena merasa iri atas kemasyhuran dan banyak mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Isa a.s.; Nabi Isa a.s. diadukan ke hadapan Pengadilan Roma secara dipaksakan untuk dihukum salib karena dituduh hendak mendirikan Kerajaan (Kerajaan Tuhan), sehingga Hakim Pilatus pun cuci tangan, tidak turut campur dengan kehendak atau pemaksaan ulama untuk menyalib Nabi Allah ini.

ULAMA versus NABI ALLAH, apakah karena “IRI”.

Nabi Muhammad saw. Khataman-Nabiyyin (Surat Al Azab 40), Nabi yang paling mulia dari semua Nabi-nabi dan Rasul Allah; Nabi terakhir yang pembawa syariat (Islam, Al-Qur’an).
Oleh karena itu bilamana Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bersabda dalam Hadits tentang kedatangan (Nabi Isa) Ibnu Maryam di akhir zaman, maka Utusan Allah yang sudah dinubuatkan itu harus dari pengikut Nabi saw., dan yang akan mengajarkan Islam, mengajarkan Al-Qur’an dst.
Islam ini akan berlanjut sampai hari Kiamat, yang jangka waktunya masih diperkirakan ratusan juta tahun lagi atau lebih lama; sehingga pembimbing dan Guru rohani di dalam Islam itu tentunya masih amat sangat diperlukan, Guru rohani yang ada dan termasuk dalam kualifikasi di antara ke-4 derajat seperti yang sudah disebutkan di dalam K.S. Al-Qur’an di atas. Hal ini didukung oleh firman atau janji Tuhan di dalam Al-Qur’an: 3:179, 6:124, 7:35, 10:47, 13:7, 16:36, 22:75, 23:51, 35:24, 37:72, 42:51, 44:5, 61:6, 62:2-3 ………
Dan bagi setiap umat ada Rasul …… Dan bagi setiap kaum ada petunjuk ……. Kami mengutus Rasul kepada setiap umat ….. Dan tidak ada suatu umat melainkan diberikan kepadanya Pemberi ingat.
Allah memilih di antara Rasul-rasul-Nya, siapa yang Dia kehendaki ……
Wahai anak-cucu Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul dari antara kamu ………
Tidak Allah berbicara kepada manusia kecuali dengan wahyu, …. atau mengirim seorang Utusan …
Dan pemberi kabar suka dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya AHMAD.
Allah membangkitkan di antara orang-orang ummi (buta huruf – dari Bangsa Arab) seorang Rasul, dan juga kaum lain yang belum berhubungan dengan mereka (yaitu yang non-Arab).
Dalam ayat-ayat di atas bentuk perkataan tersebut adalah fi’il mudhari, yang dipakai untuk masa kini dan yang akan datang.

Jadi, jika dikatakan bahwa ULAMA yang selalu menentang NABI ALLAH itu, apakah karena “IRI” atau bukan, maka dalil-dalilnya harus dicari dari Firman Allah dalam Kitab Suci Al-Quran dan Hadits-hadits, sabda Nabi saw.
Namun, nasihat dari Allah itu ialah bahwa Kitab Suci Al-Qur’an ini hanyalah akan bermanfaat bagi orang-orang yang shaleh, orang-orang yang bertakwa, (Al-Baqarah ayat 2) yaitu orang yang takut kepada Allah, orang yang mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Adalah sifat dari semua Nabi Allah dan para pengikut Nabi Allah untuk bisa memaafkan apa pun yang ulama-ulama itu pernah lakukan, karena orang yang beriman itu senantiasa berharap, semoga Allah SWT pun akan memaafkan kami pada saat Hari Kiamat atau Hari Pembalasan nanti; semoga demikian hendaknya. Aamiin!

Dan lagi pula:
Wa laa yajrimannakum syanaa aanu qaumin ‘alaa allaa ta’diluu i’diluu huwa aqrabu lit taqwaa (QS 5:8)
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum itu akan mendorong kamu untuk berbuat tidak adil ……..

Ini juga doa dan nasihat yang biasa dibaca oleh Khatib pada setiap Khutbah Jum’at: Innallaaha ya’muru bil ‘adli wal ihsaani wa ……….. Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat adil, berbuat kebajikan, memberi pertolongan kepada kerabat dan melarang berbuat yang keji, mungkar dan zalim …… (16:90)


Mersela, 25-1-2008

Tidak ada komentar: